DP Yakin Ada Biaya Pembangunan yang Dikorupsi

Jumat 15-04-2016,13:37 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

SUMBER - Pembangunan SDN 2 Selangit kuat dugaan melakukan tindak pidana korupsi. Pasalnya, pembangunan tiga lokal rombel tahun 2011 lalu itu ambruk. Untuk mengusut tuntas kasus tersebut, Dewan Pendidikan Kabupaten Cirebon menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang. Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Cirebon, Aceng Sudarman mengatakan, konstruksi dari RAB sampai pembangunan tiga lokal SDN 2 Selangit, Kecamatan Klangenan, ada indikasi uang yang diselewengkan dalam pembelian material oleh pihak sekolah. Mengingat, pembangunan tiga lokal rombel itu diswakelolakan. “Berarti kesimpulannya, ada tindak pidana korupsi dalam pembangunan SDN 2 Selangit. Kita minta aparat penegak hukum menangkap pelakunya,” ujar Aceng kepada Radar, Kamis (14/4). Menurutnya, untuk mengusut tuntas masalah penyelewengan pembangunan gedung sekolah itu, Inspektorat, Kejaksaan, dan Kepolisian bisa turun tangan. Keberadaan Dewan Pendidikan saat ini, kata Aceng, hanya mendorong agar tiga lokal rombel SDN 2 Selangit itu dapat kembali dibangun oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon. Mengingat, beberapa bulan lagi akan dilaksanakan ujian sekolah. “Kalau tidak ada ruang kelas, kasihan para siswa yang hendak mengerjakan ujian. Jadi yang perlu diselamatkan saat ini adalah peserta didik dalam kenyamanan belajar, dan proses belajar mengajar pun kembali efektif,” tuturnya. Untuk mengusut tuntas kasus dugaan tipikor ini, maka harus dicari siapa kabid sarana dan prasana (sarpras) Dinas Pendidikan waktu tahun 2011 lalu dan kepala sekolahnya kala itu. Sebab, bagaimana pun, merekalah yang harus bertanggung jawab atas semua kejadian tersebut. Sementara itu, Kasi Bangunan dan Gedung Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR), Yedi A Priyatna mengatakan, pemasangan atap baja ringan yang benar itu maksimal jarak kuda-kudanya 1,20 cm dengan ketebalan baja 0,75 ml. Artinya, jika melebihi batas maksimal itu salah. “Tidak semua tukang bangunan itu mengerti tentang teknik pemasangan baja ringan. Kalau sudah seperti ini, yang bertanggung jawab itu adalah mereka yang memberikan garansi selama 10 tahun,” singkatnya. BANGUNAN MASIH DIBIARKAN AMBRUK Sementara itu, bangunan SDN 2 Selangit masih dibiarkan ambruk. Beberapa meja, kursi, buku-buku dan dokumen yang masih utuh diselamatkan. Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon sendiri sudah merencanakan renovasi bangunan tiga ruangan kelas di SDN 2 Selangit. Rohman, Anggota Tagana Kabupaten Cirebon mengatakan sampai saat ini SDN 2 Selangit masih ambruk. Meski demikian anak-anak dan guru tetap melakukan aktivitas belajar mengajar dengan fasilitas seadanya. Menurutnya, ada beberapa penyebab runtuhnya SDN 2 Selangit selain karena atap baja ringan yang tidak mampu menahan beban. Saat itu, sebelum runtuhnya atap baja ringan, hujan turun dengan deras dan disertai juga dengan angin kencang. \"Memang itu selain atap baja ringan yang rapuh, karena pagi hari itu juga hujan besar dan angin kencang,\" ucapnya. Namun saat hujan turun, bangunan tidak langsung rubuh. Bangunan itu runtuh sekitar pukul 08.00 WIB, setelah masuk jam pelajaran sekolah. Kurwenda, salah seorang guru SDN 2 Selangit, mengatakan atap baja ringan tidak kuat menahan beban genteng. Itu lantaran pembuatan konstruksi atap baja ringan yang dibuat berjauhan. Rehab tiga ruangan kelas itu sendiri dikerjakan oleh pihak ketiga yang menggunakan dana pemerintah pusat. \"Itu konstruksi atap baja ringannya jauh, jaraknya 1,25 meter. Jadi pantas tidak kuat menahan beban,\" jelasnya. Di kalangan guru sendiri, hal ini menjadi perbincangan. Dia heran mengapa atap baja ringan bisa sampai ambruk seperti itu. Padahal, bangunan lain yang berada di sekolah itu usianya lebih lama. SDN 2 Selangit memiliki dua lokal bangunan. Satu lokal bangunan berisi tiga ruangan baru direhab tahun 2011. Sedangkan satu lokal lagi berisi empat ruangan, lebih awal direhab. Karena hanya memiliki empat ruangan yang bisa digunakan, aktivitas belajar pun terpaksa dipadatkan. Satu ruangan digunakan secara bergantian oleh kelas satu dan dua. Sementara kelas tiga dan empat, menggunakan ruangan yang sama. \"Sementara ini terpaksa kita gabungkan, karena jumlah siswanya juga sedikit. Tapi besok kita akan bagi, kelas tiga belajar pagi, kelas empat belajar siang,\" ucapnya. Sedangkan ruangan kelas lima dan enam berada di ruangnya sendiri. Sebelumnya, Kepala SDN 2 Selangit, Sutini SPd MM mengatakan merasa janggal, namun dirinya tidak mengetahui persis pembangunan gedung itu. Pasalnya, dia baru dinas di sekolah itu sekitar satu tahun yang lalu. Sementara bangunan itu direhab bulan Juni 2011. Saat kejadian dirinya tidak berada di tempat, lantaran menghadiri pembukaan O2SN Kabupaten Cirebon. Dia mengaku saat ini masih merasa trauma bercampur syukur dirinya masih diselamatkan.\"Saya tidak tahu banyak, karena baru satu tahun dinas di sini. Kalau kata sarpras tadi, ini kan proyeknya percepatan,\" ucapnya. Maka dari itu, Sutini meminta agar Pemerintah Kabupaten Cirebon memprioritaskan pembangunan SDN 2 Selangit. Meski aktivitas belajar tetap berjalan, namun sifatnya masih darurat. Sebab kini, tinggal empat ruangan yang bisa digunakan. Para guru tidak memiliki ruangan, dan terpaksa mengantor di teras dan kelas masing-masing. (sam/jml)  

Tags :
Kategori :

Terkait