Guru Waswas, SDN Walahar Butuh Jembatan Penyeberangan

Jumat 25-11-2016,02:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

GANTAR – Setiap berangkat sekolah, keselamatan anak-anak di SDN Walahar, Kecamatan Gantar terancam. Untuk sepipis di toilet saja, bocah-bocah SD ini saban harinya mesti bertaruh nyawa. Mengingat dua bangunan sekolah tempat mereka menuntut ilmu, terbelah jalan raya. Mereka bisa saja celaka tertabrak kendaraan yang melintas kencang ketika menyeberang dari satu bangunan ke bangunan yang lain. Pantauan Radar, ancaman keselamatan yang bakal menimpa ratusan pelajar serta guru-guru di SDN Walahar cukup beralasan. Pasalnya, dua gedung sekolah yang terletak di Desa Bantarwaru tepatnya sekitar 100 meter dari gapura perbatasan Kabupaten Indramayu-Subang itu terbelah jalan raya dengan lalu lintas kencaraan cukup ramai. Bangunan pertama yang terdiri dari lima kelas berada disebelah utara jalan raya Gantar-Subang. Sedangkan ruang kelas 6, kantor, perpustakaan, WC, lapangan upacara dan olahraga berlokasi di sebelah selatan jalan raya selebar sekitar 10 meter. “Jadi kalau ada anak kelas 1, 2 sampai kelas 5 mendadak mau ke toilet, upacara, olahraga, mereka harus nyeberang dulu. Terus balik nyeberang jalan lagi. Hampir setiap hari begitu,” ucap Kepala SDN Walahar, Edi Effendi SPdSD kepada Radar, Kamis (24/11). Menurut dia, ancaman terjadi karena lalu lintas kendaraan dikawasan itu kian padat. Rata-rata kendaraan motor maupun mobil yang melintas jalan provinsi didepan sekolah melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Sementara di sisi lain, rambu-rambu keselamatan hampir tidak ada. Belakangan diketahui, beberapa tahun sebelumnya sering ada kejadian anak sekolah mengalami kecelakaan lalu lintas hingga terpaksa dilarikan ke RS yang ada di wilayah Subang. Karenanya, Edi yang belum genap sebulan bertugas di SDN Walahar mengaku cemas setiap hari. “Gimana kita gak khawatir, iya kalau nyeberang jalannya sama guru. Ini kadang anak-anak suka nyelonong sendiri. Bagi mereka mungkin terbiasa, saya nya yang waswas terus,” ujar dia. Sejatinya, pihak sekolah serta orang tua murid sudah berupaya mengatasi persoalan itu. Yaitu dengan menambah tugas bagi para guru menyeberangkan para murid. Tapi hal itu masih belum menjamin keselamatan 257 siwa SDN Walahar. Melihat kondisi lingkungan yang barunya itu, diapun berencana untuk mengajukan pembuatan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) serta Zona Selamat Sekolah yang dilengkapi dengan zebra cross, lampu trotoar sampai rambu-rambu keselamatan seperti yang berada di jalur pantura. “Masalahnya inikan jalan provinsi, jadi mintanya harus ke Gubernur. Mudah-mudahan lewat media, dambaan kami memiliki JPO dan Zona Selamat Sekolah dapat terealisasi,” harap Edi. Salah seorang guru SDN Walahar, Dalimin setiap hari selalu menyempatkan diri menyeberangkan anak didiknya. Baik saat masuk, pulang maupun hendak buang air kecil. Aktivitas seperti itu sudah dilakukan selama belasan tahun. “Sehari minimal lima kali bolak-balik nyeberang jalan raya. Saya lakukan itu demi keselamatan anak-anak,” tuturnya. Dia juga merasa khawatir jika anak didiknya menyeberang sendiri di tengah padatnya kendaraan di jalur cepat. “Harapan kami sama, supaya ada jembatan penyebarangan agar lebih nyaman lagi anak menyeberang. Tidak khawatir akan ketabrak kendaraan,” tandas dia. (kho)        

Tags :
Kategori :

Terkait