KUNINGAN – Kendati pernah hangus terbakar, keberadaan pohon karet bersejarah di alun-alun Desa Cilimus tak pernah mengganggu masyarakat. Kekhawatiran pohon tersebut roboh hanya dianggap sebagai pembenaran terhadap penebangan saja. Hal itu ditegaskan salah seorang tokoh pemuda setempat, Alung, yang kesehariannya jualan bubur ayam tidak jauh dari area pohon karet. “Siapa bilang pohon karet membahayakan. Dulu juga pernah dahannya patah tapi enggak sampai memakan korban jiwa. Saya tahu betul karena keseharian saya di sekitar sini,” kata pemuda yang sejak awal berusaha mencegah penebangan pohon tersebut. Dia sependapat, segala makhluk hidup pasti ada batas akhirnya, termasuk pohon. Namun ketika dimatikan, dirinya tidak setuju. Beda halnya ketika mati dengan sendirinya. Dalam pengamatannya, pohon karet itu tidak mati. Bahkan semenjak terjadi kebakaran, dahannya mulai tumbuh kembali. “Saya lihat sendiri tiap hari, pohon karetnya sirungan. Kalau itikadnya mau melestarikan, mestinya mencari upaya agar pohon tetap berdiri. Baik dengan cara seperti pohon bongsai atau seperti apa. Saya yakin bisa. Tapi ini mah memang itikadnya sejak awal terkesan ingin menebang,” ketusnya. Apa yang terjadi di Cilimus rupanya mendapat perhatian serius salah seorang pimpinan DPRD Kabupaten Kuningan Drs Toto Suharto SFarm Apt. Politisi asal PAN yang punya leluhur di Kaliaren, Kecamatan Cilimus itu mengkritisi kekurangtransparansian pelaksanaan program penataan alun-alun. “Kalau transparan, papan proyeknya pasti sudah terpasang sejak awal sebelum dilaksanakan penebangan pohon. Ini mah kesannya masyarakat tahu ada penataan alun-alun setelah melihat ada penebangan pohon karet,” kata Toto. Ia meminta agar papan proyek segera dipasang oleh pengembang. Dengan begitu masyarakat Cilimus akan mengetahui rencana penataan sekaligus pagu anggarannya. Masyarakat pun bisa tahu apakah anggaran bersumber dari APBD II, APBD I atau APBN. “Supaya jelas, siapa pemborongnya, anggarannya berapa dan lain sebagainya. Jadi masyarakat Cilimus tahu supaya tidak terjadi kegaduhan,” ujar politisi yang kini tinggal di Japara itu. Dalam menanggapi penebangan pohon, Toto mengatakan, sekarang sudah kadung dilakukan. Namun dirinya tidak yakin jika penebangan tersebut tanpa koordinasi terlebih dulu dengan pemerintahan desa dan pihak terkait lainnya. “Ya tidak mungkin pohon karet ditebang begitu saja tanpa ijin dari kepala desa, sangat mustahil. Jadi, tidak mungkin jika ada kegiatan di suatu desa itu tanpa sepengetahuan kepala desanya,” ucapnya. Jika memang akan dilakukan penataan alun-alun agar mengandung nilai keindahan, Toto menuturkan, itulah mungkin yang terbaik bagi masyarakat Cilimus. “Kalau toh nanti penataannya itu lebih bagus, terlihat lebih indah, ya tinggal menilai dari sudut keindahannya saja ya. Sebab, pohon juga kan ada waktunya yah, manusia juga ada waktunya kapan mati, dan mungkin itu dalam rangka penataan untuk agar lebih indah lagi dan tertata lebih rapih lagi,” pungkasnya. (ded)
DPRD Ikut Prihatin Pohon Tua Cilimus Ditebang
Senin 13-06-2016,14:30 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :