Jerman dan Inggris Belum Aman

Senin 20-06-2016,08:52 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Oleh : Kurniadi Pramono DUA di antara setidaknya tujuh tim favorit juara di Euro 2016 ini, Jerman di Grup C dan Inggris di Grup D masih berada di zona tak aman untuk masuk ke jalur 16 besar. Namun, raihan 4 poin yang mereka miliki saat ini, setidaknya memberikan sedikit “kenyamanan” apabila memperhitungkan akan ada empat tim terbaik di peringkat ketiga dari enam grup penyisihan. Itu adalah jackpot untuk menemani juara dan runner-up berangkat ke babak perdelapan final. Tapi, untuk dua tim bergengsi, lolos dari penyisihan lewat jalur kelas dua, rasanya tak sudi. Secara teori, dari delapan tim di Grup B dan C yang akan bertarung di laga terakhir penyisihan grup dinihari nanti dan besok malam, hanya satu, yakni Ukraina di Grup C yang peluangnya telah tertutup sama sekali. Katakanlah Ukraina menang besar dari Polandia. Dan pada saat yang sama, North Ireland kalah telak dari Jerman. Maka akumulasi poin 3 bagi Ukraina, yang berarti sama dengan Irlandia Utara. Walaupun Ukraina dengan surplus gol lebih baik dari Irlandia Utara, mereka tetap di posisi juru kunci Grup C. Karena mereka kalah dalam soal aturan technical meeting, yang lebih menghargai rekor head to head daripada selisih gol. Jadi, titik krusial penentuan Grup C ini, adalah soal Irlandia Utara. Tentu saja tim asuhan pelatih Michael O’Neil tak akan rela tersingkir lebih awal, mengingat mereka hadir di Prancis dengan rekor kualifikasi yang menakjubkan, menjuarai grup dengan melewati raihan dua tim kuda hitam dari timur, yang juga lolos ke Euro 2016, Rumania dan Hungaria. Sebagai tim debutan di Euro, Irlandia Utara sebenarnya bukan muka baru dalam persepakbolaan dunia. Mereka pernah hadir di Piala Dunia, kendati cuma berstatus penggembira. Namun, julukan Norn Iron untuk Irlandia Utara, lumayan menakutkan. Tim yang dibangun perlahan sejak 6 tahun terakhir ini, punya kekompakan luar biasa. Walaupun kalah tipis 0-1 dari Polandia, Irlandia Utara berbekal kemenangan 2-0 atas Ukraina. Dengan tabungan gol tipis, Irlandia Utara akan tampil nothing to loose menghadapi juara dunia Jerman. Irlandia Utara pasti berharap 1 poin untuk mengamankan posisi tiga terbaik. Menjelang pertandingan bersejarah melawan Jerman, pelatih Michael O’Neil sudah memompa gairah Gareth McAuley dan rekan-rekannya dengan mengatakan penampilan mereka di dua laga awal sangatlah fantastik, sesuai dengan progres prestasi mereka yang kini berada di urutan 28 pada ranking FIFA. Sebaliknya, Jerman sendiri harus mengakui mereka berada di zona tak aman. Draw kacamata dalam pertandingan kedua melawan tetangganya, Polandia, tentu membuat galau Joachim Loew. Semenjak berstatus juara dunia, penampilan tim elite ini bagaikan karnaval ombak-banyu, naik turun akibat badai cedera yang tak kunjung reda. Jerman juga harus berhitung dengan cermat. Jika mereka tak bisa menundukkan Irlandia Utara, maka posisi jura grup akan sangat mungkin dikudeta oleh Polandia. Robert Lewandowski dan rekan-rekannya pasti tancap gas menghadapi tim kuda hitam yang pincang dan kehilangan asa, Ukraina. Ini kesempatan besar Polandia untuk menjaga peluang hingga perdelapan final bahkan perempat final. Juara Grup C ini (cuma) akan menghadapi peringkat ketiga dari Grup A, B atau F. Sedangkan runner-up Grup C, akan lebih berat peluang ke perempat final karena dalam 16 besar harus malawan juara Grup A, yang kemungkinan besar adalah tuan rumah Prancis. Jadi, sambil berharap Jerman tergelincir saat melawan Irlandia Utara, Polandia menatap posisi juara Grup C dengan kemenangan dari Ukraina. Sedangkan peluang Rusia di Grup B masih bisa lolos dengan syarat dan kondisi menang atas Wales dengan surplus gol yang memadai. Hal ini bisa jadi bekal Rusia “bertarung” dengan lima tim peringkat ketiga. Atau, Rusia bisa lolos langsung sebagai runner-up jika Inggris menang atas Slovakia. Jika mereka draw saja, maka kemenangan Rusia atas Wales dengan jumlah gol besar pun, tetap mematok mereka di posisi ketiga karena kalah head to head kendati poin sama 4 dengan Slovakia. Kalau mau jujur, pelatih Rusia Leonid Slutsky awalnya menganggap enteng Wales. Target 3 poin dari Wales pasti bisa tercapai, apalagi pertemuan keduanya didapatkan undian pada pertandingan terakhir. Tapi Sang Naga Wales sudah menggeliat dan kini sementara bercokol di posisi runner-up Grup B.  Ditambah fakta kalahnya mereka 1-2 dari Slovakia, tentulah Rusia di posisi genting, juru kunci. Selain faktor hitungan matematis, x-factor juga membayangi nasib kelabu Rusia. Hooligan asal Rusia dianggap sebagai biang pemicu kerusuhan. Memprovokasi pendukung Inggris dan  membangkitkan adrenalin hooligan Kroasia yang juga brutal dan destruktif. Tersingkirnya Rusia dari Euro 2016, maaf, tentulah diharapkan banyak pihak yang mendambakan kejuaraan besar 4 tahunan ini, bisa berlangsug kompetitif tanpa aksi kekerasan dan kekasaran di luar lapangan. Sementara itu, Inggris yang sedikit menarik napas setelah menang susah-payah atas Wales, juga belum 100 persen aman. Jika tim asuhan Roy Hodgson ini kalah sial dari Slovakia, dan di saat yang sama Rusia menang dari Wales, maka adu surplus gol akan jadi penentu siapa yang berhak duduk di kursi kedua di bawah Slovakia. Memang, jika Inggris kalah selisih gol pun dari Rusia, kemungkinan The Three Lion masih bisa lolos lubang jarum ke 16 besar untuk berhadapan dengan juara Grup D, yang kemungkinan besar adalah Spayol (atau Kroasia). Sedangkan runner-up grup ini berhadapan dengan sesama peringkat kedua Grup F, yang masih membuka peluang lebar untuk empat tim di sana (Hungaria, Portugal, Islandia atau Austria). Euro 2016 kali ini memang sedikit unik, dengan 24 tim peserta, pembagian enam grup membuka peluang empat tim peringkat ketiga terbaik ikut lolos ke perdelapan final. Keunikan skema turnamen ini diadopsi dari Piala Dunia 1986, 1990 dan 1994. Skema ini banyak menuai kritik karena berkesan kurang fairplay dalam penentuan tim yang lolos ke 16 besar. Sama seperti yang dilakukan FIFA sejak Piala Dunia 1998, kini UEFA sendiri sudah memutuskan menambah kontestan finalis dari 24 menjadi 32 untuk gelaran empat tahun ke depan, dengan tuan rumah setidaknya empat negara yakni Inggris, Jerman, Rusia dan Italia. Dengan 32 tim kontestan dalam delapan grup, maka hanya juara dan runner-up yang lolos dari penyisihan ke perdelapan final. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait