Tak Punya Keahlian? Warga Majalengka Jangan Merantau

Sabtu 16-07-2016,17:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAJALENGKA - Arus balik lebaran sangat rentan dengan gelombang urbanisasi masyarakat ke kota besar untuk mengadu nasib. Harus dilakukan upaya pencegahan terhadap masyarakat yang ingin merantau, dengan tujuan bekerja yang tidak jelas di kota besar. Anggota Komisi IV DPRD Majalengka, H Nana Heryana menyebutkan, fenomena urbanisasi pasca lebaran jangan dipandang sebelah mata. Jika dibiarkan masyarakat yang tidak punya keahlian merantau ke kota besar, justru dikhawatirkan malah menimbulkan persoalan baru di perantauan. Mulai dari menambah angka pengangguran dan persoalan sosial lainnya. “Banyak masyarakat yang diajak merantau ke kota oleh kerabat maupun saudaranya yang sudah lebih dulu merantau. Harus jelas dulu tujuan dan tempat bekerjanya, kalau sekedar mengadu nasib dengan tujuan pekerjaan yang tidak jelas lebih baik jangan. Nanti malah menimbulkan persoalan sosial lain di kota besar,” ujar politisi PPP ini. Dalam hal keahlian, pihaknya memandang perlu upaya serius dari pemerintah daerah dalam membekali masyarakat angkatan kerja dengan lifeskill dan keahlian khusus lainnya. Sehingga keahlian dan kemampuan mereka dibutuhkan dan berguna di lapangan pekerjaan. “Jangan sampai ketika lulus sekolah jenjang menengah, para siswa usia produktif yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi hanya mendapatkan ijazah dan dokumen kelulusan tanpa dibekali kemampuan lebih. Sehingga sulit bersaing di lapangan pekerjaan,” terangnya. Sementara aktivis serikat buruh, Tahjudi Wijaya menyebutkan di kota angin juga tersedia banyak lapangan pekerjaan yang mestinya dimaksimalkan untuk menyerap tenaga kerja lokal. Namun harus memiliki kualifikasi dan syarat yang dibutuhkan di lapangan pekerjaan yang tersedia tersebut. Jika kualifikasi dan syarat kerja tersebut sudah terpenuhi, maka masyarakat Majalengka tidak perlu lagi merantau ke kota besar untuk mengadu nasib. Apalagi jika spesifikasi dan jenis pekerjaannya sama. Misalnya menjadi tenaga padat karya di pabrik, di Majalengka juga sudah tersedia lapangan kerja semacam ini. Namun memang ada yang membedakan dari hal gaji atau upah yang diterima, di kota besar tentunya lebih besar karena mengikuti upah minimum di daerah tersebut. Tapi perlu dipertimbangkan juga biaya dan risiko lainnya, mulai dari biaya indekos atau kontrakan serta biaya makan sehari-hari yang tentunya lebih tinggi. (azs)    

Tags :
Kategori :

Terkait