Asal Mula Durian Pogog (2); Idenya Muncul Setelah Gagal Budidaya Pepaya

Sabtu 10-09-2016,15:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Jumali Wahyono Perwito atau yang dikenal dengan sapaan Mas Jiwo bukan Robin Hood. Namun, bagi warga di lereng gunung Wonogiri, Jawa Tengah, dia adalah pahlawan. Mas Jiwo dianggap banyak menggerakkan tangan warga untuk berdaya melawan kondisi dusun yang tandus. DENGAN kondisi tidak memiliki penghasilan, Mas Jiwo dibuat pusing tujuh keliling. Saat itulah dia bermaksud menyepi di Pogog. Namun, bukannya mendapat ketenangan, dia justru disuguhi kondisi desa yang sedang kurang baik. Kedatangan Mas Jiwo pun dianggap sebagai solusi atas permasalahan warga. Tidak sedikit di antara mereka yang meminta pekerjaan kepada Mas Jiwo. “Awalnya, mereka nggak tahu kalau saya juga sedang kolaps. Baru ketika tahu kondisi saya sesungguhnya, mereka nangis,’’ lanjutnya. Meski begitu, Mas Jiwo tetap tidak tinggal diam melihat kondisi warga Pogog yang sudah dianggap saudara sendiri itu. Dia berpikir keras untuk mencari solusi yang tepat dan bisa dikerjakan warga. Akhirnya, ide itu muncul. Kebetulan, seminggu sebelumnya dia bersama keluarga baru saja ke desa penghasil pepaya di Boyolali. Di sana Mas Jiwo melihat langsung bagaimana pepaya bisa meningkatkan ekonomi warga. Kebetulan, latar belakang warga Pogog juga petani. “Jadi, sepertinya cocok. Spontan, saya langsung mengusulkan kepada warga untuk menanam pepaya saja karena ada uangnya,’’ ungkap alumnus Sastra Inggris UNS itu. “Tanaman buah kan sekali tanam bisa berkali-kali panen. Sedangkan tanaman singkong dan sayur-mayur sekali panen, ya sudah sekali saja,’’ tutur Mas Jiwo. Mendengar penjelasan Mas Jiwo, warga pun setuju. Tanpa banyak bicara, Mas Jiwo bergerak. Dia mendatangkan ribuan bibit pohon pepaya ke Pogog untuk dibagikan secara gratis kepada warga. Mas Jiwo juga mendatangkan tenaga ahli sambil sesekali mengirim warga Pogog untuk ’’sekolah’’ kepada ahlinya. Warga hanya perlu menanam bibit pepaya di lahan mereka dan merawat bibit tersebut sampai menghasilkan buah. Pohon pepaya pun tumbuh subur sampai akhirnya berbuah. Panen pertama bisa dibilang sukses. Warga bisa merasakan hasil dari pohon pepaya mereka tersebut. “Pohon pepaya itu sudah seperti mesin ATM. Kalau butuh uang, tinggal petik buahnya, jual, jadi uang,’’ kata Mas Jiwo. Namun, pada tahun kelima, Mas Jiwo dan warga Pogog baru menyadari bahwa pepaya bukan pilihan yang baik untuk warga Pogog. Pepaya yang butuh banyak air ternyata kurang tepat dibudidayakan di Pogog yang kering kerontang. Belum lagi hama white fly alias kutu putih yang menyerang tanaman pepaya. Maka, setelah dimusyawarahkan dengan warga, Mas Jiwo memutuskan untuk berhenti membudidayakan pepaya. Pilihan berikutnya jatuh pada durian. Menurut survei yang dilakukan Mas Jiwo dan warga, pohon durian diyakini bisa tumbuh dan berkembang di dusun itu. Tak perlu lama, dia kembali bergerak mencarikan bibit pohon durian untuk dibagikan kepada warga. Dia memilih durian montong untuk dibudidayakan di Pogog. (Bersambung/ANDRA NUR OKTAVIANI)  

Tags :
Kategori :

Terkait