Jogja dan Magelang Sedang Ramai Teror Senapan Angin dan Cutter

Kamis 28-04-2016,09:08 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAGELANG- Hari-hari ini warga Kota Magelang dan Jogjakarta diliputi rasa waswas. Sebab, di dua kota yang hanya terpisah jarak 30 kilometer itu, terjadi dua teror yang pelakunya belum kunjung ditangkap. Di Magelang, teror berbentuk penembakan dengan senapan angin secara membabi buta. Warga ditembak tanpa pandang bulu. Sedangkan di Jogjakarta, teror berbentuk pembacokan warga secara mendadak. Yang menarik, di dua kejadian tersebut, mayoritas korban adalah perempuan. Kepada Radar Jogja (Radar Cirebon Group), Kapolres Magelang Kota AKBP Edi Purwanto menyampaikan perkembangan terbaru kasus penembakan kemarin (27/4). Dia mengatakan, korban kini bertambah menjadi 13 orang dari sebelumnya 9 orang. Korban terdiri atas 12 perempuan dan 1 laki-laki. Rata-rata sasaran tembakan adalah pinggang ke bawah. “Sekarang kami gali informasi dari para korban. Seorang korban sudah memberikan beberapa keterangan kunci terkait pelaku, seperti fisik dan kendaraan yang digunakan,” tuturnya. Edi Purwanto mengutarakan, lokasi penembakan sejauh ini masih di kawasan pecinan (Jalan Pemuda), Jalan Ikhlas, dan meluas ke Jalan Tidar. Di kawasan pecinan, polisi menemukan dua proyektil. Satu proyektil masih menempel di tubuh korban. “Dari proyektil bisa diketahui bahwa itu peluru yang sama,” ujarnya. Edi menambahkan, tiga tim dari Polda Jateng siap membantu pihaknya. Dua di antaranya sudah mulai menyelidiki, yakni intel dan reskrim. Sementara itu, satu tim lagi dari labfor datang besok. “Bantuan labfor sangat diperlukan untuk menyelidiki proyektil, luka korban, dan senapan angin. Termasuk pemeriksaan CCTV di kawasan pecinan,” imbuhnya. Untuk itu, masyarakat yang merasa terluka akibat terkena bidikan senapan bisa aktif melapor. Itu akan mempermudah pengembangan penyelidikan dan penyidikan petugas sehingga kasusnya bisa cepat terungkap. Sementara itu, di Jogjakarta, pelaku teror pembacokan makin nekat. Tidak hanya saat malam, aksi juga dilakukan di siang bolong. Misalnya, kejadian yang menimpa Ner (12), siswa SD, warga Prenggan, Kotagede, sepulang sekolah, Senin (25/4). Korban yang biasa pulang dengan mengendarai sepeda kayuh itu diserang orang tak dikenal dengan benda tajam. Akibatnya, dia menderita luka sayatan di lengan dan mendapat 25 jahitan. Kapolsek Kotagede Kompol Suparman mengatakan, kejadian tersebut bermula saat korban pulang sekolah pukul 12.45. Sesampai di Jalan Nyi Pembayun, Kotagede, Jogja, tepatnya di utara Lapangan Karang Kotagede, korban didekati seorang lelaki tidak dikenal yang mengendarai sepeda motor jenis Honda Supra. Pelaku mendekati korban, kemudian menyayat lengan kanan dengan menggunakan senjata tajam jenis cutter. Pelaku kemudian kabur ke timur. ”Pelaku diperkirakan tiga orang. Satu orang mendekati korban, dua lainnya mengawasi dan mengamankan jalur kabur,” ujar Suparman, Senin (25/4). Satu korban lainnya yang diserang orang tak dikenal adalah K, pelajar SMK berumur 16 tahun. K diserang saat pulang dari sekolah dengan sepeda motor di daerah Prenggan, Kotagede. Berdasar kesaksian sejumlah orang di sekitar TKP, korban dipepet pelaku, kemudian lengan kanannya dilukai. Korban pun dirawat di Rumah Sakit Hidayatullah. Sosiolog kriminal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Suprapto mengatakan, ada empat kemungkinan motivasi pelaku melakukan aksi kriminal itu. Pertama, kata dia, kejadian tersebut bisa jadi berkaitan dengan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang salah satunya digelar di Kota Jogja pada 2017. ”Tapi, kecil kemungkinan arahnya ke situ,” kata Suprapto. Kedua, tindakan itu adalah upaya eksistensi diri sebuah kelompok atau geng tertentu untuk unjuk kekuatan agar musuhnya mengetahui. Bisa juga seseorang agar diketahui jasanya dan bisa digunakan kekuatan tertentu yang membutuhkan. ”Kemungkinan ketiga adalah kegiatan iseng dari orang tertentu sebagai pelampiasan kondisi kejiwaannya,” ungkap dia. Kemungkinan keempat, menurut Suprapto, penyayatan itu adalah syarat aliran tertentu agar anggotanya bisa naik tingkat apabila bisa berhasil melukai lengan kanan korban. Sebab, tiga korban menderita luka sayat tepat di lengan kanan. ”Tidak hanya bacok, tapi memilih lengan, spesifik lagi sebelah kanan,” ungkapnya. Sementara ini, dia lebih condong pada kemungkinan nomor dua dan empat. Kendati, banyak yang menduga bahwa pelakunya psikopat. “Kalau psikopat masuk ke kemungkinan ketiga karena kondisi kejiwaan tertentu. Hanya, kalau psikopat, dia asal saja menyakiti, bisa kepala atau bagian tubuh lain. Tapi, ini kenapa harus lengan kanan, seperti ada kriteria tertentu,” paparnya. Dia juga meragukan bahwa penyerangan itu identik dengan pelemparan petasan terhadap simpatisan partai beberapa waktu lalu. Menurut dia, hal tersebut tidak berkaitan dengan insiden di Sleman itu. “Kalau Sleman itu murni orang iseng yang melampiaskan kekecewaan dan dia tidak tahu akibatnya fatal. Menurut saya tidak ada hubungan dan keterkaitan,” ujarnya. (riz/ila/cr1/c10/kim)

Tags :
Kategori :

Terkait