Hati-hati, Betonisasi Jl Cipto Membahayakan

Jumat 06-01-2017,20:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KEJAKSAN – Kontraktor proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp96 miliar terus berjalan. Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) kembali mengingatkan agar pekerjaan tidak dilakukan asal-asalan. Pasalnya, jika dalam penilaian lapangan ditemukan pekerjaan yang tidak sesuai spek, DPUPR memastikan tidak akan membayar pekerjaan tersebut. Dalam waktu, dekat, DPUPR mencari solusi menambah jumlah pengawas. Saat ini, pegawai yang ada di dinas teknis terbesar di Kota Cirebon itu dimanfaatkan secara optimal. Kepala Bidang Bina Marga DPUPR Kota Cirebon Sumargo BE SE MSi mengatakan, tim teknis dari DPUPR terus menjalankan tugasnya setiap hari. Bahkan, tim yang terdiri dari unsur internal dinas yang dipimpin Ir Budi Raharjo MBA itu tidak mengenal hari libur. Termasuk, sepanjang hari melakukan pengawasan lapangan. Bahkan, seringkali tim teknis DPUPR turun ke lapangan dari habis Isya sampai dinihari. “Kami sering keliling kota memantau pekerjaan proyek sampai jam 02.00. Sementara pagi hari langsung berangkat kerja,” terang Sumargo, kepada Radar, Jumat (6/1). Karena itu, selama proyek Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp96 miliar berlangsung, sepanjang itu pula anggota tim teknis menguras tenaga, waktu dan pikiran. Namun, lanjut Sumargo, hal itu disadari menjadi bagian dari tugas sebagai abdi negara dan masyarakat. Kehadiran tim teknis dengan pengawasan hampir sepanjang hari, bertujuan untuk memastikan pekerjaan proyek DAK Rp96 miliar berjalan sesuai harapan. Seluruh temuan lapangan langsung disampaikan kepada kontraktornya untuk diperbaiki. Hal ini disampaikan pula kepada publik melalui pemberitaan berbagai media massa. Tujuannya, menunjukan transparansi dan keterbukaan demi perbaikan infrastruktur Kota Cirebon. Berdasarkan hasil pengawasan tim teknis DPUPR, ada saja temuan lapangan. Seperti rangka besi hanya satu lapis yang seharusnya dua lapis. Mengetahui hal ini, saat itu juga tim teknis dipastikan langsung menghubungi kontraktornya agar diganti sesuai spek. “Kalau pekerjaan ada masalah, kami juga terkena imbasnya. Kami ingin pekerjaan proyek DAK sesuai harapan masyarakat,” ujar Sumargo. Sejauh ini, kontraktor masih menunjukan komitmen melakukan pekerjaan sesuai spek. Karena, bila pekerjaan tidak sesuai spek akan diketahui sebelum memproses pencairan. Karena ada laporan dan pengecekan lapangan. Sekretaris DPUPR, Ir Yudi Wahono DESS mengatakan, pekerjaan DAK yang dilakukan selama masa waktu sampai Desember sudah dibayarkan. Pencairan dilakukan dalam kisaran angka sekitar 55 persen. Dari jumlah pencairan itu, seluruh pekerjaan sudah di cek. Kalau tidak sesuai spek, langsung diminta ganti agar dapat dibayarkan. Karena kalau memaksa tidak sesuai spek, dipastikan tidak akan dibayar. “Pencairan sudah cukup banyak. Saya optimis sampai sebelum 21 Maret tahun ini sudah terserap diatas 90 persen,” tukasnya. Hanya saja, untuk sampai 100 persen cukup sulit. Karena beberapa kendala yang ada. Seperti proyek trotoarisasi, keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) diatas trotoar memakan penuh hak pengguna jalan. Padahal, diatas trotoar itu seharusnya dilakukan perbaikan. Karena itu, trotoar yang sulit dikerjakan akan diganti dengan mengerjakan trotoar lain. Bagaimanapun, ujarnya, kondisi cuaca tidak dapat diperkirakan. Artinya, saat hujan turun sepanjang hari sama dengan pekerjaan pengaspalan tidak dapat dilakukan. Setelah hujan reda, pengaspalan baru dilakukan. Kalau dipaksakan, kata Yudi, aspal dipastikan terkelupas dan hal ini sama dengan membuang anggaran. “Kendala utama ada dua. PKL dan hujan. Dua kendala itu sulit dihindari dan kontraktor mencari alternatif,” ucapnya. Di lain pihak, warga mulai mengeluhkan hasil betoniasi Jl Cipto Mangunkusumo. Menurut para pengguna jalan, betonisasi ini berbahaya karena perbedaan ketinggian jalan beton dan jalan lama. “Depan hotel Citradream itu turunannya curam. Kalau yang nggak tahu, lewat pas malem bisa celaka,” ujar Yeni Yunarti (30), yang ditemui di kawasan Gunungsari. Hal serupa diungkapkan, Trias Agustine (34) yang menyoal adanya parit antara beton dengan trotoar. Menurut dia, adanya jarak hampir satu meter itu bisa mencelakakan. Terutama untuk pengendara sepeda motor. “Sekarang kalau keluar dari Pecilon itu naiknya agak tinggi, terus sebelah kiri beton itu seperti selokan. Ini sebetulnya sudah selesai belum?” tanya dia. (ysf)  

Tags :
Kategori :

Terkait