Fotografer asal Republik Ceko, Jan Jindra dan Eva Plutova; Cirebon Itu Sangat Fotogenik

Selasa 06-12-2016,18:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

\"Makna sebuah foto tidak hanya ditentukan oleh kecanggihan alat. Tapi bagaimana seorang fotografer menciptakan foto yang punya feels.\" Jan Jindra Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon KEHIDUPAN manusia dengan segala bentuk aktivitas keseharian yang dilakukan memang selalu menarik untuk dijadikan objek dalam foto. Momen yang menarik tersebut bisa muncul karena dipicu oleh kegiatannya yang terasa unik dan tidak biasa. Baik itu aktivitas di dalam adat budaya maupun aktivitas sehari-hari yang sangat berbeda dari kehidupan masyarakat kota besar. Dua fotografer asal Republik Ceko, Jan Jindra dan Eva Plutova menangkap momen tersebut saat berada di Cirebon. Aktivitas pasar, pedagang dan pembeli yang bertransaksi, hingga barang dagangan yang dijual menarik perhatian keduanya. \"Bunga tujuh rupa menarik sekali,\" ujar Jan Jindra di sela-sela Workshop Fotografi di Keraton Kanoman. Saat penjual menunggu atau melayani pembeli, lalu lalang orang dengan raut wajah dan suasana hati yang berbeda. Momen itu dapat menghasilkan foto yang berbicara dan punya makna. Tak hanya aktivitas pasar yang menarik perhatian, bangunan-bangunan Keraton Kanoman yang unik punya kesan tersendiri bagi Jan dan Eva. \"Bentuk-bentuk yang unik itu pasti sebuah simbol, punya makna. Ini yang perlu dipahami seorang fotografer, tidak hanya memotret tapi juga perlu tau apa makna atau filosofi dari objek fotonya,\" jelas Jan. Bukan melulu soal makna, Jan menyampaikan bahwa seorang fotografer harus bersahabat dengan tong sampah. Artinya, tong sampah diibaratkan sebagai penampung foto-foto yang dirasa kurang bagus. Jan menekankan bahwa fotografer harus terus memotret, apapun hasil fotonya. \"Teman terbaik fotografer itu tempat sampah. Foto-foto yang jelek tempatnya disitu. Artinya fotografer harus mampu menyortir foto,\" katanya. Eva pun sepakat dengan yang dikatakan Jan. Menurutnya, fotografi adalah sarana untuk menyampaikan pesan dan makna. Maka sebelum memotret, saran Eva, terlebih dahulu seorang fotografer perlu membaca dan mempelajari mengenai realitas baik budaya atau situasi sosial yang dihadapi. \"Fotografer juga perlu berbaur dengan budaya setempat. Maka kendala terbesar untuk menjadi seorang fotografer adalah rasa malas untuk belajar dan rasa enggan untuk berbaur dan belajar dari budaya setempat,\" ujar Eva. Eva mengaku, sekalipun fotografer berada di tengah kota yang jauh dari keindahan alam dan dengan segala hiruk-pikuknya, bila mempunyai kepekaan hati terhadap realitas yang ada, tentu bisa menangkap makna di balik realitas itu dan membagikannya dalam bentuk foto. \"Fotografer harus mempunyai sensitivitas, kepekaan hati terhadap realitas di sekitar, yang mampu menemukan makna dalam segala hal,\" tuturnya. Seperti yang diketahui, Jan dan Eva merupakan pengajar di Binus University Jakarta. Keduanya tertarik ke Cirebon untuk berbagi ilmu fotografi. Beberapa tempat dikunjungi, mulai dari Keraton Kanoman, kampung nelayan dan tempat pembuatan batik. Keduanya sepakat, Cirebon sangat fotogenik. \"Kalau saya orang sini (orang Cirebon,red), saya akan memotret terus. Banyak sekali yang menarik. Sayang cuma satu hari di sini,\" ungkap Eva. (*)  

Tags :
Kategori :

Terkait