Tolak Geothermal, Kuningan Bisa Gigit Jari

Senin 24-10-2016,18:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KUNINGAN – Pasca sosialisasi geothermal yang dilaksanakan Dirjen Panas Bumi ESDM, salah seorang ahli lingkungan, Dr Yoyo Sunaryo N berharap tidak ada lagi elemen masyarakat Kuningan yang menolaknya. Sebab dikhawatirkan, eksplorasi tersebut bakal pindah ke Majalengka sehingga warga Kuningan akan gigit jari. “Sekarang sudah jelas bahwa geothermal adalah sumberdaya milik orang Kuningan dan harus dikelola dengan sebaik-baiknya untuk masyarakat Kuningan. Setelah mendapatkan penjelasan yang begitu gamblang dan terbuka, mestinya tidak ada lagi sekelompok masyarakat atau individu masyarakat orang Kuningan yang merasa was-was dan bersakwasangka jika sumber daya panas bumi itu dikelola,” ujar mantan kepala Dinas Lingkungan Hidup Kuningan itu, kemarin (23/10). Kalau sampai seperti ini dan masyarakat masih ada yang menolak untuk dikelola, dia khawatir dan bisa jadi pihak Dirjen Panas Bumi Kementrian ESDM merasa risih dan merasa tidak nyaman jika pengelolaan panas bumi ini dilanjutkan. Maka bisa jadi pihak kementerian memindahkan pengelolaan sumber panas bumi Gunung Ciremai ke tempat lain yakni ke Kabupaten Majalengka. “Maka ini sebuah kerugian besar bagi masyarakat Kuningan, karena di Majalengka juga memiliki 5 titik WKP (Kuningan 120 titik WKP). Maka kemakmuran Gunung Ciremai menjadi milik masyarakat Majalengka dan orang Kuningan tinggal gigit jari,” ucap akademisi tersebut. Yoyo mencoba untuk berestimasi seandainya yang dieksploitasi panas bumi Gunung Ciremai sebesar 125 mega watt (dari potensi 250 mega watt). Satu mega watt itu sama dengan 1 juta watt. Jadi energi listrik yang akan disalurkan sebesar 125 juta watt (125.000.000 watt). “Jika harga setiap watt dihitung berdasarkan besarnya rekening listrik per bulan Rp 800/watt/bulan dan Rp 100/watt/bulan saja menjadi bagian desa lokasi geothermal. Katakanlah di Pajambon atau Setianegara. Maka income desa tersebut sebesar 125.000.000 x Rp 100/bulan = Rp 12.500.000.000/bulan. Coba berapa per tahunnya,” beber Yoyo. Ia menambahkan, bagaimana jika pemda mendapatkan bagian Rp200/watt/bulan. Yoyo mempersilakan untuk menghitung tambahan PAD Kuningan per bulan dan berapa per tahunnya. Potensi ini, menurutnya, akan bisa mempercepat pembangunan. “Pertanyaannya apakah masyarakat Kuningan akan rela, jika pendapatan sebesar itu menjadi milik orang lain? Sementara Gunung Ciremai adalah miliknya orang Kuningan, karena secara geografis sebagian besar kawasan Gunung Ciremai berada di wilayah Kuningan. Semoga ini menjadi pemikiran bersama, amiin,” pungkasnya. (ded)

Tags :
Kategori :

Terkait