Surtiningsih (52), Mantan TKW asal Leuwimunding: Pernah Bekerja di Rumah Mantan Menteri Perdagangan

Selasa 25-10-2016,23:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Banyak ungkapan pahit dari Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang berangkat ke Negara Malaysia. Salah satunya perlakuan majikan kepada pembantu rumah tangga, yang dialami Surtiningsih, warga Blok Sabtu Rt 03/04, Desa Lame Kecamatan Leuwimunding. Laporan: Ono Cahyono, Majalengka SURTININGSIH adalah pahlawan devisa yang bernasib pahit saat berangkat ke Malaysia tahun 2007, melalui PT Asanah Cipta Mitra Bangsa (ACM). Saat itu dia mendapat gaji 500 Ringgit atau sekitar Rp1,5 juta setiap bulan. Namun baru bekerja kurang lebih enam bulan, perlakuan majikan yang tidak baik membuatnya tidak betah dan meminta dipulangkan. Keinginan dia bukan direspon baik malah saat itu dirinya kerap mendapat hukuman. “Pekerjaan disana (Malaysia) tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Saya harus mengurus seekor anjing dari mulai ngasih makan sampai memandikan. Makanya saya tidak mau dan minta pulang saja. Tapi saya disana malah dihukum,” tuturnya kepada Radar, saat ditemui di kediamannya. Dirinya hanya bertahan selama 13 bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Tragisnya, saat itu dirinya pernah mengalami hukuman dengan cara berdiri dari mulai pukul 07.00 sampai pukul 14.00 di halaman rumahnya. Keinginan Surtiningsih untuk kembali pulang ke kampung halaman terpenuhi. Namun tidak serta merta gaji selama 13 bulan itu diterima utuh. Dia hanya membawa Rp2,3 juta dan semua barang yang dibawa saat pemberangkatan tidak diberikan. “Meski baju dan pakaian saya hilang, tapi saya bersyukur bisa kembali pulang ke rumah. Kami yang cuma pekerja rumah tangga ini hanya minta untuk ingin di dengar. Bukankah bekerja sebagai pembantu itu pekerjaan mulia dan halal. Namun kami selalu di pandang rendah dan diremehkan,” ucap dia. Kini dia fokus mengembangkan usaha berjualan gorengan, mulai dari risol, pastel, dan goreng roti serta kue donat. Nining panggilan akrabnya mengaku pernah mengunjungi istana negara dan memberikan surat kepada presiden Joko Widodo melalui kantor sekretariat negara. Surat tersebut berisi permintaan agar para TKW atau TKI mendapat perlindungan secara maksimal dari negara. “Presiden merupakan orang yang memiliki kewenangan. Saya meminta eks TKW lebih diberdayakan agar tidak berkeinginan kembali menjadi TKW dengan nasib yang tidak menentu,” tegasnya. Surat dengan nomor agenda 24052 tertuju ke Presiden RI. Surat tersebut ditangani di kantor Tata Usaha Setneg, diteruskan ke Kementerian Perdagangan untuk meminta bantuan perhatian dari pemerintah. “Semua eks TKW itu ingin ada perhatian dari pemerintah. Saya sampai mengirimkan surat ke presiden hanya untuk mendapatkan gerobak. Meski sejak 2014 sampai sekarang belum ada keputusan,” tuturnya. Nining mengaku pernah menjadi babysitter dan pembantu rumah tangga di rumah mantan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel. Setiap menjelang lebaran Idul Fitri atau babysitter pulang mudik, dirinya menjadi pengganti di kediaman mantan ketua Kadin Indonesia 2002 itu. “Sudah tiga kali lebaran, saya selalu menggantikan pembantu utama bapak menteri yang waktu itu pulang mudik. Terkadang sampai tiga minggu saya menetap di Kalibata, Jakarta,” tuturnya. Bahkan dirinya mengaku masih sering mengirimkan pesan singkat kepada istri Rahmat Gobel yakni Retno Damayanti. Sehari dirinya mendapat gaji Rp300 ribu. Rasa bangga tertanam di benaknya karena pernah bekerja di rumah pengusaha yang dinilainya baik itu. Saat ini dirinya fokus jualan keliling dan menetap di MTs di wilayah Leuwimunding untuk menghidupi keluarganya. (*)    

Tags :
Kategori :

Terkait