Angin di Atas Normal, Hati-hati Wilayah Selatan Majalengka

Sabtu 14-01-2017,15:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAJALENGKA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majalengka mewaspadai bencana yang akhir-akhir ini terjadi di sejumlah wilayah di Majalengka. Antisipasi lebih diprioritaskan di wilayah selatan. “Sudah masuk catatan lebih dari 10 bencana terjadi di wilayah dataran tinggi atau Majalengka bagian selatan. Rata-rata longsor baik skala kecil, menengah, sampai yang membahayakan keselamatan masyarakat,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Majalengka, Drs Piping Ma’arif, Jumat (13/1). Pihaknya menyebutkan musibah longsor di wilayah selatan Majalengka terjadi di Talaga, Banjaran, dan terakhir terjadi di Desa Cinambo Bantarujeg, Kamis (12/1). Beberapa daerah dataran tinggi di wilayah Majalengka kota seperti Desa Sidamukti Kecamatan Majalengka juga masuk dalam pengamatan. Selain longsor, BPBD juga mewaspadai angin kencang yang datang bersamaan dengan hujan deras. “Kami focus di wilayah selatan, sementara di wilayah utara khususnya musibah banjir masih aman terkendali. Sejumlah daerah yang sarana infrastrukturnya terkena longsor, sudah kami berikan bantuan berupa beronjong,” imbuhnya. Pihaknya juga mengakui banyak desa yang tidak terpantau BPBD, hal itu disebabkan minimnya tenaga serta anggota kesiapsiagaan bencana di BPBD. Pihaknya meminta masyarakat aktif menanggulangi bencana jika sewaktu-waktu bisa terjadi. “Kami juga terus melakukan koordinasi dengan OPD terkait seperti BMCK menyangkut kerusakan jalan dan jembatan, dinas pendidikan, serta dinas permukiman dan Perumahan SDA,” tandasnya. Petugas Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas III Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn menambahkan, saat ini masyarakat harus mewaspadai intensitas hujan tinggi disertai angin kencang dan petir. Fenomena tersebut menurutnya disebabkan awan cumulonimbus yang berwarna hitam pekat. Jika melihat awan hitam pekat biasanya berpotensi hujan dengan intensitas lebat disertai angin kencang dan petir. Awan tersebut dampaknya paling berbahaya dibandingkan awan lainnya. Dari pantauan alat AWS (Automatic Weather Station) di BMKG, terpantau kecepatan angin mencapai 24 knot atau 45 kilometer per jam. “Ini termasuk angin kencang, karena normalnya kecepatan maksimum hanya 15 knot atau 27 kilometer per jam,” jelasnya. Menurutnya, saat puncak musim hujan lebih banyak awan-awan cumulonimbus sehingga potensi hujan lebat juga meningkat. Biasanya durasi satu sampai dua jam, sehingga masyarakat diimbau lebih waspada pada puncak musim hujan. “Tidak hanya longsor dan banjir, tetapi fenomena saat ini bisa menyebabkan pohon tumbang serta petir. Tentunya hal ini bisa menimbulkan bencana bagi masyarakat,” imbaunya. (ono)    

Tags :
Kategori :

Terkait