Giliran Banjir Landa Kab Bandung, 691 Jiwa Mengungsi

Senin 31-10-2016,11:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA- Banjir di tengah musim hujan tampaknya tak pernah meninggalkan Jawa Barat. Setelah Kota Bandung dikejutkan dengan banjir hingga ketinggian dua meter. Kali ini wilayah Kabupaten Bandung yang dirundung banjir besar. Hal itu diakui dipengaruhi iklim, sistem drainase dan kondisi geografis. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Haryadi Wargadibrata mengatakan banjir dengan ketinggian 50 cm hingga 1,8 meter memang terjadi di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung sejak Sabtu (29/10) malam lalu. Tiga kecamatan itu antara lain Kecamatan Baleendah, Kecamatan Bojongsoang dan Kecamatan Dayeuhkolot. Bencana tersebut akhirnya menyebabkan sekitar 199 kepala keluarga atau 691 jiwa terpaksa mengungsi. “Namun, semua hal ini bisa kami atasi dengan cepat dan sigap. Karena, Pemerintah Kabupaten Bandung punya BPBD tidak seperti Pemerintah Kota Bandung,’’ ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (Radar Cirebon Group) kemarin (30/10). Dia mengatakan, ketiga kecamatan tersebut memang memang kerap menjadi langganan banjir selama bertahun-tahun. Pasalnya, kondisi geografis wilayah tersebut yang menjadi cekungan bagi daerah Bandung. Otomatis, aliran air dari wilayah lebih tinggi tertampung di daerah tersebut. “Aliran sungai Citarum dari Kota Bandung muaranya kesana. Tapi, tentu sistem drainase di wilayah sana juga jadi faktor karena tidak bisa menampung aliran air,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, musim hujan tahun ini memang cukup banyak mengundang bencana dan korban. Sejak Januari hingga Oktober 2016, data sementara bencana di Indonesia telah terjadi 1.853 kejadian bencana. Lebih banyak daripada kejadian bencana tahun lalu yakni 1.732 bencana. “Kami memperkirakan jumlah bencana tahun ini bisa menyamai rekor 2014 yakni 1.967 bencana,” terangnya. Dari total bencana hingga Oktober, 89 persen adalah bencana hidrometeorologi. Antara lain, banjir, longsor, puting beliung dan gelombang pasang. Sisanya 9 persen adalah kebakaran hutan dan lahan, dan 2 persen bencana geologi yaitu gempabumi dan erupsi gunungapi. “Dampak bencana adalah 351 korban jiwa. Longsor menjadi bencana yang paling mematikan yang telah menyebabkan 149 jiwa tewas. Kemudian, banjir yang menyebabkan 130 jiwa tewas. Terkhir kombinasi banjir dan longsor menyebabkan 45 tewas,” jelasnya. Selain itu, bencana telah menyebabkan 2,4 juta jiwa menderita dan mengungsi, 5.221 rumah rusak berat, 6.073 rumah rusak sedang, 18.441 rumah rusak ringan dan ratusan ribu rumah terendam. Dari sebaran kejadian bencana, lanjut dia, Provinsi Jawa Tengah paling banyak kejadian yaitu 456 kejadian, kemudian Jawa Timur 298, Jawa Barat 256, Kalimantan Timur 174, Aceh 70, Sumatera Barat 69 dan lainnya. “Namun, di catatan kami, hampir semua provinsi di Indonesia mengalami bencana selama 2016,” ungkap Sutopo. Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana akan meningkat pula. Puncak hujan diperkirakan berlangsung antara Desember 2016 hingga Februari 2017 nanti. Daerah-daerah rawan banjir, longsor dan puting beliung berpotensi tinggi mengalami bencana. Risikonya tinggi karena kerentanan juga masih tinggi sementara itu kapasitas masih terbatas. “Cuaca ekstrem yang bersifat lokal seperti yang telah terjadi di Garut dan Bandung dapat terjadi dimana saja. Terlebih lagi pasokan uap air dari selatan Jawa masih berlimpah karena hangatnya suhu muka air laut Samudera Hindia di selatan Jawa,” jelasnya. Karena itu, dia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaannya. Cermati peringatan dini cuaca dari BMKG. Perhatikan kondisi lingkungan di sekitar yang dapat berpotensi menimbulkan bencana. “Bencana terjadi saat kita tidak siap,” tegasnya. (bil)

Tags :
Kategori :

Terkait