PT KAI Ajak Masyarakat Jaga Perlintasan tanpa Palang Pintu

Senin 27-06-2016,16:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

BABAKAN – Pengamanan angkutan mudik tidak hanya dilakukan di sekitar stasiun kereta api dan di dalam gerbong. PT KAI Daop III Cirebon, juga bekerja sama dengan masyarakat sekitar rel tanpa palang pintu untuk menjaganya, guna menghindari kecelakaan. Kepada Radar, Manajer Humas PT KAI Daop III Cirebon Eko S Mulyanto mengatakan dalam upaya meningkatkan keamanan, perusahaan jasa kereta api ini menjalin kerja sama dengan aparat keamanan, seperti Brimob, TNI dan Polri dengan jumlah total personel sekitar 370. “Mereka disebar di beberapa stasiun untuk membantu Polsus dan security,” ucapnya. Kemudian, dalam rangka menjamin keamanan perjalanan kereta api, pihaknya menyediakan penjaga ekstra yang ditugaskan pada perlintasan kereta api tanpa palang pintu. Petugas ekstra ini melibatkan masyarakat setempat. “Kita fasilitasi mereka rompi dan bendera,” imbuhnya. Selain itu, PT KAI Daop III Cirebon pun menyediakan rambu-rambu atau tanda peringatan yang dipasang di sekitar rel tersebut. “Bagi warga setempat, mungkin sudah biasa melintasi perlintasan tanpa peringatan. Takutnya, pemudik yang tidak biasa, mereka lengah. Makanya kita pasang rambu-rambu,” imbuhnya. Eko juga menambahkan, untuk keamanan rel, pihaknya juga menyertakan penilik rel ekstra yang bertugas memeriksa rel dan wesel kereta api. “Kita cek kondisi rel setiap jam,” imbuhnya. Dalam kesempatan ini, Eko juga berharap kepada para penumpang yang sudah memesan tiket, untuk segera mencetak di stasiun Kejaksan Cirebon. Jika dicetak secara bersamaan, pasti akan ada penumpukan dan menghambat perjalanan pemudik. “Segera dari sekarang, mumpung ada waktu,” tandasnya. Sementara, berdasarkan penelusuran di lapangan, petugas ekstra yang dimaksud oleh PT KAI Daop III Cirebon sangat berharap perhatian dari pihak terkait. Mengingat, upah yang didapat mereka hanya mengandalkan bantuan dan kesadaran pengguna jalan yang melintas di perlintasan tersebut. \"Kita hanya mengandalkan kenclengan dari orang yang lewat, kami mohon ada perhatiannya,\" ujar Rosidi, petugas perlintasan kereta tanpa palang pintu Desa Bandengan, Kecamatan Mundu. Dalam menjalankan tugas, Rosidi tidak sendiri, dia dibantu oleh dua orang rekannya dengan waktu kerja dibagi tiga sift. \"Sehari kita hanya dapat Rp15 ribu sampai dengan Rp20 ribu,\" ungkapnya. Kehadirannya menjaga perlintasan kereta api, karena kesadaran membantu para pengguna jalan agar tidak menjadi korban tabrak lari kereta api. \"Hampir setiap tahun, perlintasan ini memakan korban jiwa, kita sih ingin bantu orang saja,\" pungkasnya. (jun)      

Tags :
Kategori :

Terkait