Warga Marah Pohon Tua Ikon Cilimus itu Ditebang

Selasa 07-06-2016,14:35 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CILIMUS –  Kemarahan masyarakat Cilimus atas ditebangnya pohon karet di alun-alun desa mulai bermunculan. Mereka tidak menyangka masih ada orang yang berani melupakan sejarah. Dengan cara menebang pohon bersejarah, maka secara tidak langsung dia menyepelekan sejarah. Terlebih akar pohon besar tersebut berfungsi sebagai penyangga resapan air. Yuda Khaidar Nawawi misalnya, seorang warga setempat sangat kecewa atas sikap pemerintah desa yang sewenang-wenang memberikan ijin tanpa bermusyawarah dengan warga Cilimus. “Khawatir malapetaka menimpa orang-orang Cilimus yang tak bersalah atas penebangan pohon karet tersebut,” ucapnya, kemarin (6/6). Bagi Yuda, pohon karet itu sangat bernilai sejarah tinggi. Pihaknya merasa heran atas dalih mempercantik taman, pohon karet jadi korban. Padahal jika berbicara taman, justru pohon karet yang sudah jadi ikon itu akan lebih mempercantik dan menjadi peneduh. “Walau bagaimana pun alasannya ketika alam dirusak pasti ada imbasnya. Saya bersikeras meminta pertanggungjawabkan semua ini. Bila perlu turunkan kuwu,” ketus pria blok Bevak itu. Reaksi serupa datang dari warga Blok Pasawahan, Yana Mulyana. Dia merasa sangat kehilangan atas ditebangnya pohon karet. Apalagi potongan batang dan dahan pohonnya yang masih basah tampak seperti hendak dijadikan kayu bakar. “Asa kaleungitan. Ciri khas Cilimus teh leungit tangkal karet dituar teh. Kahayang saha sih, maenya urang caricing bae. Baruk orang Cilimus palinter. Berharga keneh sejarah atawa suluh?,” celetuk Yana menggunakan Bahasa Sunda. Kekecewaan warga terhadap kebijakan penebangan pohon karet mulai meluas sampai ke semua blok. Mereka menyesalkan kenapa penebangan tersebut diijinkan. Dulu saja ketika rencana pembangunan pasar, masyarakat pedagang sampai berunjuk rasa. “Apakah hanya gara-gara uang ratusan juta untuk proyek taman, kemudian kita sepelekan sejarah perjuangan nenek moyang kita?,” sindirnya. Terpisah Ketua BPD Asep Saefullah saat dikonfirmasi mengutip keterangan Kades Cilimus H Mulyadin. “Menurut penjelasan pak kuwu bahwa penebangan pohon karet adalah bagian dari program penataan alun-alun yang sepenuhnya diinisiasi oleh pemda,” ujarnya. Sebelumnya, Asep sudah mengingatkan kades terkait ikon tersebut. Dia meminta agar kades konsultasi juga kepada para kasepuhan Cilimus. Namun kembali kades mengatakan, kasepuhan menyarankan agar diserahkan saja ke pemda selaku inisiator. “Itu yang saya dapat info dari pak kuwu,” katanya lagi. Berarti penebangan pohon karet tanpa rapat resmi BPD? Asep menjelaskan, dulu sewaktu masih wacana, BPD menggelar musyawarah. Keputusannya agar kades berkonsultasi dulu dengan kasepuhan. “Dan hasilnya seperti yang tadi dijelaskan,” tukasnya. Pantauan Radar Kuningan, kini batang pohon karet sudah ditebang. Tampak potongannya ditumpukkan tidak jauh dari area tersebut. Pekerja hanya menyisakan pohon mangga. Ikon Cilimus yang sebelumnya pohon karet, sekarang jadi pohon mangga. (ded)      

Tags :
Kategori :

Terkait