DENPASAR – Ibarat bermain bola, Menpar Arief Yahya mengerahkan semua pemain terbaiknya di semua lini. Dari striker atau penyerang, playmaker atau gelandang, defender atau libero-stopper, kipper atau penjaga mistar gawang, sampai pelatih dan supporternya. Kali ini, menggarap akademisi kampus-kampus pariwisata yang berada di bawah koordinasinya, dari STP, Akpar, sampai Politeknik Negeri Pariwisatanya.
Para pengelola kampus yang mencetak tenaga-tenaga terampil kepariwisataan itu dikumpulkan dalam Rakornas Pendidikan Tinggi Pariwisata Se-Indonesia di Golden Tulip Bay View Hotel & Convention, Jl Raya Uluwatu, Ungasan, Bali, 3-5 Agustus 2016. Temanya, Peran Aktif Perguruan Tinggi Pariwisata dalam Pencapaian Target 20 Juta Kunjungan Wisman Tahun 2019. “Total peserta Rakornas ada 406 orang. Terdiri dari 114 perwakilan Perguruan Tinggi, 100 dosen STP, 14 pejabat pusat, 14 nara sumber, 8 tim perumus dan moderator, sisanya media, mahasiswa, dan peserta umum,” tutur Prof. Dr. Ahman Sya, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kemenpar, Kamis
Apa sih tujuan tujuan Rakornas ini? Ahman Sya menjelaskan, pertama, evaluasi terhadap implementasi kesepakatan bersama pada Rakor 2015 lalu. Kedua, membangun komitmen bersama dan pemahaman yang utuh mengenai sector pariwisata, prioritas pilar pembangunan nasional, pendorong percepatan pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Ketiga, menggagas prakarsa dan langkah terobosan yang sinergis dan terpadu dalam mewujudkan pencapaian target pembangunan kepariwisataan 2019.
“Juga membagu tugas perguruan tinggi Pariwisata dalam mensukseskan pengembangan 10 top destinasi prioritas yang sering disebut oleh Pak Menpar Arief Yahya sebagai 10 Bali baru itu. Kita akan punya 10 destinasi prioritas, akan ada banyak amenitas, akan ada banyak kebutuhan SDM. Di kampus inilah diproduksi calon-calon tenaga terampil di Pariwisata,” kata Ahman Sya.
Karena itulah salah satu nara sumber yang tampil di Rakornas itu adalah Hiramsyah Sambudhy Thaib, Ketua Pokja Tim Percepatan 10 Bali Baru, yang pernah menjadi Ketua Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia 2002 itu. Dia menyebut suasana industri pariwisata saat ini sedang bergairah. Semua lini bergerak. “Mohon doa, agar Badan Otoritas Pariwisata (BOP) setelah Danau Toba segera tuntas di semua destinasi prioritas,” kata Hiramsyah.
Kemenpar memang sedang intens merancang beragam strategi untuk menggapai target menggaet 20 juta kunjungan wisman di 2019. Sejumlah perguruan tinggi Pariwisata yang menjadi binaan Kemenpar pun ikut dijadikan mesin pendulang wisman. Dari mulai akademi, politeknik hingga sekolah tinggi diberi tanggung jawab mengembangkan ‘Bali-Bali Baru’.
“Sekarang semua perguruan tinggi di bawah Kemenpar sudah dibagi tugas. Misalnya Akpar (Akademi Pariwsata, red) Medan membantu menangani pengembangan Destinasi Danau Toba. Karena sama-sama berada di Sumatera Utara. Begitu pun daerah lain, dicari yang terdekat baik secara jarak maupun psikologis,” tutur Prof. Dr. Ahman Sya.
Meski begitu, rancangan strateginya tidak sama. Porsi tanggungjawabnya berbeda, sesuai dengan kualitas dan kuantitas SDM yang dimiliki perguruan tinggi tersebut. Hasilnya, perguruan tinggi pariwisata berstatus sekolah tinggi, diarahkan menangani destinasi prioritas yang lebih banyak ketimbang akademi dan politeknik pariwisata (poltekpar).
“Contohnya Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung. Di sana akan menangani empat ‘Bali Baru’ yakni Tanjung Kelayang di Belitung, Tanjung Lesung-Banten, Kota Tua dan Kepuluan Seribu-Jakarta serta Borobudur di Jogja-Solo-Semarang,” urainya.
STP Nusa Dua Bali juga sama. Dari paparan Ahman Sya, sekolah pariwisata di Pulau Dewata itu sudah ditugaskan menangani tiga Bali Baru. Tanggungjawabnya meliputi Bromo Tengger-Semeru di Jawa Timur, Mandalika di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Labuan Bajo-Pulau Komodo di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). “Kalau Poltekpar Makassar menangani ‘Bali Baru’ Wakatobi di Sulaweri Tenggara dan Morotai di Maluku Utara,” tambah Ahman Sya.
Tidak semua ‘Bali Baru’ tadi tercover sekolah tinggi pariwisata di bawah binaan Kemenpar . Masih ada destinasi-destinasi lain yang belum tercover. Untuk menyiasatinya, perguruan tinggi lain di luar Kemenpar yang memiliki jurusan ataupun program studi Pariwisata juga akan dilibatkan. Tugasnya disesuaikan dengan kedekatan lokasi dengan masing-masing ‘Bali Baru’. “Rancangannnya memang seperti itu. Yang jelas, program tugas yang diberikan Kemenpar kepada sejumlah perguruan tinggi lain tidak akan lepas dari fungsi perguruan tinggi itu,” pungkas Ahmas Sya.
Menurut Ahman Sya, sertifikasi lulusan Perguruan Tinggi Pariwisata sudah dilakukan di 10 Perguruan Tinggi. Sedangan yang lain akan dilaksanakan pada 2017, setelah LSP pihak pertama didirikan di Perguruan Tinggi tersebut. “Kami terus berpacu dengan waktu, kami yakin target itu akan terlampaui. LSP pihak pertama sudah didirikan di 5 PT, yakni STP Bandung, Akpar Medan, Unisbank Semarang, STP Sahid, dan STPBI,\" jelas Ahman.(*)