Batita Ini Butuh Biaya Rp 1 Miliar untuk Cangkok Hati

Sabtu 15-10-2016,17:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

SEBELUMNYA, Elika Ayudia Inara warga Desa Lebak Mekar terkena penyakit atresia bilier dan meninggal dunia. Kini penyakit itu kembali menjangkiti bayi bawah tiga tahun (batita) asal Desa Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Cantiqa Anindia. Bayi yang belum genap satu tahun itu mengidap atresia bilier sejak usia dua bulan. Cantiqa seharusnya sudah bisa melakukan operasi cangkok hati, akhir tahun ini. Namun, terganjal biaya yang cukup mahal untuk cangkok hati sekitar Rp 1 milar. Sedangkan BPJS hanya bisa menanggung Rp 200 juta. Sehingga operasi cangkok hati tidak bisa dilakukan. Ibu dari Cantiqa Anindia, Susanti (29) kepada Radar menyebutkan, mata anaknya berawal berwarna kuning. Ketika dibawa ke dokter spesialis anak, menjalani USG dan hasilnya terkena penyakit atresia bilier. Cantiqa mengalami muntah darah terus menerus. Sejak itu anaknya sering dirawat di rumah sakit. Sejak itu dirinya sering bolak-balik rumah sakit mengobati Cantiqa. Sudah tiga rumah sakit di Cirebon yang merawat anaknya. Namun, ketiga rumah sakit itu merekomendasikan untuk merujuk ke rumah sakit di Jakarta. Susanti mengatakan, pada usia 6 bulan anaknya dibawa ke RSUP Hasan Sadikin Bandung. Ternyata di rumah sakit itu tidak mampu menangani, seiring kondisi perut Cantiqa mulai membesar. Lalu dibawa ke RSCM Jakarta, anaknya menjalani operasi bedah perut. “Saya ini dua minggu sekali ke RSCM untuk periksa dan perawatan medis anak saya,” ujar Susanti. Menurut Susanti, seharusnya anaknya tersebut November atau paling telat akhir tahun 2016 ini sudah bisa dilakukan operasi cangkok hati. Tapi karena tidak mempunyai uang untuk biaya operasi cangkok hati sekitar Rp 1 miliar, belum untuk pendonor hati, nasib Cantiqa tak menentu. “Biaya medis untuk pendonor itu sekitar 200 juta lagi. Sedangkan BPJS hanya bisa membiayai 250 juta itu sudah maksimal,” ujar Susanti. Susanti mengaku sangat bingung dengan kondisi yang ada saat ini. Terlebih lagi saat ini sang suami sudah tidak lagi bersama dan tidak menafkahi sejak Cantiqa masih dalam kandungan. Dirinya semula bekerja. Tapi setelah anak terkena penyakit tidak lagi bekerja karena mengurus anak. “Ini juga rumah saya mau disegel BTN karena saya enggak mampu bayar cicilan rumah,” ujar Susanti. Sedangkan Kepala Dusun Arum Sari, Ratmaja kepada Radar mengatakan, sudah berusaha mencari donatur dan bantuan untuk kesembuhan Cantiqa. “Kami aparat desa sudah coba cari bantuan. Kita juga bingung karena Ibu Susanti ini walaupun sudah tinggal 7 tahun tapi masih ber-KTP Kota Cirebon. Namun, kami tidak peduli dengan KTP-nya, yang jelas ketika sudah domisili di sini ya kita perangkat desa wajib untuk memberikan bantuan,” ujar Ratmaja. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait