Dua Jam, Obama-Putin Bahas Krisis Syria di Sela KTT G20
DAMASKUS – Krisis Syria belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Hingga kemarin (19/6), pertempuran sengit masih terjadi di negara yang terletak di tepi Laut Mediterania tersebut.
Bersamaan itu, Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin berunding demi membantu mencari solusi bagi penyelesaian krisis Syria.
Dua pemimpin dunia itu membahas krisis Syria di sela KTT G20 (kelompok 20 negara industri) yang berlangsung di Los Cabos, Meksiko. Dalam pertemuan selama dua jam itu, Obama dan Putin sepakat untuk meningkatkan tekanan terhadap dua kubu yang berseteru di Syria agar segera mengakhiri kontak senjata. Dengan demikian, tak ada lagi nyawa warga sipil yang melayang sia-sia akibat bentrok oposisi dan pemerintah. “Demi menghentikan pertumpahan darah di Syria, kami menyerukan kedua belah pihak untuk segera mengakhiri kekerasan dalam segala bentuk,” terang Obama dan Putin dalam pernyataan bersama Senin waktu setempat (18/6) atau kemarin WIB.
Kedua tokoh itu menyatakan bahwa rakyat Syria berhak atas kesempatan untuk menentukan sendiri masa depan mereka secara demokratis dan independen. “Kita perlu mencegah terjadinya perang saudara dan serangkaian aksi kekerasan mengerikan yang menelan banyak korban jiwa dalam beberapa pekan terakhir,” tutur Obama.
Putin yang berada di samping Obama membenarkan hal itu. AS dan Rusia meyakini bahwa Syria akan terjerumus ke dalam perang saudara jika pertempuran di antara dua kubu tak segera dihentikan.
Dalam kesempatan itu, Putin menegaskan bahwa dirinya dan Obama telah menyepakati beberapa hal terkait krisis yang sudah berlangsung 15 bulan tersebut. “Kami sepakat pada beberapa hal,” ujar pemimpin 59 tahun itu tanpa merinci.
Dia menambahkan bahwa AS dan Rusia sepakat untuk mengakhiri krisis secara damai.
Obama menyebut bahwa AS dan Rusia bakal menempuh proses politik demi mengakhiri krisis di Syria. Melalui diplomasi, dia yakin bahwa rezim Presiden Bashar al-Assad dan oposisi Syria akan bersedia meletakkan senjata. AS akan bekerja sama dengan Kofi Annan, utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Syria.
Meski telah bersepakat untuk menempuh jalur diplomasi dan upaya damai dalam menyelesaikan krisis Syria, Obama dan Putin belum menemukan cara jitu untuk menghentikan konflik. Apalagi, AS dan Rusia selalu berseberangan jika membahas langkah nyata dalam mengakhiri krisis Syria.
Rusia tak pernah mendukung aksi militer yang menjadi salah satu opsi AS dan sekutunya dari Barat. AS menyesalkan veto Rusia dan Tiongkok atas resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB terkait Syria beberapa waktu lalu. Tetapi, Moskow berdalih tidak ingin resolusi tersebut menjadi pembenaran bagi AS dan negara-negara Eropa lain untuk melancarkan serangan militer atas Syria.
Moskow yakin krisis Syria bisa berakhir tanpa melengserkan Assad dari pemerintahan.
Sayang, janji Putin untuk mengupayakan solusi damai bagi Syria tak tecermin dalam tindakan Moskow. Pasalnya, Rusia dilaporkan bersiap mengirimkan dua kapal perang amfibi ke Pelabuhan Tartus di Syria. Selain kapal perang bernama The Nikolai Filchenkov dan The Tsezar Kunikov itu, Rusia juga juga akan mengirimkan marinirnya ke Syria.”The Nikolai Filchenkov dan The Tsezar Kunikov akan diberangkatkan ke (pangkalan militer Rusia di) Tartus bersama sejumlah personel marinir,’’ terang Kantor Berita Interfax, mengutip sumber pemerintah Rusia.
The Tzesar Kunikov mampu mengangkut sekitar 150 personel militer dan persenjataan, termasuk tank. Sedangkan The Nikolai Filchenkov bisa mengangkut maksimal 1.500 ton logistik.
INGGRIS GAGALKAN PENGIRIMAN SENJATA KE SYRIA
Sebelumnya, Inggris melaporkan bahwa mereka berhasil mencegat dan juga membatalkan pengiriman senjata berat Rusia ke Syria. Sebuah kapal kargo berbendera Rusia MV Alaed dilaporkan mengangkut sejumlah meriam helikopter Mi-25 untuk dikirimkan kepada tentara Assad.
Koran The Daily Telegraph memberitakan kemarin bahwa marinir Inggris mencegat kapal itu di pesisir pantai Skotlandia. (AP/AFP/RTR/hep/dwi)