Lima Favorit di Pool Neraka

Jumat 24-06-2016,10:47 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

Oleh : Kurniadi Pramono TEPUK jidat, terbukti sudah! Sistem yang aneh telah melahirkan skema pertandingan perdelapan final yang –katakanlah– sedikit kacau. Percuma saja dalan drawing pengundian grup akhir 2015 lalu, UEFA menempatkan tim-tim unggulan di pot yang berbeda, dengan maksud para calon jawara tidak saling bertemu di awal sistem gugur yang diawali pada 16 besar. Tapi toh sekarang kenyataannya, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris dan tuan rumah Prancis berada di pool yang sama. Artinya, ada banyak big match terjadi lebih awal sebelum final, prematur istilahnya. Pada partai puncak Euro 2016, tanggal 11 Juli kelak, tidak akan terjadi final ideal yang mempertemukan dua tim favorit. Jangan harap ada final klasik antara Jerman versus Inggris, final apik antara Spanyol dan Prancis, atau final indah antara Italia melawan Jerman. Sebab, hanya satu dari antara lima tim besar itu akan hadir di partai puncak. Pertemuan besar di antara mereka, paling mentok, cuma bisa terjadi di semifinal. Sedangkan satu tempat finalis lainnya akan diisi oleh kontestan dari pool lain, yang sementara ini hanya ada kandidat tunggal, yakni Belgia. Belgia sendiri dikepung tiga kuda hitam paling liar, Kroasia, Hungaria dan Portugal. Itupun Portugal harus sudah hidup mati di awal perdelapan final dengan Kroasia. Otomatis Swiss atau Polandia, Wales bahkan Irlandia Utara, empat tim yang sejauh ini dianggap gurem, akan berpeluang besar menembus semifinal. Bahkan jika mereka beruntung, manakala Belgia mati angin atau kehabisan bensin, bisa melenggang ke final. Bicara tim under dog, sah bila publik merasa rugi kehilangan Albania dan Turki. Dua tim yang “ketinggalan kereta” ini sama-sama mengoleksi poin 3 di penyisihan. Namun Albania yang tampil konsisten dalam tiga laganya dan Turki yang terlambat panas di dua laga awal, harus pulang dengan sejarah bahwa mereka “dikalahkan” oleh peraturan yang unfair, tidak adil. Mereka cuma kalah selisih gol, di mana Irlandia Utara dan Portugal lebih beruntung walaupun sama-sama memiliki 3 poin. Lebih mengenaskan lagi, walaupun memiliki poin 4, namun rekor Irlandia defisit 2 gol, hal yang sama dengan Albania dan Turki. Okelah, selamat jalan Albania, selamat mimpi indah Turki. Setidaknya pelatih asal Italia, Gianni de Biassi telah memberikan corak baru dalam persaingan sepak bola di Eropa bahkan dunia. Penampilan luar biasa mereka selama Euro 2016 ini, terutama ketika tampil all-out mengalahkan Rumania 1-0, telah memberikan pemahaman kepada seluruh dunia bahwa nama Albania bukanlah tim ecek-ecek yang selalu jadi lumbung gol lawan di babak kualifikasi. Fantastisnya, Perdana Menteri Edi Rama tetap memberikan pujian kepada Biassi dan seluruh pemainnya. \"Penghargaan itu sangat fantastis, saya merinding dan tidak tahu harus berkata apalagi,\" ujar Biassi. Berbeda halnya pelatih dengan jam terbang tinggi, Fatih Terim yang memenuhi janjinya bahwa Turki akan memberikan sesuatu yang berbeda di laga ketiga setelah dua kali kalah oleh Spanyol dan Kroasia, juga tetap memeroleh respek tinggi pendukung setianya kala mereka memberi pelajaran kepada Republik Ceko, 2-0. Balik ke persoalan 16 besar, delapan partai play-off terbagi menjadi dua pool yang masing-masing berisi delapan tim dengan sistem gugur, knock out, siapa kalah dia tesingkir. Untuk lebih memudahkan, sebut saja Pool Kiri dan Pool Kanan. Pool Kiri lebih dulu. Diawali pertandingan Swiss melawan Polandia. Pemenangnya akan berhadapan di 8 besar dengan Kroasia atau Portugal, tergantung siapa yang menang. Sedangkan Wales harus mengalahkan saudara serumpunnya Irlandia Utara jika ingin melangkah ke perempat final. Jika itu terjadi, maka Sang Naga akan berhadapan dengan pemenang big match antara Hongaria kontra Belgia. Lebih jauh menerawang ke semifinal, berarti satu di antara Kroasia, Portugal, Polandia dan Swiss, akan berhadapan dengan satu di antara Belgia, Hungaria, Wales serta Irlandia Utara. Tanpa maksud meremehkan Swiss, Polandia, Irlandia Utama, Portugal, Wales, Kroasia dan Hungaria, maka Belgia yang sedari awal diunggulkan dan pantas difavoritkan melihat koefisiensi ranking FIFA yang urutan kedua di bawah Argentina di urutan teratas, bisa diibaratkan ada di jalan tol bebas hambatan menuju ke final. Bandingkan dengan Pool Kanan. Italia dan Spanyol sudah saling “bunuh” di perdelapan final. Siapa yang hidup, kemungkinan besar akan berhadapan menghadapi raksasa lainnya, Jerman yang lebih dulu berhadapan dengan Slovakia. Sedangkan Inggris harus menaklukkan gunung es Islandia sebelum menantang unggulan lain Prancis, itupun kalau tuan rumah bisa melewati rintangan tim kenyal Irlandia. Jika skenario popular terpenuhi, maka di perempat final akan saling berhadapan Jerman dengan Italia, Prancis versus Inggris. Jerman dan Prancis dinilai paling berpeluang ke semifinal. Partai klasik ini yang akan mendorong salah satunya ke partai final, di mana Belgia dengan tantangan seriusnya sudah menunggu sehari sebelumnya di Stade de France, Paris. Jangan pula dilupakan, sejarah yang tak pernah berbohong, selalu mengingatkan kita bahwa di turnamen-turnamen spesial halnya seperti Euro (atau Piala Dunia), prediksi, ramalan, prakiraan atau skenario dari pertandingan ke pertandingan, semuanya tak pernah ada yang sesuai harapan. Selalu muncul anomali, tiba-tiba muncul kejutan, dan hampir selalu keluar tim piningit di tengah perjalanan. Jadi, jangan terlalu diambil pusing kalau Belgia kali ini diuntungkan karena berada di jalan tol bebas hambatan, sementara Jerman, Inggris, Italia, Spanyol dan Prancis masuk Pool Neraka. Tonton dan nikmati saja, diingat kalau bisa dikenang. Itulah petuah dari para bijak untuk mengonsumsi pesta sepak bola dua tahunan, yakni Piala Dunia dan Piala Eropa. Nikmati sajalah, kata Iwan Fals, titik. (*)      

Tags :
Kategori :

Terkait