Proyek Trotoar Minta Tambahan Waktu

Senin 24-10-2016,15:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KEJAKSAN – Musim hujan, waktu terbatas dan keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi bagian dari kendala yang dihadapi para kontraktor pekerjaan trotoarisasi dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Karena itu, kontrraktor meminta ada penambahan waktu. “Hujan nggak berhenti-berhenti, gimana kita mau kerja? Kita usahakan tepat waktu, tapi kalau hujannya gini terus ya repot,” ujar Kontraktor dari CV Dwi Manunggal Perkasa, Pipin, kepada Radar, Senin (24/10). Secara umum, kata dia, tidak ada hambatan berarti di lapangan. PKL juga bersedia untuk pindah, tetapi begitu trotoar selesai dikerjakan, dia yakin PKL tersebut bakal kembali ke tempat semula. “Ya gimana ya, PKL kan bukan wewenang kita. Kita sih urusannya membangun trotoar,” ucapnya. Pipin yang mengerjakan pembangunan trotoar di Jl Sukalila menargetkan pekan depan pekerjaannya sudah tuntas. Tetapi, target itu bisa saja mundur bila ada kejadian yang tidak terduga. Seperti yang terjadi, Minggu (23/10) di mana hujan lebat mengguyur sejak dini hari sampai petang. Dengan intensitas hujan seperti itu, tentu saja pekerjaan tidak berjalan maksimal. Tetapi, di sisi lain, Pipin juga mengetahui bahwa ada kewajiban menyelesaikan pekerjaan dengan deadline 22 Desember. Batas akhir ini juga dituangkan dalam surat kesanggupan yang ditandatangani setelah menjadi pemenang lelang. Padahal, idealny proyek seperti ini dituntaskan dalam waktu 120 hari.  “Kita sudah menyanggupi, kita usahakan 24 jam dimanfaatkan maksimal. Kalau mepet ya kita tambah pekerja,” kataya. Di tempat terpisah, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) mengatakan, perbaikan trotoar di seluruh kota dilakukan karena umur teknis konstruksi sudah habis yakni lima tahun. Lantaran umur teknis yang sudah habis, beberpa trotoar kondisinya hancur. Tetapi ada juga yang kondisinya masih baik seperti di samping Grage Mall. Trotoar ini nyaris tidak ada kerusakan karena hanya digunakan pejalan kaki. “Memang ada yang masih bagus juga, tapi ini kan supaya seragam,” katanya. Mengenai material untuk trotoar, menggunakan batu alam. Sedangkan trotoar lama menggunakan keramik. Batu alam digunakan karena ketahanannya lebih baik. Tidak hanya itu, keramik belakangan ini mulai sulit dicari. “Ini pertimbangan kita, di samping pertimbangan teknis lainnya,” katanya. Batu alam, kata Sumargo, lebih tebal dibandingkan keramik. Batu alam memiliki ketebalan 2,5 cm, sedangkan keramik hanya 5 mm. Batu alam memiliki konstruksi lebih kuat. “Batu alam lebih adem, karena mampu menyerap panas dengan baik. Kalau keramik cepat rusak,” terangnya. Menurut pria yang puluhan tahun di bina marga itu, program perbaikan trotoar di seluruh jalan Kota Cirebon mengalami dua kendala. Pertama hujan, kedua PKL. Untuk itu, pihaknya akan melakukan langkah koordinasi terkait solusinya. Seluruh pekerjaan trotoarisasi harus selesai paling lambat pertengahan Desember 2016. Sumargo yakin, saat program ini selesai, hasilnya dapat dirasakan masyarakat Kota Cirebon. (ysf)  

Tags :
Kategori :

Terkait