Rajin ke Gudang, TNI Ikut Kawal Kualitas Beras

Jumat 16-09-2016,19:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAJALENGKA – Operasi serapan gabah petani (sergap) yang dilakukan Mabes TNI AD, sudah hampir mencapai target kuantitas dari target 1.200 ton serapan gabah di wilayah Jawa Barat. Saat ini tim Sergap berkonsentrasi pada penyempurnaan kualitas serapan gabah, sehingga berpengaruh pada kualitas beras yang disalurkan ke masyarakat. Kamis (15/9) siang, tim Sergap TNI AD kembali memonitor gudang Bulog Kasokandel, gudang penggilingan beras, serta resi gudang milik Pemkab Majalengka. Di gudang Bulog, tim yang dipimpin Kolonel Cpl Jimmy Ginting memantau kualitas beras dari hasil Sergap yang baru datang dan yang akan disalurkan. Proses pemeriksaan kualitas beras hasil Sergap di Bulog tersebut, dilakukan dengan cara mengambil acak dari berbagai karung kemudian dicampurkan dalam satu wadah. Diambil sampel misalnya sebanyak 100 gram, kemudian diuji kualitasnya menggunakan alat pengukur kadar air dan alat pengayak. Proses pengayakan dilakukan selama dua kali. Pengayakan pertama dilakukan dengan pori-pori ayakan yang lubangnya sangat kecil untuk menjaring menir beras, sisa-sisa kotoran pasir maupun dedak penggilingan yang masih terbawa. Kemudian pengayakan dengan pori-pori lubang yang sedang, untuk memisahkan beras utuh dengan beras yang patah-patah. Beras yang dinyatakan baik dari hasil ayakan tersebut setidaknya mesti memilki toleransi batas minimal 78 persen yang bagus. Sisanya, maksimal 20 persen beras yang patah-patah, serta 2 persen menir beras. Sedangkan untuk kadar air yang bagus tidak lebih dari 15 persen. “Jadi kalau ada sampel 100 gram, itu beras dikatakan bagus minimalnya 78 gram bebas dari patahan dan menir. Batas maksimal menirnya 2 gram, serta batas maksimal beras patah 20 gram. Kalau ada yang bilang beras bulog jelek, itu harus diukur standarnya lewat metode ini,” ujar Waka Divre Bulog Cirebon, Nani Yulianti. Jimmy mewanti-wanti Bulog agar dalam setiap proses penyerapan beras untuk disimpan di gudang Bulog, harus dilakukan proses sortir yang sesuai standar tersebut. Baik untuk beras dengan kualitas premium, medium, maupun kelas beras raskin. Sehingga nantinya beras yang disalurkan kepada masyarakat layak konsumsi. “Bulog kalau mau nerima beras dari petani maupun mitra kerjanya, harus selalu dilakukan sortir yang sesuai SOP. Jangan asal nerima beras atau gabah, karena mitra kerja pemasoknya sudah dekat. Nanti ketika ada yang jelek dan terkonsumsi masyarakat harus berani tanggung jawab,” tegasnya. Dari segi kuantitas, Jimmy menyebutkan hingga 13 September 2016 realisasi Sergap se Jawa Barat ada 1.075 ton, dari total target yang mesti terealisasi di angka 1.200 ton. Sehingga masih ada sisa 125 ton yang harus dikejar, dan pihaknya optimis bisa tercapai karena masih banyak lahan pertanian di Jawa Barat yang belum panen. Yang menjadi persoalan adalah tempat penyimpanan, karena kapasistas penyimpanan maksimal gudang-gudang Bulog terbatas, termasuk gudang mitra yang menjadi penitipan gabah hasil serapan dari petani. Sehingga diberlakukan sistem move reg, yakni dititipkan ke gudang antar regional dan move nas penitipan antar nasional. (azs)    

Tags :
Kategori :

Terkait