Asal Mula Durian Pogog (4); Kini Siapkan Pohon untuk Durian Raksasa 

Sabtu 10-09-2016,21:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Jumali Wahyono Perwito atau yang dikenal dengan sapaan Mas Jiwo bukan Robin Hood. Namun, bagi warga di lereng gunung Wonogiri, Jawa Tengah, dia adalah pahlawan. Mas Jiwo dianggap banyak menggerakkan tangan warga untuk berdaya melawan kondisi dusun yang tandus. PADA 2014 durian Pogog mencatat rekor dengan berat 9,2 kg. Rekor itu terpecahkan tahun lalu dengan berat 10,1 kg.  “Nanti kami siapkan 1-2 pohon untuk membuat durian berukuran raksasa,” terang Mas Jiwo. Salah satu kunci kesuksesan budi daya durian Pogog adalah penyerbukan yang baik. Untuk masalah penyerbukan, warga Pogog menggunakan stingless bee alias lebah tanpa sengat. Selain membantu penyerbukan, stingless bee menghasilkan madu yang punya banyak khasiat. Madu itu kini juga menjadi komoditas Dusun Pogog. Usaha Mas Jiwo dan warga Pogog bukan tanpa hambatan. Sebab, tidak sedikit yang memberikan penilaian miring terhadap Mas Jiwo. Mas Jiwo bercerita, Pogog yang berada di lereng gunung dikelilingi situs-situs mistis yang kerap dimanfaatkan orang-orang tertentu untuk mencari aji pesugihan. Dia pun ikut terkena tudingan negatif tersebut. Gara-gara tudingan miring itu, sebagian warga enggan menjalankan program budi daya yang disusun Mas Jiwo. ”Mereka ikut menanam pepaya dan durian. Tapi, tidak merawatnya karena takut jadi tumbal pesugihan,” ungkap dia. Mas Jiwo menuturkan, sebagian warga Pogog memang mencurigai aktivitasnya di dusun tersebut. Pasalnya, Mas Jiwo rela merogoh kocek pribadi untuk membeli bibit pepaya dan durian, mendatangkan ahli pertanian, menyekolahkan warga untuk belajar, dan menyerahkan hasil pertanian itu 100 persen kepada warga. Mas Jiwo tidak mengambil keuntungan sepeser pun. Hal tersebut makin membuat warga curiga. ”Di Pogog kepercayaan terhadap hal mistis memang kuat. Ditambah lagi, ketika mereka bertanya apa untungnya bagi saya membantu mereka, saya bilang cuma untuk happy-happy. Mereka jadi makin curiga,” ujarnya. Tidak berhenti sampai di situ. Mas Jiwo juga dicurigai telah melawan alam ketika hujan tidak kunjung turun. Menurut Mas Jiwo, warga berpikir bahwa tindakannya menanam ribuan bibit pohon durian sekaligus telah melawan irama alam. Akibatnya, hujan tidak turun. ”Padahal, saat itu dari Sabang sampai Merauke memang sedang tidak hujan,” kata Mas Jiwo, lantas tertawa. Dalam mengembangkan Pogog, Mas Jiwo menolak bantuan dari pihak lain. Terutama untuk urusan dana. Setiap program yang diluncurkan dibiayai sendiri. Dia punya keinginan untuk membuktikan bahwa dalam kondisi bangkrut pun, dia bisa memberdayakan desa tandus. ”Ini ilmu the power of one ciptaan saya. Saya ingin membuktikan, kita sendirian saja bisa. Bahkan ketika sedang melarat. Jangan pernah takut untuk mencoba,” tandas dia. (Habis/ANDRA NUR OKTAVIANI)    

Tags :
Kategori :

Terkait