KUNINGAN – Siapapun yang ingin menjadi wakil bupati setelah nanti H Acep Purnama MH dilantik jadi bupati, nampaknya membutuhkan perjuangan ekstra keras. Sebab jika melihat regulasi, langkah menuju goal mesti melalui tiga lapis rintangan. Hal ini diungkapkan salah seorang pengamat sosial politik, Adi Rahmat Hidayat ST, kemarin (17/5). “Saya melihat ada tiga lapis rintangan yang harus dilalui secara mulus. Pertama, rintangan di internal partai. Kemudian rintangan di partai pengusung Utama sebanyak 7 parpol. Terakhir, rintangan di DPRD,” ujar pria jebolan perguruan tinggi Bandung itu. Di internal partai, dia berkeyakinan bukan hanya satu dua orang yang mengincar jabatan tersebut. Tak heran jika PDIP sendiri hendak melakukan penjaringan. Tahapan penjaringan sampai penyaringan, menurutnya, membutuhkan perjuangan karena bukan hanya harus lolos di tingkat DPC, melainkan pula di tingkat DPD dan DPP. “Siapakah nanti yang akan mendapat rekomendasi dari DPP, dialah yang berjuang paling keras,” ucapnya. Kenapa Adi hanya mencontohkan PDIP, karena menurutnya, peluang besar pengisi wabup berada di tangan partai tersebut. Satu alasan paling rasional, almarhumah Hj Utje Ch Suganda MAP merupakan kader PDIP yang dipasangkan satu paket dengan H Acep Purnama dulu. “Nah, rintangan berikutnya, orang yang direkom DPP PDIP harus melalui pintu kedua yakni persetujuan 6 parpol pengusung Utama lainnya. Entah dengan cara apa, seluruh parpol pengusung Utama perlu membubuhkan tandatangan persetujuan. Sebab kita bisa buka kembali dokumen KPU mengenai hal itu,” kata Adi. Setelah dua rintangan dilalui, sambung dia, lembaga DPRD pun berhak untuk menentukan siapa yang paling pantas untuk mendampingi Acep Purnama kelak. Jika musyawarah mufakat tidak dapat ditempuh, kelima puluh anggota dewan harus memilihnya lewat voting. “Jadi, rintangan-rintangan tersebut harus dilalui dengan penuh perjuangan. Nampaknya bukan hanya perjuangan moral, tapi juga perjuangan berupa materi. Apakah nanti harus mengeluarkan dana besar? Saya kurang tahu. Kelihatannya punya trik masing-masing,” tukasnya. Terpisah, aktivis F-Tekkad Soejarwo lebih menyoroti soal pernyataan sesepuh Kuningan, H Aang Hamid Suganda yang tidak akan ikut campur dalam hiruk pikuk cawabup. Sikap seperti itu, kata dia, menunjukkan kebesaran jiwa dan ketokohan dari sosok mantan bupati dua periode. “Padahal dengan segala kapasitasnya sebagai tokoh yang masih memiliki charisma besar serta posisi strategisnya dalam struktur partai penguasa yakni PDIP, perannya masih sangat dominan untuk mewarnai berbagai dinamika politik yang terjadi di Kuningan. Dan bukan hal yang sulit bagi seorang H Aang untuk mendorong putranya guna menempati posisi wabup,” ungkapnya. Jarwo mengakui, Aang merupakan tokoh kharismatik dan telah berhasil mengubah wajah Kuningan dalam dua periode kepemimpinannya. Namun, sambungnya, kendati tanpa harus menempatkan putranya sebagai elit eksekutif, diyakini kewibawaan Aang tidak akan mengalami degradasi sedikit pun. “Sikap yang telah diambil oleh H Aang juga hendaknya menjadi jawaban bagi siapapun yang merasa dekat dengannya untuk tidak mendorong-dorong beliau mengambil sikap yang akhirnya malah akan mengurangi rasa hormat masyarakat terhadapnya,” ujar Jarwo. (ded)
Cawabup dari PDIP, Aang Tak Mau Ikut Campur
Rabu 18-05-2016,12:48 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :