Pasar Batik Trusmi Masih Sepi Pengunjung, Apa yang Salah?

Rabu 23-11-2016,16:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON–Keberadaan Pasar Batik Trusmi milik pemerintah Kabupaten Cirebon belum menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan. Pasalnya, kondisi pasar batik hingga kini masih sepi pengunjung. Padahal, pasar batik tersebut mayoritas diisi langsung oleh para pengrajin batik asli Trusmi. Tokoh masyarakat Desa Weru Drs Sholeh Makhfudz mengatakan, untuk meramaikan pasar batik trusmi harus ada keseriusan dari pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dan saling berkoordinasi dengan OPD lainnya. Seperti, Dinas Perhubungan untuk arus lalulintasnya, Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Olahraga  (Disbudparpora) promosi budaya dan wisatanya. Selain itu, pemerintah daerah juga harus ada kerjasama dengan melibatkan pihak kepolisian dan TNI untuk menjaga keamanan dari para pengunjung. “Ketika semuanya itu sudah terkoodinasikan dengan baik, optimalisasi Para Batik Trusmi bisa terwujud. Kemudian, para pengunjung yang menggunakan rombongan atau pun lainnya bisa berwisata batik langsung dengan pengrajinnya,” tandasnya. Hanya saja, menurut Sholeh, wisata tersebut harus menggunakan becak atau andong. Artinya, ada larangan kepada pengunjung menggunakan kendaraan. Hal itu dilakukan untuk menghindari macet. Sementara mobil rombongan bisa diparkirkan di pasar batik trusmi. “Grand desain ini adalah pemerintahan dulu. Tapi, kami juga tidak tahu kenapa grand desain ini tidak dilaksanakan. Jujur kami merasa prihatin. Kalau dibiarkan seperti ini, para pengrajin batik Trusmi bisa pada gulung tikar ketika sudah dimonopoli oleh orang-orang tertentu,” tuturnya. Yang diuntungkan, sambung Sholeh, tetap saja bukan para pengrajin melainkan show room batik yang mereka beli langsung dari pengrajin.  Nah, persoalan ini harus segera dicari solusinya oleh pemerintah daerah untuk membangkitkan ekonomi pengrajin batik. “Dalam persoalan ini kami tidak tau apakah ada perhatian dari pemerintah daerah atau tidak,” ucapnya. Sementara itu, Camat Weru Drs R Udin Kaenudin MSi menjelaskan, sepinya Pasar Batik Trusmi saat ini besar kemungkinan karena jarak antara pasar batik terlalu dekat dengan pedagang yang sudah dikenal selama puluhan tahun di wilayah Weru. Sehingga, masyarakat maupun para wisatawan akan lebih memilih ke show room batik daripada yang ada di pasar batik. “Sebenarnya, dinas terkait dalam hal ini Disperindag Kabupaten Cirebon harus mempunyai konsep yang baik supaya pasar batik bisa ramai,” jelasnya. Selama ini, kata Kaenudin, pihak kecamatan dan tokoh masyarakat Desa Weru tidak pernah dilibatkan dalam diskusi untuk meramaikan pasar batik supaya memiliki konsep yang baik. Padahal, ketika Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan mengundang para pengrajin, tokoh masyarakat bisa memecahkan masalah yang ada. “Nah, jadi kita bingung mau bicara apa, tapi kami siap untuk membantu tenaga dan pikiran memajukan pasar itu,” imbuhnnya. (sam)    

Tags :
Kategori :

Terkait