“BERIKAN ketenangan abadi kepada (Johan) Cruyff di alam baka”. Kurang lebih pesan pendek itu yang ada di seluruh pemain Barcelona menjelang El Clasico edisi ke-264. Kalimat itu akan luar biasa ampuhnya sebagai bekal motivasi, bukan saja untuk memenangi El Clasico ke-172 di La Liga, namun lebih juga sebagai kepastian satu kaki Barca di podium juara kompetisi tahun ini. Cruyff ibarat manusia setengah dewa, yang mengentaskan Barcelona dari klub bukan apa-apa menjadi klub yang sangat apa-apa. Si Johan jenius dan seniman Belanda ini memodifikasi totaal voetbal menjadi model permainan menyerang yang lebih sederhana sekaligus paling atraktif. Prinsipnya bahwa pemain yang tidak memegang bola pun harus tetap enerjik dan bergerak meminta bola. Dan bagi pemain yang memegang bola, diharamkan melepas bola tanpa lini koordinasi. Pelepasan umpan pendek menjadi jawaban. Dan jika umpan salah sasaran, sergap secepat mungkin untuk bangun serangan selanjutnya. Semuanya simpel, hampir seluruh pelatih juga punya instruksi seperti itu. Namun akan sangat berbeda jika itu dilakukan dengan kecepatan yang tinggi, akurasi yang jitu dan pergerakan yang kompak. Dan jadilah pergelaran sepak bola bagai tontonan bola dingdong, selalu mendatar namun pemain lawan dibuat terengah-engah. Hingga saat ini, tiki-taka ala Barca tak ada tanding. Messi, Suarez dan Neymar dianggap trio malaikat pencabut nyawa. Iniesta, Rakitic dan Busquets pun dipuja sebagai trio penjaga pintu surga. Sedangkan Alves, Pique, Adriano dan Mascherano diibaratkan garda empat penjuru bumi. Soal kiper, Claudio Bravo memang bukan yang terbaik, tapi setidaknya dua telapak tangannya bisa menjadi obat penenang. Di bawah Luis Enrique, modal materi pemain Barcelona seperti itu diyakini tak sebanding dengan tim manapun. Pemain pelapisnya jauh lebih sempurna dari sekadar pemain cadangan. Bahkan kemudian ada seloroh ungkapan, juara dunia Jerman pun tak akan bisa mengalahkan Barcelona. Dalam El Clsico dini hari nanti WIB, Barcelona yang bermain di rumahnya, tentu saja lebih banyak dijagokan daripada lawannya, Real Madrid. Namun tidak demikian di kubu pendukung Los Blancos. Harapan ada pada kejelian pelatih Zinedine Zidane. Dia pun selama karirnya sebagai pemain, dianggap tandingan sebanding untuk Cruyff, bahkan sama-sama dijuluki seniman jenius. Malam nanti, Zidane akan menjadi tumpuan asa, karena dalam soal teknis dan taktis, Barca dan Madrid ada dalam level yang sama. Namun rekor bahwa dalam sembilan tahun terakhir pelatih baru Madrid tak pernah menang dalam laga pertama El Clasico, bisa jadi motivasi non-teknis. Zidane yang secara taktikal telah menemukan poros aktif Benzema, Bale dan Ronaldo, juga telah menetapkan trio lapangan tengah Toni Kroos, Luca Modric dan Cesemiro sebagai gelandang dinamis. Zidane yang menerima warisan kapal oleng dari Benitez, perlahan tapi pasti telah menemukan titik kebocoran di buritan kapalnya. Sekarang Madrid diyakini bisa berlayar lagi, dan bila masih ada keraguan, itu hanya sebatas menjaga tidak terpecahnya konsentrasi para pemain belakang yang memang sering lepas kendali. Kiper Keylor Navas, kalau saja padu dengan Marcelo, Carvajal, Varane dan Ramos, maka bukan tak mungkin Madrid akan menjungkirbalikkan pertaruhan El Clasico yang ini. Rivalitas ini kali menyimpan satu pertanyaan besar, akankah seluruh bintang dari kedua tim yang turun lapangan, akan sanggup bugar mengingat mereka baru saja pulang dari medan bela negara di pra Piala Dunia 2018 dan uji coba jelang Euro 2016? Dan apakah mereka juga akan tampil all out mengingat pula mereka dituntut lebih segar lagi memasuki arena perdelapan final Liga Champions 2016 dan putaran final Euro 2016 yang sudah dalam hitungan hari. (Kurniadi Pramono)
El Clasico, Bisa Jadi Jungkir Balik
Sabtu 02-04-2016,16:52 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :