JAKARTA - Kasus bully senior ke junior yang menyebabkan kematian kembali terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Jakarta Utara, Rabu (11/1). Kali ini menimpa taruna tingkat satu, Amirulloh Adityas Putra (18) yang meregang nyawa usai dihujani bogem mentah di dadanya. Amir terluka di sekujur tubuh termasuk organ dalamnya. Amir seketika tewas karena lemas. “Bibir bagian bawah dalam ada luka lecet, organ dalam rusak, di dalam jantung dan paru-paru terdapat gumpalan pendarahan. Sementara di lambung berisi cairan kehitaman sisa minuman, korban juga negatif menggunakan narkoba,” tutur Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombespol M Awal Chairuddin, di Polres Metro Jakarta Utara, kemarin. Akibat kejadian itu, polisi mengamankan lima orang senior Amir, yakni Sisko Mataheru (19), Willy Hasiholan (20), Iswanto (21), Akbar Ramadhan (19), dan Jakario (19). Kelima mahasiswa tingkat II itu terbukti kuat dan sengaja melakukan penganiyaan terhadap Amir serta lima rekan seangkatan korban. Yakni Ahmad Fajar, Ilham Wally, Bagus Budi Prayoga, Josua Simanjuntak, dan Benny Syahril. Kelima korban juga mengalami luka memar di beberapa bagian tubuhnya. Kapolres mengatakan, kasus ini bermula saat seorang pelaku, Sisko Mataheru mengajak teman-temannya tingkat II untuk melakukan peloncoan terhadap junior dalam hal ini basis alat drum band. “Ini merupakan budaya taruna dari senior terhadap juniornya, setiap ada pemain marching band baru mereka melakukan peloncoan,” tambah Awal sembari menjelaskan kegiatan dilakukan pukul 17.00, Selasa (10/1). Usai berbincangan dengan sejumlah rekannya, kemudian para pelaku mengumpulkan enam juniornya di ruangan dermotory ring 4 atau tempat ganti pakaian mahasiswa sekitar pukul 22.00. Di tempat itu para pelaku membariskan juniornya dan melakukan penyiksaan. Tak hanya memukul bagian dada dan ulu hati pakai tangan kosong, pelaku juga secara beruntun melakukan tendangan kaki terhadap korbannya. Dua jam dibully, Amir kemudian tumbang para pelaku kemudian panik lalu membaringkan korban di kasur. Setelah itu melaporkan kejadian ini ke mahasiswa tingkat empat. Dengan menggontong korbannya, kemudian mereka membawa ke dokter klinik. Tapi nyawa Amir tak bisa diselamatkan. “Dokter klinik menyatakan Amir tewas pukul 00.15 WIB,” tegas Kapolres, sambil menjelaskan pihak STIP melaporkan kejadian ini ke Polsek Cilincing. Polisi sendiri masih menyelidiki kasus ini. Sebab dari rekam jejak yang ada, sedikitnya tiga kasus sudah ditangani Polres Metro Jakarta Utara. Tiga mahasiswa meninggal karena kasus bullying, yakni di tahun 2012, 2013, dan 2017. Kasus bullying yang terjadi di STIP membuat Menteri Perhubungan, Budi Karya geram. Tanpa melalui proses penyidikan langsung memecat Ketua STIP, Weku Frederick Karuntu dan menggantinya dengan Arifin Soenardjo. Sementara kepada pelaku yang melakukan bullying kepada juniornya, pihak STIP bakal melakukan sidang kehormatan. Bila nanti terbukti melakukan pemukulan, maka lima taruna yang diamankan polisi ini akan dikeluarkan dari sistem pembelajaran. Kepala BPSDM Perhubungan Wahju Satrio Utomo di STIP mengatakan investigasi kasus ini masih berlangsung. Tim internal telah dibentuk untuk mengetahui detail kejadian. “Masih kami dalami,” jelasnya. Sementara untuk mencegah bullying terulang, pihak STIP akan melakukan pemisahaan barak mahasiswanya. Pagar pembatas akan dibuat termasuk memasang CCTV di sejumlah lorong dalam pemeriksaan mulai dari pukul 22.00 ke atas. “Kami juga akan melarang taruna untuk tidak keluar barak mulai pukul 21.30,” tuturnya. (gum)
2 Jam Dibully Senior, Nyawa Taruna STIP Melayang
Kamis 12-01-2017,10:00 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :