Rumahnya Ambruk, Keluarga Watini Tinggal di Tenda

Sabtu 18-06-2016,14:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KAPETAKAN - Sebuah tenda berdiri di bekas rumah Watini (65) di Blok Serakulon RT 01 RW 02 Desa Pegagan Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Tenda tersebut yang kini dijadikan tempat tinggal dari panas dan hujan oleh lima anggota keluarga Watini yang pada Rabu (15/6) lalu, rumahnya roboh diterjang angin dan hujan. Tidak ada perabotan yang bisa diselamatkan dari robohnya rumah semi permanen milik Watini. Hanya sebuah terpal, satu kasur dan empat bantal serta baju-baju saja yang ada di dalam tenda yang baru dibangun Jumat (17/6). Senyum khas warga pedesaan terlihat tersungging dari wajah keluarga Watini saat Radar datang ke tenda yang baru saja selesai dibangun. Udara panas pun langsung terasa, tatkala mulai masuk ke dalam tenda. “Masuk saja, maklum kalau siang agak panas. Kalau malam atau hujan ya tinggal dinikmati saja,” ujarnya saat mengajak Radar masuk ke dalam tenda. Tenda yang dibangun secara swadaya tersebut, berukuran 3x3 meter. Bagian bawahnya sebagian ditutup terpal, di dalamnya terlihat sebuah kasur tanpa sprei. Beberapa buah bantal dan sejumlah perabotan usang yang bisa diselamatkan dari peristiwa yang hampir merenggut nyawa anak semata wayang Watini, Rawini (40) yang saat rumah tersebut roboh tengah berada di dalam rumah. “Ini seadanya dulu, untuk tempat masaknya saja belum bisa bikin. Masaknya nanti numpang ke rumah saudara dulu,” tutur Watini. Berkali-kali terlihat dua cucu Watini yang masih balita, nampak girang dan bermain di kasur yang tinggal satu-satunya tersebut. Kedua cucu Watini memang belum paham dengan masalah yang dihadapi keluarganya. Sebenarnya, Watini sudah ditawari tinggal di rumah kerabatnya. Namun Watini tetap merasa tidak enak. Dia tidak mau terlalu merepotkan keluarga besarnya tersebut. Akhirnya ia pun nekat mendirikan tenda dan akan langsung mendiami tenda tersebut. “Kalau kata orang dari desa, rumah nanti dibangun setelah Lebaran. Kita kan gak enak sama keluarga, kalau merepotkan terlalu lama. Akhirnya bikin tenda saja, ya mudah-mudahan nyaman. Yang penting tidak kehujanan dan tidak kepanasan,” ujar Watini. Tidak mengherankan jika rumah milik Watini tersebut roboh. Selama bertahun-tahun, kondisi rumah Watini sudah miring ke belakang, bahkan di bagian belakang dinding dan atap rumah sudah ditopang atau dicagak beberapa kayu untuk membantu agar rumah tersebut kuat berdiri. Bahkan sebelum kejadian, beberapa kerabat Watini datang ke rumah dan menyuruh anggota keluarga untuk keluar dari rumah karena kondisinya dikhawatirkan akan roboh. Diakui Watini, sudah banyak pihak yang memberikan bantuan mulai dari pihak pemerintah desa, kepolisian dan pemkab melalui dinas terkait pun sudah datang mengucapkan belasungkawa dan memberikan bantuan. “Ada beberapa yang nyumbang, dari mulai sembako, karpet, selimut dan perabotan dapur dan lain-lain. Sebenarnya saya tidak enak, kalau terlalu merepotkan. Tapi mau bagaimana lagi, saya saja sudah tua, tak punya pekerjaan dan penghasilan,” imbuhnya. Watini pun mengatakan, tak bisa berbuat banyak andai rumah miliknya baru dibangun setelah Ramadan. Dia pasrah karena memang ia tak punya daya atau tak punya biaya sendiri untuk mendirikan rumahnya yang sudah roboh. “Boro-boro buat bangun rumah, buat makan sehari-hari saja sudah susah. Untungnya banyak tetangga yang peduli. Kalau buka atau sahur banyak yang datang ngasih makanan,” tuturnya. Ada keinginan dalam benak Watini. Bagaimana pun ia tetap berkeinginan merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan kondisi yang sudah normal. Dia pun tak pernah berhenti berharap. Dia terus berdoa dan menunggu rumahnya bisa berdiri sebelum Lebaran tiba. “Ya kalau sampai Lebaran belum bisa berdiri rumahnya, ya Lebaran-nya di sini,” ungkapnya sambil tersenyum. Terpisah, Kepala Dinsos Kabupaten Cirebon, H Maryono melalui Kasi Penanggulangan Bencana, Nana R Harun mengatakan, pihaknya sudah memberikan bantuan sembako kepada korban rumah ambruk. Bantuan yang disalurkan berupa 1,5 kuintal beras, 15 botol sarden, 10 botol kecap, lima botol saus, tiga tas makanan bayi, dua terpal dan tikar. Tak hanya itu, pihaknya juga memberikan bantuan peralatan dapur seperti tempat nasi, panci, cutil, dan juga selimut. \"Kita sudah memberikan bantuan sembako kepada korban bencana rumah ambruk,\" kata Nana. Pihaknya juga mencatat, saat terjadi hujan lebat dan angin kencang, Rabu (15/6) lalu, mengakibatkan beberapa pohon tumbang dan juga rumah yang terkena petir di Desa Bakung Lor. \"Selain di Desa Pegagan Lor, ada juga di Desa Bakung. Informasinya rumah terkena petir, itu juga sudah diberikan bantuan,\" tandasnya. Sementara itu, perihal bantuan rumah ambruk, pihaknya belum bisa memastikan bantuan pembangunan rumah tersebut. Pasalnya, untuk mendapatkan bantuan harus ada usulan dari yang bersangkutan. \"Kami tidak tahu untuk bantuan rumah ambruk, beda lagi tupoksi. Ada lagi bagiannya, kami hanya memberikan bantuan sembako,\" tukasnya. (dri/jml)    

Tags :
Kategori :

Terkait