Terkait Bom Panci, Densus 88 Tangkap Sekeluarga di Tasikmalaya

Jumat 16-12-2016,14:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA-Rencana aksi teror di Istana Negara dengan bom panci terus menyeret sejumlah orang. Setelah sebelumnya ditangkap tujuh orang, kemarin Densus 88 Anti Teror menangkap tiga terduga anggota jaringan teror lainnya. Dalam kesempatan itu Korps Bhayangkara juga mengungkap hasil olah tempat kejadian perkara (Olah TKP), dalam bom panci terkandung bahan peledak dengan tipe prime high explosive Triaseton Triperokside (TAPT). Ketiga orang tersebut adalah, Imam Syafii, Sumarno, dan Sunarto. Ketiganya terhubung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan berkoordinasi dengan Bahrun Naim. Tidak hanya itu, ada juga sejumlah aksi teror yang pernah dilakukan. misalnya, Imam Syafii yang melakukan dua aksi teror di sebuah minimarket pada 25 November dan Candi Resto pada 3 Desember. ”Akhirnya bisa ditangkap juga,” ungkapnya. Sumarno dan Sunaro juga terlibat dengan aksi yang sama. Yang pasti, ketiganya juga terhubung dengan Bahrun Naim, serta kelompok yang merencanakan aksi bom panci tersebut. ”Pemeriksaan terus dilakukan,” terang mantan Kapolda Banten tersebut, kemarin. Menurutnya, bahkan ketiganya terbilang cukup lama menjadi anggota jaringan teror. Mereka mengikuti pertemuan kelompok teror beberapa tahun lalu. Yang mendapatkan instruksi secara langsung oleh Amman Abdurrahman melalui teleconference. ”Mereka langsung mendapatkan instruksi,” ujarnya. Ada temuan terbaru terkait bom panci, Boy menuturkan, bahwa berdasar hasil olah TKP ternyata ditemukan bahan TAPT yang jenisnya prime high explosive. Jenis tersebut sangat sensitif karakternya, sehingga bila tidak hati-hati sekali bisa jadi meledak. ”Gesekan-gesekan,  goncangan bisa saja meledakkannya,” terangnya. Karena itulah, Densus 88 Anti Teror langsung memutuskan untuk meledakkan bom tersebut di lokasi. Bila, bom itu dibawa, justru bisa menimbulkan risiko yang lebih besar. ”Ini demi alasan keamanan,” sebutnya. Dia mengatakan, polisi tidak ingin mengambil risiko bom tersebut meledak saat dibawa. Karena bisa jadi, mengancam petugas atau malah masyarakat umum. ”Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan,” paparnya. Lalu, juga terdapat bahan kimia nitrogliserin. Walau, memang bahan tersebut tidak berbahaya bila berdiri sendiri, namun dampaknya bisa memperbesar daya ledak. Sehingga, kerusakan akibat ledakan bisa lebih besar. ”Dan, semua itu bisa dibeli di toko biasa,” sebutnya. Dia menuturkan, upaya memerangi aksi teror ini tidak boleh kendor dengan alasan apapun. Sebab, keselamatan masyarakat yang menjadi taruhannya. ”Kami ingin pastikan semua aman. Aksi bisa dicegah sebelum terjadi,” tegas jenderal berbintang satu tersebut. Sebelumnya, kelompok teror Nur Solihin dipastikan terhubung dengan Bahrun Naim. Bahkan, Bahrun Naim yang secara langsung mengajarkan untuk meracik bahan peleda dan merakit bom melalui aplikasi telegram. Sementara itu, Kamis (15/12) subuh, warga Kampung Padasukan, RT 03  RW10, Kelurahan Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya digegerkan dengan penangkapan terduga teroris. Pasangan suami istri, Hendra Gunawan (39) dan Tutin Sugiarti (37) serta anaknya Abza Alggifari Putra (11) diciduk Densus 88 di rumah kontrakannya. Wakapolres Tasikmalaya Kota Kompol Zainal Abidin  menjelaskan bahwa pihaknya membantu memfasilitasi Densus 88 dalam menangkap terduga pelaku teroirisme. Penangkapan itu diduga masih berhubungan dengan pengungkapan pelaku terorisme di wilayah Bekasi beberapa waktu lalu. \"Ini pengembangan dari pengungkapan kasus teroris di Jakarta,\" tuturnya kepada awak media di lokasi penangkapan. Dia membenarkan bahwa yang diamankan itu adalah pasangan suami istri dengan seorang anak. Selain itu beberapa barang juga ikut dibawa Tim Densus 88. Pihaknya tidak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut merupakan kewenangan Mabes Polri. “Kita hanya mem-back up saja,” tuturnya. Penangkapan tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 WIB selepas salat subuh. Didampingi Jajaran Polres Tasikmalaya Kota, Tim Gegana Brimob Polda Jabar dan Ketua RW, pasukan antiteror itu juga melakukan penggeledahan di kontrakan tersebut. Ketua RW 10, E Syamsudin yang menjelaskan bahwa dalam penggeledahan memakan waktu sekitar 3 jam. Dia melihat petugas mengamankan buku-buku, uang, surat-surat dan sepeda motor. Paling janggal adalah adanya sebuah rompi anti peluru yang memiliki kabel-kabel. \"Terpasang di rompi kabel-kabelnya,\" tuturnya. Syamsudin mengaku tidak menyangka salah satu warga yang tinggal di wilayahnya bisa terlibat aksi terorisme. Karena setahu dia keluarga tersebut berprofesi sebagai ahli bekam dan pengobatan alternatif setelah berhenti bekerja di BKL. \"Kerjanya pengobatan alternatif kayak peuseul, bekam,\" ungkapnya. Pasca penangkapan itu, sekitar pukul 09.00 WIB, orang tua Hendra, Nana Hamid (62) datang ke lokasi dan menanyakan keberadaan anak dan cucunya. Dia pun menyesalkan dalam penangkapan itu polisi ikut mengamankan cucunya yang masih berusia sangat kecil sehingga dia berharap anak dan cucunya itu dilepaskan. \"Saya yakin, anak saya tidak terlibat, dan harusnya tidak membawa cucu saya juga,\" tuturnya. Informasi informasi yang dihimpun Radar Tasikmalaya, Hendra serta anaknya langsung dilepaskan. Sementara itu, pukul 11.00 WIB, Tutin langsung dibawa ke Mako Brimob Jakarta setelah diinterogasi selama kurang lebih tiga jam di Mapolres Tasikmalaya Kota. Pantauan Radar Tasikmalaya, perempuan bercadar tersebut, kemarin (15/12), digiring keluar dari ruang Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota. Di depan kamera wartawan dia mengacungkan telunjuk kanannya sambil meneriakan takbir sebanyak tiga kali sampi akhirnya dia keluar lalu dimasukkan ke dalam mobil dan berangkat dengan pengawalan Patwal. Kabagpenum Divisi Humas Polri Kombes (Pol) Martinus Sitompul menjelaskan, penangkapan tersebut baru dugaan yang berdasarkan pengakuan DYN yang diamankan di Bekasi. Tutin diduga menjadi perantara yang mempertemukan DYN dengan MNS untuk menjadi pengantin untuk saat pergantian jaga Paspampres. “Dari keterangan DYN, dia itu dipertemukan oleh TS (Tutin Sugiarti), makanya kita tangkap tapi belum dipastikan sebagai tersangka,” ungkapnya saat dihubungi Radar Tasikmalaya, tadi malam. Kapan dan dimana Tutin bisa kenal dengan DYN, Martinus belum bisa menjelaskan lebih jauh. Namun selain sebagai perantara, Tutin juga memberikan pengaruh kepada DYN untuk mau manjadi pengantin. “Ya dia juga memberikan motivasi-motivasi kepada DYN,” terangnya. Disinggung kemungkinan adanya orang lain yang diajak oleh Tutin sebagaimana dia mempertemukan DYN dengan MNS, Martinus belum bisa memastikannya. Pihaknya masih akan melakukan pemeriksaan kepada Tutin untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. “Itu tergantung dari jawaban dia (Tutin) nanti kepada penyidik,” ujarnya. (idr/rga)    

Tags :
Kategori :

Terkait