Personel TNI Ini Ajak Masyarakat Ligung Peduli Sampah

Minggu 13-11-2016,07:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

LIGUNG – Berubahnya status Kabupaten Majalengka menjadi kawasan industri, mengakibatkan lonjakan pendusuk yang berujung meningkatnya volume sampah. Tak terkecuali di wilayah Kecamatan Ligung yang sudah berdiri industri dengan ribuan karyawan. Aktivis peduli lingkungan, Pelda Dedi Supriadi SSos mengajak seluruh masyarakat terus peduli sampah. Apalagi Kecamatan Ligung sudah memiliki tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Desa Ligung. Gudang TPST bank sampah ini tidak hanya menampung sampah dari kecamatan Ligung, melainkan Jatitujuh hingga wilayah Maja. “Namun sasaran kontribusi itu dari setiap anak-anak sekolah mulai TK, SD, SMP hingga SMA/SMK,” kata Batuud Koramil 1713 Ligung ini, Sabtu (12/11). Pihaknya berupaya agar wilayah Ligung menjadi kawasan eduwisata, terutama dalam hal pengelolaan sampah. Beberapa hari kedepan pihaknya akan bekerja sama dengan dunia pendidikan untuk lebih peduli terhadap sampah. Pasalnya, sampah akan menjadi persoalan yang sangat fatal ketika tidak dikelola dengan baik. Selain dunia pendidikan, pihaknya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat di Ligung agar mampu mengelola sampah dengan baik. Peristiwa banjir di Desa Ligung serta Leuweunghapit akibat penyumbatan aliran sungai yang dipenuhi banyak sampah. “Kami akan mengajak masyarakat untuk belajar memilah sampah, karena beberapa sampah bisa digunakan sebagai bahan kerajinan dan menghasilkan uang. Perubahan daerah akan memengaruhi paradigma masyarakat, yang dapat menimbulkan kurangnya kebersihan lingkungan. Kami mengajak masyarakat untuk mewujudkan wilayah Ligung menjadi percontohan,” ulasnya. Pihaknya mengakui belum seluruh masyarakat Ligung dapat memilah sampah dengan baik. Dia membandingkan Desa Leuwiliang Baru dan Desa Gandawesi. Di Desa Leuwiliang Baru masyarakat sudah rutin memilah sampah dari rumah diantaranya sampah plastic dan botol, dengan cara tidak disatukan dengan sampah organik seperti dedaunan dan kompos kayu. Sampah-sampah masyarakat di wilayah itu setiap dua minggu sekali akan diserahkan kepada petugas, yang telah diumumkan di setiap musala maupun masjid. Ketika bank sampah datang, mereka menyetorkan sampah untuk ditimbang serta ditulis di dalam buku tabungan. “Sudah berlangsung sekitar lebih dari enam bulan. Alhamdulillah di wilayah Leuwiliang Baru saluran air sudah tidak tertutup sampah plastik,” paparnya. Berbeda di Desa Gandawesi, setiap pemilik rumah memberikan uang ke petugas sampah namun sampah-sampah tersebut tidak dipilah. Masyarakat di Desa Leuwiliang Baru mendapatkan uang, sedangkan Gandawesi keluar uang. Tujuannya sama yakni mengajak masyarakat lebih peduli terhadap sampah. (ono)    

Tags :
Kategori :

Terkait