Timnas Jadi Korban Kompetisi

Sabtu 24-09-2016,10:31 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

JAKARTA – Idealnya, sebuah kompetisi sepak bola diputar secara profesional untuk melahirkan tim nasional yang solid di pentas internasional. Sayang, kondisi ideal tersebut tidak terjadi dalam Torabika Soccer Championship (TSC). Klub-klub kasta tertinggi tanah air sebagai peserta kompetisi tidak semuanya ikhlas untuk melepaskan pemain mereka ke tim nasional. Terbaru adalah kasus Dian Agus Prasetyo yang harus menguburkan mimpinya untuk bergabung dengan program training center  (TC) timnas yang berlangsung di Solo 22-27 September. Itu setelah pemain dengan posisi kiper itu tidak dilepaskan oleh klubnya, Pusamania Borneo Football Club (PBFC). Alasan manajemen tim dengan julukan Pesut Mahakam itu, karena tiga kiper cadangan yang mereka miliki saat ini, Nadeo Argawinata, Gianluca Pandeynuwu dan Muhammad Ridho tidak bisa membela klub ketika mereka menjamu pemuncak klasemen sementara TSC, Madura United pada 30 September mendatang. Sebelumnya, Persipura Jayapura pernah melakukan hal serupa dengan tidak melepaskan dua striker muda mereka, Osvaldo Haay dan Marinus Mariyanto Wanewar ke Timnas U-19 proyeksi Piala AFF U-19 lalu. Alasan Persipura juga senada, mereka membutuhkan striker untuk menggantikan Boaz Solossa yang ketika itu mengalami cedera hamstring. Salah satu mantan kapten Timnas Indonesia, Ferril Raymond Hattu mengatakan bahwa kompetisi yang tidak berada di bawah PSSI itu telah mengorbankan tim nasional. Bagi dia, seharusnya kompetisi diliburkan total agar pemain pemain terbaik tanah air bisa leluasa memberikan kontribusi mereka kepada timnas. “Dalam kondisi seperti ini, PSSI sebenarnya harus memainkan peran mereka dengan mengambil sikap tegas. Kan, posisi mereka saat ini sudah tidak dibekukan lagi oleh pemerintah. Jadi, mereka seharusnya memiliki kewenangan penuh untuk setiap aktivitas sepak bola dalam negeri,” kata mantan legenda Persebaya Surabaya ini. Menurut dia, timnas adalah puncak dari piramida karir sepak bola setiap pemain. Dan, kualitas timnas harus menjadi tanggung jawab semua stake holder sepak bola tanah air. “Artinya, jangan sampai kompetisi menjadi racun bagi timnas itu sendiri. Janganlah, karena kepentingan bisnis kelompok, timnas akhirnya harus menjadi korban,” papar dia. Di sisi lain, kongres pemilihan ketua umum baru PSSI yang kian dekat membuat PSSI seperti sudah kehilangan fokus untuk timnas. Buktinya, insiden Dian Agus yang dilarang oleh klubnya untuk bergabung ke TC timnas di Solo saja, luput dari pandangan mereka. Sekjen PSSI, Azwan Karim mengakui dia tidak mengetahui insiden tersebut. (ben)

Tags :
Kategori :

Terkait