JAKARTA – Menpar Arief Yahya tiga kali memberi “jempol” pada manajemen Angkasa Pura I (AP I), yang membawahi bandara-bandara di Indonesia Tengah dan Timur. Direktur Utama Sulistyo Wimbo S. Hardjito rupanya sudah menyisipkan variabel tourism dalam mendesain airport dan membangun community-nya. Mungkin karena Ngurah Rai Airport Bali masuk dalam manajemen AP I, sehingga semua yang berada di wilayahnya kental dengan sentuhan pariwisata. Karena itu Menteri Arief Yahya memuji AP I, yang sangat concern dengan siapa saja yang menjadi customers-nya. “Keren! Presentasinya sangat marketing. Bandara itu menjadi wajah Indonesia. Di bandaralah first impression bagi wisman itu didapat, begitu mendarat ke tanah air. AP I merias muka dengan menciptakan atmosfer yang kaya sentuhan destinasi,” puji Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Kemayoran, 7 September 2016. Pertama, Menpar Arief Yahya mencatat ada program berkelanjutan yang dinamai “Collaborative Destination Development (CDD)” di hampir semua bandara. Nuansanya sudah promosi Wonderful Indonesia di banyak lokasi. Cara mempopulerkan bandara, adalah dengan mengeksplorasi destinasi yang berada di kawasan tersebut. “Dan itu benar, Tourism itu nomor satu, disusul dengan Trade dan Investment. Disingkat TTI, tourism dulu, baru orang bisa trading, lalu ujungnya berani investment,” kata Arif Yahya. Contohnya di Sam Ratulangi Airport, 27 Agustus 2016, ada program CDD. Lalu dilanjut dengan lomba lari dengan tittle: Airport Running Series Manado, 19 Maret 2016. Sama juga yang dilakukan di Solo. Diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) berama para stakeholder di Adi Sumarmo Airport, 20 Desember 2005.. Juga di Lombok Mataram, 10 Desember 2015, dilanjut dengan Mataram Airport Running Series. Begitu juga di Kupang NTT, collaboration 17 Februari 2016 dan Kupang Airport Running Series 13 Februari 2016. Program yang sama juga dilakukan di Ambon, 26 Juli 2016. AP I juga mensupport Jazz Bromo 19-20 Agustus 2016, dan Summer Jazz Ijen Banyuwangi 30 Juli, 10 September dan 22 Oktober 2016. “Sentuhannya sangat pariwisata, terima kasih,” ucap Arief Yahya. Pujian Arief Yahya kedua adalah semangat AP-1 menyiapkan booth di satu sudut di bandara Tourism Information Center (TIC). Tempat menaruh brosur, tempat bertanya pada petugas tentang Pariwisata di kota itu. Kotak TIC ini ada di I Gusti Ngurah Rai Airport Bali, Juanda Airport Surabaya, Sam Ratulangi Airport, Sultan Hasanuddin Airport Makassar, El Tari Airport Kupang, dan Adi Sucipto Airport Jogjakarta, Bandara International Lombok, Pattimura Airport Ambon, SAMS Sepinggan Airport Balikpapan, Syamsuddin Noor Airport Banjarmasin. “Mereka juga menggelar pemilihan Putri Bandara, lalu dikarantina untuk memberi bekal ilmu tourism. Lalu tugasnya stay di TIC di Bandara. Ini luar biasa keren!” puji Arief Yahya, yang menulis buku Paradox Marketing dan Great Spirit Grand Strategy itu. Pujian ketiga yang spontan dilontarkan Arief Yahya adalah antisipasi membangun bandara dan terminal baru dengan kapasitas besar, seperti di Surabaya, Jogjakarta, Semarang, Banjarmasin. Dia mencontohkan Manado, yang bakal menjadi HUB Indonesia Utara. “Kalau mau membangun, pastikan untuk kepentingan minimal 50 tahun ke depan. Jangan nanggung dan kerja dua kali,” kata Arief. Tiga usulan yang disampaikan Arief Yahya di hadapan para direksi itu sama persis dengan tiga point yang disampaikan ke Direksi AP II di Cengkareng. Diantaranya Sulistyo Wimbo S. Hardjito, Direktur Utama. Lalu Novrihandri, Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi, Moch Asrori Direktur Pemasaran dan Pengembangan Bisnis, dan Adi Nugroho, Direktur. Pertama, working hour atau jam kerja bandara harus 24 jam, dan saran itu sudah dilaksanakan mulai 13 Agustus 2016, atau sebulan yang lalu. Menpar Arief ingin memastikan bahwa usulannya itu dijalankan dengan baik. “Alhamdulillah, sudah dijalankan dan konsisten di Manado, karena ibu kota Sulut itu akan dibangun sebagai Hub Indonesia Utara,” kata Arief Yahya. Kedua, lakukan deregulasi terhadap segala peraturan yang tumpang tindih dan tidak popular. Apa saja yang menjerat dan membuat bisnis penerbangan tidak bisa maju? Periksa dan pecahkan semua regulasi yang tidak berpihak pada kemajuan. “Ujungnya, kami ingin ada wisman 20 juta di 2019! Hasil yang luar biasa, tidak mungkin ditempuh dengan cara biasa! Pasti harus dilakukan dengan cara yang luar biasa!” sebutnya. Ketiga, dalam mendesain pengembangan bandara, harus diperhitungkan 50 tahun ke depan, harus dihitung long term capacity. Termasuk di dalamnya, gunakan IT, agar efisien, tidak banyak kebocoran, dan lebih optimal. “Tempo hari Presiden Joko Widodo juga sudah memuji pertumbuhan wisman di Manado dari China naik 1000 persen, dan beliau akan berkunjung ke Manado,” kata dia. Direktur Utama Sulistyo Wimbo S. Hardjito menjelaskan, pihaknya sudah merealisasi 24 jam di Manado, dan hasilnya cukup bagus. Dia berencana menambah jam operasi di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta yang memang sudah overload. “Kami mengelola bandara itu customize, sesuai keinginan customers,” sebut Wimbo, panggilan akrab Sulistyo Wimbo S. Hardjito. (*)
Keren! AP I Sangat Wonderful Indonesia!
Jumat 09-09-2016,19:48 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :