BOURNEMOUTH – Rasanya, Arsenal seperti sudah juara begitu Olivier Giroud mencetak gol di menit 90+2. Baik Giroud ataupun Gabriel Paulista, sudah berlari kegirangan bak memenangi laga itu. Padahal, gol dari heading Giroud tersebut hanya menghentikan ketakutan Gooners –sebutan fans Arsenal– akan kekalahan pertamanya di Vitality Stadium atas Bournemouth. Ya, Arsenal tertahan 3-3 (0-2). Bahkan, Arsenal sudah nyaris kehilangan harapan setelah sampai menit ke-60, The Cherries –julukan Bournemouth– sudah leading tiga gol. Ketiga gol Bournemouth di laga ini dicetak Charlie Daniels (menit ke-16), penalti Callum Wilson (21\'), yang diakumulasikan Ryan Fraser pada menit ke-58. Seumur-umur, Arsenal belum pernah mampu comeback dari tiga gol di Premier League. Namun semuanya berbalik sejak Alexis Sanchez menit ke-70. Nah, selepas gol itu Arsenal seperti tersentak. Di dalam statistik Whoscored, setelah menit ke-70, tercatat enam kali tembakan mampu dilakukan Laurent Koscielny dkk. Termasuk terjadinya gol Lucas Perez (menit ke-75) dan Giroud. Karenanya, Opta menyebut ini kali pertama Arsenal mampu comeback dari tiga gol dan imbang di hasil akhir. \'\'Ini menunjukkan bahwa kami sudah mampu bertarung hingga akhir pertandingan,\'\' ucap gelandang Aaron Ramsey dalam wawancaranya kepada Sky Sports. Kali terakhir Arsenal kebobolan 3+ itu pada saat melawan Liverpool, 14 Agustus lalu. Bedanya, saat itu Arsenal gagal comeback untuk selamat dari kekalahan. Arsenal kalah 3-4 pada laga pembuka Premier League 2016-2017 itu. \'\'Mentalitas seperti inilah yang harus kami miliki. Karena jalan masih panjang, tikungan seperti ini masih berpeluang besar kami temui lagi,\'\' lanjut gelandang 26 tahun itu. Padahal, apabila melihat statistik di akhir laga, tidak semestinya Arsenal mengakhiri laga pekan ke-20 itu dengan nyaris kalah. Seperti pada laga-laga sebelumnya, anak asuhan Arsene Wenger tersebut lebih banyak memberi ancaman ketimbang tim lawan. Arsenal 14 kali, Bournemouth 13 kali. Bedanya, efektivitas Arsenal melempem dengan hanya 28,5 persen tembakannya yang tepat sasaran. Tidak seperti Bournemouth dengan 46,1 persen efektivitas tembakannya. Berbicara setelah laga, Wenger memilih mengambil sisi positif dari hasil ini. Menurutnya, anak asuhannya sudah lolos ujian di 20 menit terakhir. \'\'Tersisa 20 menit, kami tertinggal 3-0. Sungguh ini tes mental. Kami menolak kalah, dan memberi segalanya dengan absolut,\'\' tutur Wenger. Bukan hanya faktor dari penggawa Arsenal sendiri. Sukses comeback ini juga tidak terlepas dari keunggulan jumlah pemain. Bournemouth sudah kehilangan kapten timnya Simon Francis sejak menit ke-83. Francis diganjar kartu merah langsung setelah melanggar Ramsey. Dengan bermain 10 pemain, praktis Bournemouth bermain lebih bertahan. Pelatih yang baru akan membahas masa depannya di Arsenal pada April mendatang itu berkata, padatnya jadwal jadi penyebab lambatnya start anak asuhnya kemarin. Arsenal baru mendapatkan shots pertamanya pada 22 menit pertama laga. Itu termasuk menit terlama Arsenal melakukan shots pertama di dalam sebuah laga Premier League musim ini. Setelah laga melawan Palace 1 Januari lalu, Arsenal bermain kembali 3 Januari waktu setempat. Artinya, dalam 2x24 jam Arsenal bermain dua kali. \'\'Kami bermain melawan tim yang memiliki masa rest 3,5 hari. Tidak dua hari seperti kami. Handicap yang berat bagi kami untuk mengawali laga dengan bagus,\'\' keluh Wenger. Meskipun, jika dibandingkan klub-klub lain di top six Premier League yang memiliki kepadatan laga alasan Wenger itu bisa dibantah. Statistik Premier League menunjukkan, Manchester United sudah bermain dua kali dalam 172,25 jam. Bedanya, United memenangi dua laganya. Bandingkan jumlah jam main Arsenal 198,75 yang hanya menghasilkan tujuh poin saja. Apalagi, dalam laga kemarin Arsenal kembali tidak diperkuat Mesut Oezil. Attacking midfielder berkebangsaan Jerman itu masih berkutat dengan virus flu yang dialaminya sepekan terakhir. Posisi di nomor 10 tetap diberikan kepada Alex Iwobi. Sayang, Iwobi tidak secemerlang seperti melawan Palace lalu. Dia lebih sering terisolasi kokohnya pertahanan dari lini tengah Bournemouth. Lupakan alasan Wenger itu. Karena dengan kehilangan dua poin di Vitality Stadium ini berarti membuang peluangnya mendekati top two. Sehari sebelumnya (2/1), Liverpool tertahan 2-2 dari salah satu klub papan bawah Sunderland. Pekan berikutnya (15/1), Arsenal melawan Swansea City. Arsenal hanya bisa berharap Liverpool dipersulit Manchester United di Old Trafford, Manchester. Dikutip Express, Eddie Howe sebagai tactician Bournemouth menuding adanya konspirasi dari wasit. \'\'Persengkongkolan busuk kepada kami dari berbagai cara. Saya tidak berpikir bahwa dia diusir wasit karena tindakannya itu (menurutnya cukup kartu kuning atau peringatan pertama). Ingat, selama babak pertama mereka (Arsenal) juga bermain kasar,\'\' tuding Howe. Pelatih dengan 46,1 persentase menang selama delapan tahun lebih berkarir sebagai pelatih itu merasa timnya tetap pemenang dalam laga ini. \'\'Hari ini kami tahu apa yang sudah kami lakukan, kami pun tahu sampai di level mana kami bermain. Kami di sini untuk menang, sungguh menyakitkan sekali apa yang kami alami ini,\'\' tambahnya. (ren)
3 Bournemouth v Arsenal 3, Lolos Ujian 20 Menit Akhir
Kamis 05-01-2017,07:14 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :