Juhanda Belajar Rakit Bom saat di Aceh

Selasa 15-11-2016,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KUNINGAN- Juhanda sudah dipastikan menjadi pelaku bom di area parkir di depan Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur. Polisi pun sudah mengantongi sepak terjang pria kelahiran Kabupaten Kuningan, tepatnya di Desa Bunigeulis, Kecamatan Hantara, itu. Menurut Kadivhumas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, pihaknya sudah mengetahui jenis bom yang digunakan Juhanda. Antara lain campuran pupuk, arang, cuka, belerang dan alkohol 70 persen. ”Dari pemeriksaan, Juhanda ini bisa membuat bom semacam itu saat belajar di Aceh,” ujar Boy di Jakarta, kemarin. Boy juga mengakui pihaknya menangkap 15 orang yang terkait dengan Juhanda. Mereka berstatus saksi, namun saksi yang diduga terlibat dengan pelaku Juhanda. 15 orang yang masih diperiksa itu diduga keterlibatannya setelah memeriksa alat komunikasi dan rumah Juhanda di Samarinda. Boy memastikan semua itu masih dalam pendalaman. “Kalau sudah pasti, bisa jadi statusnya naik,” tuturnya. Namun yang pasti ke-15 orang itu sama sekali bukan residivis seperti Juhanda. Dia menuturkan, hasil pemeriksaan sementara 15 orang itu merupakan orang baru. “Kami petakan seperti apa jaringan ini,” paparnya. Yang juga penting, jaringan Pepi Fernando yang lama juga sedang ditelusuri. Apakah ada yang sudah bebas atau tidak. Tapi, sepertinya kebanyakan masih berada di dalam penjara. ”Untuk memastikan saja, kami telusuri lagi,” ungkapnya. Perlu diketahui, jaringan Pepi Fernando ini dikenal karena melakukan pengeboman dengan modus bom buku. Pepi memiliki paham radikal itu saat berada di Aceh untuk menjadi relawan pasca musibah Tsunami. Yang menarik, jaringan Pepi ini saat itu tidak terhubung dengan jaringan teror manapun. Hanya ideologi dan tujuannya yang mirip, dengan jaringan teror lain. ”Ya, begitu jaringan ini,” jelasnya. Selain itu, lanjut Boy, Densus 88 juga menggeledah sebuah rumah milik rekan Juhanda yang bernama Joko. Dalam pemeriksaan itu disita beberapa alat komunikasi dan dokumen. “Jokonya tidak ada di rumah, mungkin kabur,” paparnya. Sementara terkait korban, dipastikan salah satu korban bom gereja bernama Intan Olivia meninggal dunia. Dia mengalami luka bakar sekitar 70 persen di tubuhnya. ”Polri turut berduka dan akan berupaya sekuatnya mencegah jatuh korban kembali,” jelasnya. Senada dikatakan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Tito mengatakan Juhanda hanya ingin menimbulkan kekacauan. Karena itu, masyarakat diminta tenang. ”Ini (Juhanda, red) pelaku lama. Lagi dikembangkan terus,” papar Tito Karnavian di Jakarta, kemarin. Afiliasi kelompok Juhanda ini kemungkinan terhubung dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Setelah keluar penjara, barulah pelaku bergabung dengan kelompok tersebut. “Kemungkinan kaitannya itu,” tandas Tito. JAGA TEMPAT IBADAH Aksi bom gereja Oikumene Samarinda membuat Polri bersikap tegas. Korps Bahayangkara berupaya meningkatkan pengamanan tempat ibadah se-Indonesia agar kejadian yang sama tidak terulang. Jaringan pelaku pengeboman gereja juga sedang diperiksa. Ada 15 orang saksi yang diperiksa keterlibatannya dalam kasus tersebut. Wakapolri Komjen Syafruddin mengatakan bahwa intensitas penjagaan semua tempat ibadah di Indonesia memang perlu ditingkatkan. Porsonil harus melindungi setiap orang dalam menjalankan ibadahnya. “Sangat perlu penjagaan itu,” ungkapnya usai upacara perayaan HUT ke-71 Korps Brimob di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, kemarin. Namun, sambung dia, yang perlu untuk diluruskan adalah kejadian bom di gereja ini sama sekali tidak tekait dengan polemik nasional kasus dugaan penistaan agama. “Saya tegaskana, sama sekali tidak terhubung,” ujarnya alumnus Akpol 1985 tersebut. Syafruddin memastikan bahwa jaringan teror yang beraksi di gereja itu tidak terhubung dengan jaringan besar. “Jaringannya segitu saja, tidak besar,” papar lelaki kelahiran Makassar tersebut. (idr/JPG)  

Tags :
Kategori :

Terkait