PLERED - Bulan Ramadan menjadi berkah bagi masyarakat, tidak hanya berlimpah pahala akan tetapi juga meningkatnya omset penjualan. Begitu juga yang dialami oleh para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) sate kurma di Desa Weru Kidul, Kecamatan Plered. Saat bulan ramadan, pesanan meningkat hingga 10 persen dari hari biasa. \"Kalau bulan Ramadan musimnya kurma, setiap hari hampir selalu ada pesanan,\" ungkap Pemilik Usaha Sate Kurma Nuraedah kepada Radar Cirebon, Minggu (26/6). Menurut dia, pesanan sebenarnya sudah mulai berdatangan sejak tiga bulan sebelum Ramadan. Hingga kemudian pesanan menurun satu minggu setelah lebaran. Dalam kurun waktu itu, terutama pada saat bulan Ramadan pesanan sate kurma meningkat. Dalam satu hari pihaknya bisa membuat sekitar 30 dus kurma yang siap dijual ke pasar kue plered. Dari sana, kemudian barang dijual kembali ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta, Bandung dan lainnya. \"Kalau pemasaran kita cukup jual ke Pasar Plered, karena di sana kan pusat penjualan makanan dan minuman. Dari mana-mana datang, sampai Bali dan Kalimantan juga ada,\" sebutnya. Ia bekerja tidak seorang diri, akan tetapi juga dibantu oleh para tetanganya. Ada sekitar 4-5 orang yang berkerja untuk mengemasi sate kurma. Di sebut sate kurma bukan berarti pengelohannya dibakar dengan arang. Akan tetapi hanya biji-biji kurma tersebut hanya ditusuk dengan batang bambu. Usaha ini, lanjutnya, sudah turun temurun ditekuni olehnya dari orang tuanya. \"Kita tidak diolah, jadi kurma itu kita beli, kemudian kita kemasi meyerupai sate lalu di bungkus dengan pak kecil,\" ujar Nuredah. Harga satu pak sate kurma itu, sambung dia, dijual dengan harga Rp2500. \"Pesanan kalau Ramadan ramai terus, bahkan kami kewalahan. Orderan banyak tapi kemampuan produksinya masih sedikit,\" jelasnya. Maklum saja, para pekerja di industri rumahan itu hanya memberdayakan para ibu rumah tangga. Kadang kala, kata Nuraedah, para ibu rumah tangga ini harus mengurusi rumah terlebih dahulu sebelum beraktifitas bekerja mengemasi sate kurma. Dari hasil penjualan itu, kata Nuraedah, bisa digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan ramadan dan juga idul fitri. Menurutnya, penamaan sate kurma sendiri, awalnya dibuat agar pembeli bisa terjangkau oleh anak-anak. Maklum saja, kurma menjadi makanan takjil yang banyak diburu oleh umat islam. \"Kalau dengan tusuk sate seperti ini kan bisa diecer, satu tusuk Rp500, sehingga anak kecil pun bisa merasakan nikmatnya makan kurma saat berbuka puasa,\" tukasnya. (jml)
Sate Kurma, Banjir Pesanan 3 Bulan Sebelum Ramadan
Minggu 26-06-2016,18:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :