Sebuah gerakan yang memungkinkan setiap orang lewat untuk mampir sejenak, duduk sama rendah, membuka lembaran demi lembaran, menyerap informasi sekaligus inspirasi dari barisan kata, berdiskusi sambil berbagi seseruput kopi. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon BELAJAR tanpa batas dan berkarya suka suka. Inilah mantra yang ditularkan pegiat anak-anak muda Just Library. Memindahkan konsep perpustakaan ke jalanan. Supaya masyarakat dari berbagai lapisan bisa duduk sejenak membuka lembar demi lembar ”jendela dunia”. Dengan perlak sederhana, buku-buku bekas dan berada di sebuah pojokan sumpeknya suasana perkotaan. Dari situ hadir teman-teman baru, ide-ide baru, perbincangan baru, acara-acara kecil yang baru, juga momen-momen yang baru. Jika diperhatikan, ini tak hanya tindakan kreatif, tapi bisa dibilang sebagai bentuk tindakan asik perlawanan. Haus akan sarana dan tempat membaca yang nyaman, sejumlah anak muda membuat ruang berupa perpustakaan jalanan yang setidaknya memicu minat membaca dan melek wacana. Pengunjung dapat membaca buku sepuasnya secara gratis. Ratusan buku dari berbagai disiplin ilmu yang tersedia dapat dibaca sampai puas. Ide memindahkan buku dari rak-rak tak terpakai ke jalanan agaknya bisa digagas Alam Darussalam dan kawan-kawan lainnya yang ingin menyampaikan bahwa setiap individu mempunyai hak dan kesempatan sama untuk dapat menikmati ruang publik yang memanusiakan manusia. \"Gerakan ini layaknya bisa dijadikan refleksi untuk semua orang bahwa kesadaran akan pendidikan tak hanya kita dapatkan di dalam kelas kemudian lulus sarjana dan mendapatkan perkerjaan,\" ujar Alam, saat berbincang dengan wartawan koran ini. Aksi ini juga berangkat dari keprihatinan atas minat baca masyarakat yang cenderung menurun, apalagi dengan menjamurnya teknologi dan gadget. Tak hanya itu, keberadaan perpustakaan daerah yang seolah hanya ”formalitas” saja. Membuatnya tidak menarik dikunjungi oleh masyarakat umum. \"Masih rendah. Tidak seperti di negara-negara lain. Di Jepang misalnya, banyak yang menyediakan bacaan gratis di tempat-tempat umum,\" lanjutnya. Perpustakaan jalanan ini pun dibuat menjadi tempat pertemuan antar pecinta buku yang selama ini kurang disapa oleh kegiatan outdoor. Gerakan ini menjadi dekonstruksi dari persepsi mengenai perspustakaan yang selama ini identik dengan ruang tertutup, gelap dan membosankan. Buku-buku yang disediakan di perpustakaan jalanan ini bisa dipinjam. Dengan syarat menunjukan kartu identitas. Alam dan pemuda lainnya berharap bahwa sudah saatnya pemerintah daerah berbenah dari segala pembangunan ekonomi yang gencar-gencarnya dilakukan dan cobalah memperhatikan hal-hal seperti ini. \"Sisakan ruang untuk ruang terbuka hijau ataupun taman yang nyaman sebagai sarana bersosialisasi masyarakat maupun tempat edukasi yang mudah diakses untuk setiap lapisan masyarakat,\" harapnya. (*)
Dari Jalanan, Ajak Masyarakat Membuka ”Jendela Dunia”
Jumat 01-04-2016,09:41 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :