Italia vs Spanyol, Menjaga Turin!

Kamis 06-10-2016,12:34 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

TURIN – Harga diri bangsa Italia itu berada di Turin. Sebab, dalam satu dekade terakhir ini, Kota Turin sudah mampu menjaga rekor tidak pernah menang Gli Azzurri –julukan Timnas Italia– di segala ajang. Bahkan, Italia lebih banyak mengakhiri pertandingan sebagai pemenang ketimbang menjadi pecundang di depan bangsanya sendiri. Tugas menjaga Turin itulah yang kembali dihadapi Italia dalam laga matchday kedua Grup G di kualifikasi Piala Dunia 2018 zona UEFA. Di Juventus Stadium, Turin, dini hari nanti WIB, Spanyol-lah  yang bakal menguji peruntungan Italia. \'\'Siapa yang lebih difavoritkan? Sepertinya, tetap mereka,\'\' ucap bek tengah Italia Leonardo Bonucci dalam konferensi pers di Coverciano, dilansir Football Italia. Bonucci mencoba untuk menyingkirkan beberapa fakta penting di balik laga ini. Misalnya fakta tentang sulitnya klub-klub Spanyol mengalahkan Juventus sebagai klub penguasa kota industri tersebut. Sudah sangat lama belum pernah ada pesta orang Spanyol dilakukan di Turin. Terakhir, aroma Spanyol berpesta di sana adalah 12 tahun silam. Adalah Deportivo La Coruna yang terakhir kali membuat bangsa Italia dalam hal ini pendukung La Vecchia Signora –julukan Juventus– tertunduk malu. Saat leg kedua fase 16 besar Liga Champions 2003-2004, La Coruna mewakili bangsa Spanyol menodai Turin. Bedanya, ketika itu laga masih digelar di Delle Alpi. Bukan di Juventus Stadium, tempat laga dini hari nanti berlangsung. Di stadion yang dibuka per 8 September 2011 silam itu, wakil-wakil Spanyol malah dibuat frustasi. Belum pernah ada kekalahan di Turin yang dialami dari wakil Spanyol dalam ajang Eropa. \'\'Setidaknya, ada emosi yang spesial di sini,\'\' lanjut bek yang bermain di Juventus itu. Yang dipikirkan Bonucci adalah kondisi Italia sekarang ini. Terutama dengan tidak adanya salah satu partnernya di lini belakang, Giorgio Chiellini. Dia absen usai mendapat kartu merah saat matchday pertama di Israel (6/9). Tanpa Chiellini, maka defense Italia bermain tanpa trio BBC. Selain Bonucci, di lini belakang Italia menyisakan Andrea Barzagli dalam trio defense langganan Italia. Pasalnya, saat tanpa trio BBC yang lengkap dalam laga kompetitifnya dua tahun terakhir ini dan melawan klub dengan kualitas hampir sepadan, Italia susah clean sheet. Italia juga susah menang. Ingat saat Italia tumbang 0-1 di tangan Republik Irlandia pada laga terakhir fase grup Euro 2016 lalu? Ketika itu, Italia juga bermain tanpa Chiellini. Sebagai gantinya, Giampiero Ventura sebagai tactician Italia lantas memasukkan bek AC Milan, Alessio Romagnoli. Bek 21 tahun itu pun disebut-sebut yang jadi pengganti King Kong, julukan untuk Chiellini. Dari sisi kemampuannya, Romagnoli punya sedikit kemiripan dengan Chiellini. Perbedaan di antara kedua bek ini adalah kemampuan passing-nya. Itu karena Romagnoli tidak mempunyai kemampuan passing yang mapan seperti Chiellini. Dari catatan Whoscored, catatan passing per laga Romagnoli di klub hanya berkisar 46 kali. Catatan itu jauh apabila dibandingkan dengan Chiellini yang bisa melakukan 67,5 passing per laga. \'\'Pada Kamis malam nanti (waktu setempat), kami harus bekerja lebih keras lagi dibandingkan seperti yang kami lakukan di Israel lalu,\'\' ungkap Bonucci. Itu ditambah dengan motivasi ganda di balik Sergio Ramos dkk. Spanyol membawa dendamnya yang membara setelah disingkirkan Italia dalam 16 besar Euro 2016 lalu. Saat itu, Spanyol tumbang 0-2. Rata-rata, yang dimainkan Julen Lopetegui nanti pun tidak jauh berbeda dibandingkan pertandingan di Stade de France kala itu. \'\'Ini memang tidak menentukan. Tapi, ini tes penting bagi kualitas kami dan menjadi jaminan bahwa jalan kami ke Rusia tidaklah sulit,\'\' lanjut Bonucci. Ventura sendiri bakal under pressure. Bukan hanya gengsi dengan Spanyol, allenatore 68 tahun itu juga sedang berusaha merebut hati publik Italia. Masih ingat bagaimana Ventura membuka jalannya sebagai pengganti Antonio Conte dengan kekalahan 1-3 atas Prancis dalam laga persahabatan di Bari, 2 September lalu. Ketika Italia mengalahkan Spanyol dalam Euro 2016 lalu Conte sukses mengisolasi ruang gerak Sergio Busquets sebagai salah satu dari poros segitiga Spanyol. Matinya pergerakan Busquets membuat Italia leluasa memberikan tekanan ke pertahanan La Furia Roja, julukan Spanyol. Hanya, Ventura saat ditanya tentang pilihan strategi itu dengan tegas menolaknya. Meskipun, Busquets tetap jadi andalan lini tengah Lopetegui. \'\'Saya paham benar siapa itu Julen  (Lopetegui). Apa yang sudah ditunjukkannya dengan Spanyol saat ini mampu menjawab siapa dia yang sebenarnya. Ini benar-benar Spanyol yang berbeda dibandingkan sebelumnya,\'\' puji pelatih yang pernah menangani Torino itu. Bersama Lopetegui, tim juara Piala Dunia 2010 tersebut tidak terkalahkan pada dua laga awal di era kepelatihannya. Bukan hanya itu, terlepas dari lemahnya kekuatan Liechtenstein, Spanyol di dalam dua laga pertama ini sudah melesakkan 10 gol. Ini menjadikan Spanyol sebagai tim dengan start terbaik pasca Euro 2016. \'\'Secara pendekatannya mereka sudah berubah (dibandingkan era Vicente del Bosque). Itu dapat mereka realisasikan di lapangan. Kami benar-benar menghadapi klub terbaik di grup ini,\'\' lanjut pelatih yang dikontrak untuk meloloskan Italia ke Rusia itu. Ventura dan Lopetegui sama-sama pelatih anyar di dalam kualifikasi Piala Dunia ini. Busquets secara terpisah tidak ingin menjadi keledai lagi. Dalam pandangannya, Italia di tangan Ventura tidak akan jauh berbeda dengan Conte. Terutama dari formasi permainan dan gaya bermainnya. \'\'Yang perlu kami lakukan nanti adalah berusaha untuk menjaga bola, dan memainkan gaya sepak bola kami,\'\' koar gelandang Barcelona tersebut. Secara terbuka dia kemudian membandingkan pelatihnya Lopetegui dengan Del Bosque. Tetapi, menurut Busquets, lebih bagus permainan Spanyol di tangan Lopetegui. \'\'Julen (Lopetegui) membuat di tim ini mampu bekerja lebih taktis, dan benar-benar fokus kepada aspek tersebut (taktikal),\'\' ungkap Busquets. Gelandang berusia 28 tahun tersebut meyakini, hanya dengan membalaskan dendamnya kepada Italia-lah yang menjadi kunci untuk melaju mantap ke Rusia dua tahun lagi. \'\'Yang kami butuhkan pada saat ini mental pemenang. Kami ingin mendapatkannya dari Turin,\'\' tegasnya. Setelah lawatan ke Turin, Spanyol langsung melawat ke Albania (10/10). (ren)

Tags :
Kategori :

Terkait