Belajar seni bukan saja soal teknik dan teori. Ada filosofi yang mendidik dan patut diteladani. Seperti yang diajarkan oleh Elang Mamat Nurachmat (44), pemimpin Sanggar Seni Klapa Jajar. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon SEPERANGKAT gamelan tertata rapi di sudut depan rumah Elang Mamat. Adapula kostum-kostum para penari yang tersimpan rapi di lemari. Tapi sayang, sore itu tak terlihat aktivitas dari pegiat seni seperti biasanya. \"Kalau sore jumat nggak latihan, karena malamnya yasinan,\" ujar Elang Mamat saat berbincang dengan Radar, Kamis (3/11). Ya, Sanggar Seni Klapa Jajar yang terletak di Kampung Kanoman Utara RT 02 RW 10 No 21 diminati banyak masyarakat, terutama kalangan muda. Sebab, sanggar tersebut memiliki ciri khas yakni mengembangkan kesenian tradisional dengan kolaborasi unsur modern. Namun eksistensinya tidak didukung dengan sarana penunjang yang memadai. Perlengkapan seadanya, halaman yang sempit tak menyurutkan semangat dari Elang Mamat untuk mengajarkan kesenian Cirebon kepada warga sekitar. Setiap hari, anak usia sekolah dasar hingga mahasiswa sekitar 200 orang bergantian latihan tanpa dipungut biaya apapun alias gratis di sanggar yang didirikan sejak tahun 1970 itu. Aktivitas dimulai sejak pukul 14.30 WIB. Latihan tari topeng, tari tayuban, sintren, rampak gendang, hingga gamelan pun dilakukan kawula muda mengisi waktu senja. Bahkan, Elang Mamat sengaja mengembangkan kesenian tradisional yang dikemas lebih modern untuk menarik minat anak muda. Seperti kesenian linggung, kolaborasi antara musik tarling dan gembyung. Kedua musik tradisional dipadukan menghasilkan irama yang berbeda. \"Ditambah dengan paduan alat musik seperti keyboard dan gitar elektrik, lebih kekinian dan menciptakan irama yang menarik,\" ujar Elang Mamat. Selama mengajarkan kesenian, Elang Mamat tak sekadar menularkan gerakan, teori, ataupun teknisnya saja. Ia juga selalu menyampaikan makna-makna dan filosofi hidup. \"Misalnya kalau sekadar belajar tari topeng, terus pentas, tanpa mengetahui filosofinya ya gak ada artinya,\" ungkap pria berkacamata itu. Tak hanya untuk anak muda saja, keberadaan sanggar pun keberadaannya bermanfaat untuk warga sekitar. Khususnya untuk ibu-ibu yang anaknya aktif di sanggar. Setiap kali pentas, para ibu ini dilatih skillnya untuk mendandani putra-putrinya sebelum tampil. \"Sambil memberikan pengalaman dan keahlian untuk ibu-ibu disini. Dalam pelaksanaannya pun, anak-anak bukan saja latihan tapi juga belajar untuk kerjasama dan sikap positif lainnya sebagai bekal di kehidupan sehari-hari,\" paparnya. Agenda sanggar seni Klapa Jajar rutin setiap bulan mengadakan pentas sebagai bentuk apresiasi. Sudah berdiri lebih dari 30 tahun, Sanggar Seni Klapa Jajar telah dipercaya untuk melakukan berbagai pementasan, baik untuk sosial, adat dan keagaamaan, maupun pementasan dalam suatu parade atau ajang festival-festival kebudayaan di seluruh kota Indonesia. Belum lama ini, Sanggar Klapa Jajar dipercaya Keraton Kanoman untuk tampil dalam Festival Keraton Nusantara di Kalimantan Tengah. Selain itu, Sanggar Seni Klapa Jajar pun pernah tampil dalam ajang Karawitan Muda yang digelar UNESCO di Jakarta. (*)
Sanggar Seni Klapa Jajar; Adopsi Musik Kekinian, Ajarkan Tari Topeng hingga Linggung
Jumat 04-11-2016,18:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :