KUNINGAN- Orang tua Hanunah Alfah Dayyinah balita penderita Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK) sempat berbesar hati saat mendengar kesusahannya selama ini mendapat perhatian dari Bupati Kuningan Utje Ch Suganda yang bersedia datang dan menjenguk putri bungsunya tersebut. Namun harapan tersebut sirna seketika saat mendengar kabar bupati wanita pertama di Kabupaten Kuningan tersebut meninggal dunia bertepatan dengan waktu yang telah dijadwalkan. Ibunda Hanunah, Maya, mengungkapkan sejak dua tahun yang lalu dirinya sudah mengajukan permohonan bantuan kepada Pemerintah kabupaten Kuningan untuk upaya kesembuhan putrinya tersebut. Namun selama itu pula tidak ada tanggapan apapun, hingga akhirnya kabar baik datang pada awal bulan April lalu bahwa Bupati Utje bersedia datang menjenguk Hanunah pada hari Kamis tanggal 8 April yang lalu. \"Saya sangat senang mendengar kabar tersebut, sehingga saya pun langsung mengabarkan kepada suami yang sedang bekerja di Jakarta untuk pulang pada waktunya. Namun pada hari Kamis tersebut saya mendapat kabar pembatalan kunjungan Bunda karena jadwal kerja beliau sangat padat sehingga diundur esok harinya. Namun kabar berikutnya lebih mengejutkan lagi, ternyata Bunda meninggal dunia pada hari Kamis sore sehingga suami saya yang sedang dalam perjalanan pulang pun langsung balik lagi,\" ungkap Maya. Kabar duka tersebut sempat memupuskan harapan Maya, karena perjuangannya mendapatkan perhatian orang nomor satu di Kabupaten Kuningan ternyata batal karena Tuhan berkehendak lain. Hingga akhirnya kunjungan Bupati tersebut digantikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan Raji pada hari Senin kemarin untuk menanyakan \"Beberapa hari yang lalu ada kunjungan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan menanyakan kondisi anak saya. Katanya dinas siap memberikan bantuan namun dengan beberapa persyaratan yang dirasa memberatkan,\" ucap Maya. Di antaranya harus membawa dokter Puskesmas yang menangani Hanunah untuk mendampingi pemeriksaan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sedangkan untuk perjalanan ke sana, apalagi harus membawa dokter, kata dia harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. \"Penghasilan suami saya sebagai montir bengkel mana cukup untuk melakukan perjalanan tersebut. Hutang di bank Rp40 juta yang kami pinjam dua tahun yang lalu pun hingga kini masih dicicil belum lunas,\" ujar Maya. Maya pun kini kembali hanya bisa pasrah dan menjalani upaya pengobatan sekemampuannya bersama suami dari penghasilan sebagai montir bengkel di Jakarta. Setiap dua minggu sekali, suaminya pulang membawakan obat yang hanya bisa dibeli di salah satu apotek di Jakarta untuk pengobatan rutin Hanunah seumur hidup. \"Pernah suatu waktu saya terlambat memberikan obat Hidrokortison, sehingga menyebabkan ujung-ujung jarinya menghitam, namun untung bisa segera diatasi. Jika tidak, biasanya penderita HAK ini sekujur tubuhnya akan menghitam hingga dapat berisiko kematian,\" ungkap Maya. Seperti diberitakan sebelumnya, Hanunah warga Desa Mekarjaya, Dusun Cimenang, Kecamatan Ciawigebang, didiagnosa oleh dokter mengidap penyakit Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK) atau kelainan bawaan pada ginjal yang menyebabkan kelainan fisik, terutama pada bagian klitoris vagina yang membesar seperti penis. Hasil pemeriksaan kromosom di FKUI, menyatakan kromosom Hanunah adalah XX yang berarti dia berjenis kelamin perempuan. Namun, kelainan bawaan pada ginjal yang dideritanya menyebabkan organ ini meningkatkan produksi hormon androgen yaitu hormon laki-laki yang lebih diminan. Selain terjadi perubahan bentuk pada klitoris yang terus membesar, cenderung penderita penyakit ini akan mengalami perubahan fisik lain seperti tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu sperti kumis dan janggut hingga mengalami puber dini. (taufik)
Bayi Hiperplasia Sempat akan Dijenguk Bupati Utje
Jumat 15-04-2016,20:24 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :