CIREBON – Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cirebon kerepotan menangani ribuan lalat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur. Pasalnya, DKP tidak memiliki alat pembasmi lalat. Terpaksa DKP meminta bantuan dinas kesehatan melakukan fogging di TPA. Kepala DKP Kota Cirebon, Moch Taufan Bharata SSos mengatakan, pembasmian ribuan lalat tidak langsung dimulai dari TPA. Tapi, dari perkampungan warga disekitar TPA. Bila tidak, ratusan masyarakat sekitar protes kepada DKP. “Kalau yang dilakukan fogging itu dari TPA, ribuan lalat akan lari ke perkampungan warga. Tapi, ketika dari perumahan warga, lalat akan berkumpul di TPA,” ujar Taufan, kepada Radar, saat ditemui diruang kerjanya, Rabu (24/2). Saat ini, kata Taufan, sudah ada beberapa wilayah yang terserang lalat yakni, 1 RT di RW Surapandan, 6 RT di RW Kopiluhur dan 1 RT di RW Sumurwuni. “Banyaknya lalat itu diakibatkan karena meningkatkanya volume sampah saat musim hujan yang menjadi salah satu sarang kesukaan lalat,” terangnya. Mantan Kepala Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikas (Dishubinkom) Kota Cirebon itu mengaku, pihaknya sudah meminimalisasi dampak pengelolaan sampah TPA melalui sanitary renfile. Namun, upaya tersebut masih terkendala di lapangan. Sebab, sampah yang seharusnya sudah lapisi tanah justru tertahan oleh pemulung. Pemulung tersebut adalah warga warga sekitar dan DKP terpaksa harus mengalah. “Kalau tidak, traktor milik DKP yang sedang beroprasi diberhentikan para pemulung dengan cara di gedor-gedor. Para pemulung mengorek–orek limbah sampah yang masih bisa didaur ulang untuk dijual. Sementara jumlah pemulung mencapai 400 orang,” tuturnya. Menurutnya, sampah tersebut baru bisa dilakukan sanitary renfile atau pengurugan setelah tiga hari. Program fogging seharusnya setiap tahun dilakukan di TPA. Tapi, di tahun ini sepertinya tidak ada. Oleh karenanya, DKP mengusulkan bantuan fogging kepada dinas kesehatan. (sam)
Warga Argasunya Diserang Lalat
Kamis 25-02-2016,11:34 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :