Indramayu Lumbung Padi, tapi Minim SMK Pertanian

Rabu 08-06-2016,19:45 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

ANJATAN – Ironis. Menjadi daerah lumbung padi nasional, namun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang membuka program keahlian bidang pertanian masih terbilang jarang. Pengelola SMK baik negeri maupun swasta lebih memilih jurusan yang familiar dan diminati calon siswa. Seperti bidang teknologi informasi dan komunikasi, otomotif, kesehatan, serta pariwisata. Dengan kata lain, pertanian belum menjadi pilihan utama para calon siswa alasan peluang kerjanya kurang. “Padahal pandangan seperti itu salah kaprah. Sebenarnya peluang kerja pertanian paling banyak dari pada sektor lainnya. Dan masalah gajinya lebih besar dibanding profesi lain,” tegas ketua KTNA Kabupaten Indramayu, H Sofwan Hidayat. Peluang kerja sektor pertanian terbuka lebar. Terlebih Kabupaten Indramayu adalah daerah agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Belum lagi, kabar terbaru dari Kementerian Pertanian bahwa Indonesia kekurangan sekitar 39 ribu  orang penyuluh pertanian di tingkat desa/kelurahan. Karena itu, Sofwan mengapresiasi SMK Al Washliyah Anjatan yang berani membuka program keahlian Agro Industri. Pemerhati Pendidikan, Bukhori SPd menjelaskan, lulusan sekolah bidang pertanian sangat dibutuhkan. Sebab mereka berperan penting dalam membina dan membimbing petani atau kelompok tani dalam meningkatkan produktivitasnya. “Majunya pertanian di negara-negara lain seperti Thailand, Jepang bahkan Amerika Serikat ditentukan oleh SDM pertanian yang mumpuni,” ucap dia. Menurut dia, SMK pertanian akan tetap menarik bagi siswa asalkan berani melakukan inovasi serta bermanfaat dalam pengembangan potensi daerah. Sejumlah SMK Pertanian bahkan terpaksa membatasi jumlah siswa. Di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, misalnya, SMKN 2 Slawi enam tahun lalu hanya diminati sembilan siswa untuk jurusan Pertanian. Setelah sekolah melakukan terobosan dengan membuka keahlian teknik otomotif dan industri pertanian, peminatnya langsung bertambah. Jika tahun lalu jumlah siswa hanya 385 orang, saat ini mencapai 1.328 siswa. Sekolah ini juga mengembangkan tanaman buah-buahan, seperti mangga, melon, dan semangka. Dengan menerapkan pola tanam yang sesuai dengan kondisi alam dan iklim di sana, serta ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian yang sederhana, hasil panen buah-buahan dari sekolah ini melimpah dan digemari masyarakat. “Para siswa di sana belajar mulai dari menanam hingga menjualnya. Pendidikan yang seperti ini membuat pandangan siswa pertanian berubah. Mereka mengalami sendiri bahwa pertanian juga dapat memberikan hasil yang baik untuk kehidupan,” pungkas Bukhori. (kho)    

Tags :
Kategori :

Terkait