13 Dokter Tangani Bocah Terberat di Dunia asal Karawang

Selasa 12-07-2016,10:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

BANDUNG - Arya Permana (10), bocah terberat kedua di dunia dari Kabupaten Karawang dirawat di RS Hasan Sadikin Bandung, kemarin (11/7). Arya memiliki berat 198,5 kilogram. Selama menjalani perawatan di RSHS, bocah yang kini putus sekolah karena kegemukan itu, ditangani 13 tim medis terdiri atas dokter ahli gizi, kejiwaan serta dokter spesialis. Dari pantauan koran ini, selain diantar kedua orangtuanya, Arya juga ditemani Bupati Karawang Dr Celica Nurachadiana. Termasuk Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati sekitar pukul 13.15. Arya langsung dibawa ke Gedung Kemuning Ruang Kenanga Lantai II untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut. Direktur Utama RSHS Dr Ayi Djembarsari mengatakan, kasus ini merupakan kasus menarik unik. Sebab, RSHS baru pertamakali menangani kasus obesitas. Menurut Ayi, penyelesaian kasus Arya menjadi sangat berharga untuk medis. Sebab, ke depan akan menjadi panduan bagaimana mengatasi masalah kegemukan pada anak. ”Kasus ini juga pernah ada di negara lain. Tapi Arya ini bobotnya melebihi anak di negara tersebut. Jadi bobot badannya terbesar di dunia bagi anak seusianya,” kata Ayi kepada wartawan di Aula RSHS Bandung, kemarin (11/7). Ayi mengungkapkan, pihaknya melibatkan 13 dokter dalam menangani kasus tersebut. Nantinya, pihak RSHS akan berusaha untuk menurunkan berat badannya dengan cepat dan tidak berbahaya bagi perkembangannya. Sebab, kata Ayi, berat badan normal bagi anak usia10 tahun harus kurang dari 50 kilo. ”Tapi ini lebih dari 190 kilo. Sangat berbahaya,” ungkapnya. Tidak hanya tindakan medis, tapi dia juga akan memberikan pemahaman kepada orangtua Arya. Salah satunya pola makan. ”Ke depan kami akan berikan materi tentang pengurangan kalori serta diet, agar orang tua si anak bisa menerapkan di rumah setelah selesai perawatan,” ungkap Ayi. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Alma Lucyati memaparkan, dengan adanya kasus ini, Dinkes Jabar bersama Pemkab Karawang akan berupaya agar anak tersebut bisa mendapatkan pembelajaran yang sama seperti anak seusianya. Apalagi, anak tersebut sangat ingin melanjutkan sekolah. ”Pak Gubernur (Ahmad Heryawan, red) sangat mensupport dengan adanya kasus ini. Untuk itu, kami sudah berkoordinasi dengan Disdik agar anak ini bisa mendapatkan pendidikan,” jelas Alma. Senada dikatakan Bupati Karawang Dr Celica Nurachadiana. Dia mengaku, sangat berterima kasih atas kesiapan RSHS yang mau merawat anak tersebut. Sebagai Bupati Karawang, dia akan berjuang agar anak ini bisa kembali normal seperti anak sebayanya. Salah satunya memberikan pendidikan yang layak. ”Ke depan, kami akan memberikan pendampingan khusus agar anak ini bisa mendapatkan hak yang sama dengan anak sebayanya,” tegas Celica. Sementara itu, orang tua Arya, Ade Somantri (45) mengaku, saat kelahiran anak keduanya ini kandungan ataupun berat badan anaknya normal. Kelainan yang ada pada anaknya ini terlihat pada usia 8 tahun. Saat itu, berat badan Arya naik dengan pesat hingga menginjak usia 10 tahun baru disadari kalau berat badan anaknya ini tidak normal seperti anak-anak lain seusianya. ”Saat lahir berat badan Arya normal hanya 3,8 kilo,” tandasnya. Sebelumnya, Ade memang sempat khawatir anaknya meninggal karena kegemukan. Arya juga tidak hanya menjadi sorotan media nasional. Arya kini menjadi sorotan dunia. Sejumlah media internasional seperti The Telegraph, Mirror, Daily Mail Online, Metro UK, menyebut Arya sebagai ”the world’s fattest child” atau bocah tergemuk di dunia. Gara-gara bobot badan, dia sudah tidak bisa berjalan, hingga terpaksa putus sekolah. Arya makan lima kali sehari yang terdiri dari nasi, ikan, daging sapi, sup sayuran dan tempe dengan porsi makan dua orang dewasa. Menurut ibunya Rokayah, anaknya itu terus menerus lapar. ”Dia punya nafsu makan besar. Bisa menghabiskan porsi makanan dari dua orang dewasa pada satu waktu,” kata Rokayah. Karena berat tubuhnya, orang tuanya tidak mampu menemukan pakaian yang cocok. Hasilnya, Arya hanya mengenakan sarung sampai pinggang. ”Dia selalu lelah dan mengeluh sesak napas,” ujarnya. Selain makan dan tidur, kata Rokayah, dia menghabiskan waktu berjam-jam berendam di dalam kolam. Dia mengaku, tidak berbuat banyak untuk mengatasi masalah anaknya. Terlebih untuk perawatan medis. Untuk sehari-hari pun dia mengaku kerap meminjam uang.  ”Saya meminjam uang agar dia bisa makan. Saya tidak bisa melihat dia kelaparan,” ujarnya lagi. (dn/rie)  

Tags :
Kategori :

Terkait