Pementasan Pesta Boneka Ke-5 di Jogjakarta; Usung Tema Pengungsi yang Pergi Tinggalkan Asalnya

Selasa 06-12-2016,15:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Pertunjukan teater biasanya menampilkan sebuah lakon lengkap dengan pemain di atas panggung. Tapi bagaimana jika para pemainnya berubah menjadi boneka yang punya beribu ekspresi? Berikut catatan wartawan Radar Cirebon MIKE DWI SETIAWATI setelah menonton Pesta Boneka ke-5 di Jogjakarta, Minggu  (4/12).   PERNAH nonton Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2)? Kalau sudah, pasti melihat bagian di mana Cinta dan Rangga jalan-jalan mengunjungi berbagai tempat wisata di Jogjakarta. Salah satu tempat yang dikunjungi adalah tempat pertunjukan sebuah teater atau drama, yang mirip dengan pementasan wayang. Tapi yang berbeda adalah pelakonan dari teater tersebut menggunakan sebuah boneka dan tidak menggunakan suara. Meski hanya dilakoni boneka yang tak berbicara, namun dapat membuat orang yang menontonnya masuk ke atmosfer cerita. Hal itu terlihat dalam pertunjukan di Pesta Boneka ke-5, Minggu (4/12). Pertunjukan yang digelar di Dusun Kepek, Bantul, Jogjakarta, itu menarik perhatian warga. Anak-anak, remaja, dewasa, bahkan turis mancanegara pun larut dalam pertunjukan itu. Dalam pesta boneka, seniman menyampaikan pesan dari berbagai karya seni dan pertunjukan selama festival berlangsung. Bentuknya mulai dari pertunjukan teater boneka, workshop dan presentasi, pameran, memasak bersama dan juga pemutaran film. Seperti yang disampaikan Lemonys Puppet Theatre (Australia) lewat pementasan karya berjudul heaven. Dalam pementasan itu, ada boneka yang menyerupai seorang nenek. Memakai baju putih serta rok dari kain batik, sosok nenek itu muncul dari balik panggung sambil tergopoh yang digerakan oleh dua orang pemain boneka. Lalu nenek itu duduk dan mengeluarkan handphone untuk selfie. Tak lama, ia memainkan sebuah gitar di sampingnya. Setelah puas memainkan gitar, sang nenek kemudian berjalan di atas bentangan kain. Sambil melambaikan tangan, sang nenek kemudian pergi meninggalkan siapapun yang melihatnya. Ada pula pementasan berjudul broken heart girl yang menceritakan tentang seorang gadis yang patah hati. Pesta boneka digagas dan diselenggarakan oleh Papermoon Puppet Theatre yang berbasis di Jogjakarta dan sudah berlangsung sejak tahun 2008. Tahun ini, di tahun kelima penyelenggaraannya, Pesta Boneka digelar di dua lokasi, yakni di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM dan Dusun Kepek, Bantul, Jogjakarta. Selama tiga hari, Jumat sampai Minggu (2 4/12). Gelaran Pesta Boneka ke-5 kali ini bertema home atau rumah. Sebagai pengingat bahwa pesta boneka menyediakan kehangatan layaknya rumah bagi siapapun, sekaligus memberi harapan bahwa ada rumah bagi para pengungsi yang pergi dari tanah kelahiran untuk mencari kehidupan di tempat baru. “Tahun ini temanya home. Ada dua makna rumah yang dibicarakan. Pertama tentang isu global pengungsi yang harus meninggalkan asalnya, dan makna kedua bahwa pesta boneka selalu menyediakan tempat seolah rumah bagi siapapun,\" ujar  Director of Papermoon Puppet Theatre, Maria Tri Sulistyani. Wanita yang akrab disapa Ria itu mengatakan, pesta boneka tidak hanya menampilkan karya-karya teater boneka dari Indonesia, tetapi juga menghadirkan seniman teater boneka dari berbagai negara. Ada teater boneka dari berbagai negara seperti Jepang, Australia, Inggris, Belanda, Afganistan dan Indonesia. Dia menambahkan acara ini untuk merayakan keberagaman teater boneka dunia. Pesta Boneka dibuat sebagai ajang merayakan seni teater boneka. \"Kami mengundang seniman teater boneka dari berbagai negara. Tidak hanya seniman teater boneka, ada juga beberapa seniman yang tidak berbasis teater boneka namun tetap kita undang untuk sharing berbagai pengalaman termasuk dengan penonton,\" katanya kepada Radar Cirebon. Perlu diketahui, Papermoon Puppet Theatre didirikan pada tahun 2006 oleh pasangan suami istri bernama Maria Tri Sulistyani yang menjadi seorang ilustrator boneka, penulis dan dalang di balik pertunjukan, sementara suaminya Iwan Effendi merupakan seorang visual artis. Sejak tahun 2006, pasangan suami istri itu melakukan eksperimen seni dengan boneka sebagai media kreativitasnya. Hingga saat ini Papermoon Puppet Theatre telah meraih pengakuan secara internasional dengan pentas di berbagai negara seperti Singapura, Australia dan Amerika Serikat. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait