Sastra Cirebon Pasca Alwy Harus Lebih “Gila” dari Alwy

Sabtu 12-11-2016,14:49 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

AHMAD Syubbanuddin Alwy, sebagai penyair telah meninggalkan jejak bagi perkembangan kesusastraan di Cirebon. Setahun mengenang Alwy, karya-karya puisinya dibaca di malam Pojok Sastra yang berlangsung di Studio Kaliandra Radar Cirebon, Jumat (11/11) malam. Puisi \"Agenda Hari Tua\", \"Kenangan Seperempat Abad Silam\", \"Bentangan Sunyi\" hingga sajak panjang \"Cirebon 630 Tahun Kemudian” dibacakan para pegiat sastra bergantian . Nissa Rengganis, Nia Nurohmiasih, Neneng Alfiah, Novira Ainayah, Faisal Sunu, Novira Ainayah, Tatang Rusmanta, Syarif 16, turut membaca puisi di malam dwi jumatan itu. Pegiat sastra, Nissa Rengganis yang pertama kali membacakan puisi Alwy. Sejenak, Nissa menceritakan kisahnya bersama Alwy semasa hidup. \"Saya pernah menyerahkan lima puisi ke Kang Alwy. Semuanya dicoret-coret, beliau malah nyuruh saya fokus kuliah saja lanjut S2 dan jadi dosen. Katanya saya puitis itu cuma dari nama saja, begitulah sikap yang khas dari Kang Alwy,\" cerita Nissa. Acara semakin hangat dengan adanya diskusi \"Gerakan Sastra Cirebon Pasca Ahmad Syubbanuddin Alwy\". Hadir sebagai pemantik, Fathan Mubarak dan Dian Arief Setiawan. Menurut Fathan, capaian yang paling penting dari Alwy adalah puisi. Dari sekian karya-karyanya, Cirebon 630 Tahun  Kemudian menjadi master piece yang dilahirkan Alwy. Epik ini mengisahkan biografi Kota Cirebon semenjak kali pertama munculnya pedukuhan Caruban hingga situasi terakhir saat Alwy masih menuliskannya. \"Mas Alwy pernah bilang ke saya, \'selain pusi, semua yang saya lakukan hanyalah ebreg-ebreg  belaka\' katanya. Artinya, bagi sosok Alwy, puisi menempati posisi istimewa dibanding dengan aktivitas sosial lain yang digelutinya,\" ungkap Fathan. Penting bagi Fathan, generasi sastra pasca Alwy,  harus memiliki semangat untuk melampaui pencapai-pencapain yang berhasil diraih penyair asal Cirebon ini. \"Kita harus lebih \'gila\' darinya,\" kata Fathan. Diskusi berjalan hangat dan hikmat. Sampai akhirnya, musikalisasi puisi Edeng Syamsul Maarif menjadi penutup untuk acara Pojok Sastra edisi keempat itu. (hsn)

Tags :
Kategori :

Terkait