Portugal, Tanggung Jawab Generasi Perak

Selasa 14-06-2016,13:50 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Oleh : Kurniadi Pramono SAAT pelatih setengah matang, Paolu Bento bergegas menginggalkan kursi kepelatihan tim nasional Portugal, 12 juta warga negara Portugal sangat berharap Jose Mourinho ambil kendali. Namun, Federacao Portuguesa de Futebol (federasi sepak bola Portugal) malah memilih lelaki 62 tahun, Fernando Santos. Dia memulainya dengan menjalin hubungan person to person dengan para pemain. Satu hal yang prinsip, dia tak ingin membebani para pemainnya dengan doktrin ini dan itu. Dia bahkan memuji generasi Portugal saat ini adalah yang terbaik, bisa memenangkan Euro 2016 karena bukan favorit publik. “Saya sangat beruntung, beberapa pemain menjadi pilihan utama di klubnya. Bahkan ada yang menjadi megabintang di sana. Namun itu bukan hal penting dalam membangun tim nasional,” ujar Fernando Santos, pelatih yang cukup sukses mengantarkan Yunani lolos dari penyisihan awal di Euro 2012 dan Piala Dunia 2014. Hal pertama yang dilakukan Fernando Santos adalah menuliskan kalimat pada papan taktikal di ruang ganti para pemain. “Lolos ke Perancis!,” demikian dia ingin memancing reaksi para pemain. Rupanya hampir seluruh pemain bersikap datar saja, tak ada adrenalin yang muncul, pun tak ada sanggahan atau pertanyaan serta pernyataan. Fernando Santos tidak bingung, dia lalu meminta seluruh pemain memasukan nomor telepon pribadinya ke telepon mereka. Tiga pekan setelahnya, Fernando Santos menemukan “bibit penyakit” di dalam tubuh tim asuhannya. Mereka tak percaya diri, merasa hanya berpredikat sebagai generasi perak, satu level di bawah ungkapan generasi emas untuk Luis Figo dkk. “Apakah mereka membawakan emas kepada kita?” tanya Fernando Santos berulang-ulang. “Justru kalian generasi perak yang punya tanggung jawab menggali tambang emas untuk Portugal,” demikian orasinya membakar anak-anak asuhnya. Cristiano Ronaldo memang seperti harta karun bagi sepak bola Portugal. Anak ajaib bernomor punggung 7 itu sungguh membanggakan sebagai satu-satunya pemain yang bisa mencegat Lionel Messi mendominasi pemain terbaik dunia. Ronaldo bahkan setahun lebih dulu meraihnya tahun 2008, kemudian menelikung dominasi Messi di tahun 2013 dan 2014. Wajar dan pantas kalau Fernando Santos menaruh banyak harapan di pundak CR7 (panggilan Ronaldo). Namun dia tak ingin Ronaldo-centris. Santos memasukkan nama-nama muda, terutama di sektor gelandang agar bisa menambah atau menyamai daya gedor apabila Ronaldo di bawah form atau bahkan absen. Sejauh ini, terus terang, belum ada hasil terlihat kecuali target lolos ke Prancis yang sudah terbukti. Yang perlu dicatat ini kali, Portugal membawa pemain belia berambut gimbal ala Ruud Gullit. Konon ia bakal menjadi pemain hebat sekitar 5 hingga 10 tahun ke depan. Dia Renato Sanches yang dilabeli not for sale oleh Bayern Muenchen. Pemain tengah serba bisa dengan naluri bertahan kuat, sekaligus berbakat menyerang yang ganas. Sungguh layak dinantikan debutnya bersama tim nasional Portugal, itu pun seandainya Fernando Santos memberikan kesempatan padanya turun sejak peluit awal berbunyi. Masuk Grup F, Portugal sebetulnya bisa dikatakan beruntung tampil di laga pertama melawan tim debutan Islandia. Konon, lolosnya Islandia lebih banyak ditentukan faktor kehebatan pelatihnya Lars Lagerback yang cukup lama menangani Swedia. Tim Islandia ini tak cukup punya banyak waktu latihan, karena di negerinya, alam sangat tidak bersahabat untuk cabang olahraga seperti sepak bola. Mereka lebih banyak berlatih di lapangan tertutup, karena lapangan terbuka di sana nyaris selalu ditutupi salju. Belum banyak yang mengetahui kiprah asli Islandia. Tapi yang pasti, Islandia “ditakuti” Austria dan Hungaria karena tim analis keduanya mengaku sangat kesulitan mendapatkan data akurat soal lawan mereka ini. Hungaria sendiri digadang-gadang akan lolos ke 16 besar, walaupun lolos ke Prancis lebih dianggap hoki karena lewat jalur play-off. Pelatih Bernd Storck dianggap sukses meregenasi tim Magyars, tim ajaib di era tahun 50-an hingga 60-an itu, dengan mengkombinasikan pemain muda berbakat dengan pemain senior di seluruh lini. Kiper Gabor Kiraly, defender Roland Juhasz, midfielder Balazs Dzsudzsak dan striker Soltan Gera dan Tamas Priskin, mereka sudah lebih dari 70 kali turun dengan kostum nasional. Bahkan rekor tampil penjaga gawang Kiraly mencapai 3 digit, 101. Ia hampir dua dekade malang melintang di Bundesliga bersama Hertha Berlin dan Bayer Leverkusen serta di Premier League bersama Aston Villa. Pemain belia yand dibawa Storck juga mumpuni. Gelandang Laszio Kleinheisler yang bermain untuk Werder Bremen, adalah pemain enerjik yang benapas kuda di usianya 22 tahun. Di barisan pertahanan, dominasi pemain di bawah 30 tahun memang seperti menjamin bahwa pertahanan mereka bakal sulit ditembus. Norwegia yang sarat pengalaman bertanding, pun harus mengakui kehebatan Hongaria era kini yang menang dua kali home and away di babak play-off, November tahun lalu. Tim Eropa lainnya di Grup F ini adalah Austria. Khas berpenampilan angin-anginan, Austria, sama seperti Hungaria, masih mencari jatidiri mengembalikan era kejayaannya pasca Perang Dunia ke-2. Membawa pasukan yang lebih dari separuhnya merumput di Bundesliga, pelatih Marcel Koller tak terbebani target apapun. Namun misi kecil Austria cukup membuat ketar-ketir para pesaingnya di Grup F ini. Austria membawa pemain-pemain hasil binaan konstruktif akademi sepak bola modern di negerinya. Salah satu andalannya adalah David Alaba, yang dipuji setinggi langit oleh dua pelatih hebat sekelas Pep Guardiola dan Omar Hitzfield. Kendati usianya baru 22 tahun, namun dia sudah membukukan 11 gol bagi Wunderteam Austria. David Alaba sendiri sudah merasakan bagaimana memenangi kompetisi ketat bersama Bayern Munchen. Dia pun telah merasakan didaulat sebagai pemain terbaik Austria. Mengomentari peluang Austria di Euro 2016, Alaba mengatakan Austria adalah tim yang bagus dan bisa bermain dengan bagus. “Jadi banyak yang bisa terjadi di sana,” ujarnya seperti sedikit mengancam. Austria sendiri sekarang ada dalam papan atas FIFA, hanya kalah satu tingkat dari Inggris. Itu berarti tim ini punya kemajuan sangat pesat jika dibanding delapan tahun silam. Saat Euro 2008 sebagai tuan rumah bersama Swiss, Austria dianggap gagal total karena tak pernah meraih poin penuh di penyisihan grup awal. Sekarang, empat tahun setelah Austria gagal lolos ke Euro 2012, menarik ditunggu bagaimana raksasa tidur ini menggeliat. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait