Kondisi Jenazah Korban Pesawat Polri Tidak Utuh

Senin 05-12-2016,10:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA- Upaya Badan SAR Nasional (Basarnas) dan tim gabungan dalam mencari korban pesawat korban pesawat Polri tipe Skytruck M-28 membuahkan hasil signifikan. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo mendapat laporan telah ditemukannya tiga jenazah korban. Tiga korban ditemukan pada Minggu (4/12) pagi, pukul 02.15 WIB. Soelistyo menyampaikan, jenazah ditemukan dalam kondisi tak utuh. Saat ini, ketiga kantong jenazah sudah berada di RS Bayangkara Batam. Dia mengatakan jenazah ditemukan di wilayah pencarian yang diduga menjadi titik jatuhnya pesawat dengan nomor registrasi P4201 itu. Titik ini berhasil ditemukan pada Sabtu (4/12) pukul 17.55 WIB, setelah tim berhasil mendeteksi adanya tandas gelembung fuel pesawat di koordinat 00 17 .321 n-104 50.518 e. “Tim langsung memberi tanda buoy,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, kemarin (4/12). Titik tersebut tentu semakin mempermudah proses pencarian korban. Pada pencarian hari kedua, tim langsung menerjunkan kekuatan untuk laut dan udara. Sebanyak 15 kapal yang terdiri dari 5 kapal Basarnas, 4 kapal TNI AL, 1 kapal KPLP, 4 kapal polo air, dan 1 bea cukai. Dari 5 kapal Basarnas tersebut, terdapat satu armada kapal sonar. Kapal sonar ini memiliki keistimewaan tersendiri. Yakni, bisa mencari keberadaan suatu objek yang berada di dalam atau dasar laut. Cara kerjanya, peralatan sonar memancarkan gelombang bunyi yang merambat dalam air, gelombang bunyi tersebut akan memantul kembali ketika mengenai suatu obyek. Sehingga diharapkan bisa lebih cepat dalam proses pencarian sebelum operasi pokok berakhir empat hari ke depan. Sedangkan untuk kekuatan udara, Basarnas menyiagakan satu heli. Tim gabungan bekerja dalam area seluas 200 NM square dari titik jatuh.  “Ada lima penyelam yang standby. Mereka akan diturunkan untuk mengkonfirmasi saat ditemukannya objek oleh kapal. Nanti menyusul ada enam penyelam lainnya. Gantian,” tutur pria kelahiran Jogjakarta, 57 tahun lalu itu. Dalam proses pencarian ini, ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh tim gabungan. Seperti kondisi arus laut, visibility, tinggi gelombang dan kedalaman. Dari hasil observasi, tim beruntung karena kedalaman wilayah tersebut masih bisa dijangkau. Kedalaman sendiri diketahui berkisar antara 23-32 Meter. “Para penyelam kita memiliki kemampuan menyelam hingga kedalaman 24 meter,” ungkapnya. Sementara Kepala Subdirektorat Peningkatan Profesi Direktorat Polisi Udara Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Kepolisian RI Komisaris Besar Hendrawan meluruskan soal jumlah manifest pesawat. Dia menuturkan, pesawat yang hilang dalam perjalanan menuju Batam dari Pangkal Pinang, Bangka Belitung itu berisikan 13 orang yang terdiri dari 5 kru dan 8 penumpang. “Tiga orang sudah turun di Pangkal Pinang, Bangka Belitung,” ungkapnya. Mereka diberangkatkan dari Jakarta untuk misi pergantian kru-kru pesawat yang sudah bertugas sebulan di tiap polda. Dalam misi itu, ada tiga wilayah yang jadi tujuan. Yaitu Palembang (Sumetera Selatan), Pangkal Pinang (Bangka Belitung) dan Batam (Kepulauan Riau). Hendrawan turut menanggapi sejumlah spekulasi yang beredar terkait insiden yang terjadi. Termasuk salah satunya, soal jam terbang pilot yang sempat dipertanyakan. Dia memastikan, proses checking pesawat sebelum berangkat telah dilakukan. “Kalau tidak memenuhi standar pasti tidak akan diterbangkan. Untuk pilot, rata-rata jam terbangnya sudah lebih dari 2000 jam terbang,” tegasnya. Di sisi lain, Direktur Operasi AirNav Wisnu Darjono menyampaikan bahwa tak ada percakapan darurat antara pilot dan ATC Singapura sesaat sebelum lost contact. Dia merunut pergerakan terakhir pesawat yang dikemudikan oleh AKP Budi Waluyo itu. Pesawat take off dari Pangkal Pinang pada pukul 09.21 WIB. Selang 33 menit, pesawat lepas dari wilayah Pangkal Pinang dan masuk ke FIR (Flight Information Region) Singapura. Setelah melaporkan tujuan dan posisi ketinggian, tak ada pembicaraan lagi. Hingga akhirnya pesawat lost contact 20 menit kemudian. “Biasanya setelah melaporkan masuk, akan diatur oleh Singapura untuk penerbangannya. Tapi memang tidak ada pembicaan. Tidak ada pernyataan kondisi darurat, adanya kesulitan dan alinnya,” paparnya. Usai lost contact ini, pihak Singapura langsung men-declare distresfa. Kondisi ini turut terpantau oleh radar Tanjung Pinang. Kedua pihak langsung melakukan pencarian hingga akhirnya pada pukul 10.47 melakukan pelaporan pada pihak Basarnas. “Karena kalau hilang radar kan tidak harus jatuh. Ada penyebab lain. Karenanya, dari declare hilang, Tanjung Pinang dan Singapura langsung melakukan pencarian dulu,” jelasnya. Sementara Kabagpenum Divhumas Mabes Polri Kombespol Rikwanto mengatakan bahwa proses pencarian mengerahkan 16 unit kapal, dua unit helikopter dan satu unit pesawat udara. Perinciannya, tiga unit kapal dan satu heli dari Basarnas, empat kapal dari Ditpolair, satu Unit kapal Bea Cukai, satu unit kapal KPLP, tiga unit kapal Baharkam, satu unit Fokker dan satu unit heli super puma dari Singapura. ”Pencarian dilakukan hingga jelang malam,” terangnya. Selama hampir dua hari pencarian ini diketahui ada beberapa jenazah yang ditemukan. Namun, dalam kondisi yang tidak utuh, sehingga belum diketahui identitasnya. “Proses identifikasi di lakukan di RS Bhayangkara Batam,” papar mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut. Sementara Kabidokkes Polda Kepulauan Riau AKBP Djarot Wibowo menuturkan, hingga pukul 17.40 telah ditemukan sejumlah potongan tubuh yang dikumpulkan dalam empat kantong jenazah. Saat ini proses identifikasi postmortem terus dilakukan. “Semua kami analisa terlebih dahulu,” ujarnya. Hingga saat ini belum diketahui sama sekali identitas dari jenazah tersebut. Dia menuturkan bahwa kemungkinan Senin (5/12) baru bisa diketahui identitasnya. Untuk pengumpulan data antemortem semua korban telah terkumpul, seperti struktur gigi, bentuk wajah, hingga sidik jari. ”Nanti tinggal dicocokkan semuanya dengan data poostmortem dari jenasah,” paparnya dihubungi Jawa Pos (Radar Cirebon Group), kemarin. Sementara Direktur Eksekutif Disaster Victim Indonesia (DVI) Polri Kombespol Anton Castilani mengatakan, melihat kondisi tubuh yang tak utuh, kemungkinan karena dampak dari kecelakaan tersebut. “Namun, harus dianalisa kembali,” paparnya. Kondisi jenazah yang semacam itu biasanya akan membuat proses identifikasi menjadi sangat sulit. Sehingga, proses identifikasi akan sangat bergantung pada tes  deoxyribonucleic acid (DNA). “Semoga secepatnya bisa diketahui,” paparnya. (mia/idr)

Tags :
Kategori :

Terkait