Minim PJU, Makin Komplit Derita Warga Cirebon Timur

Rabu 25-01-2017,13:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

SALAH satu jalur cukup parah adalah pantura di wilayah timur Cirebon. Saat musim hujan menjadi jalur yang mengerikan bagi para pengendara, khususnya pengguna sepeda motor. Terlebih saat berpergian pada malam hari. Ngerinya tambah sedap. Pasalnya, jalur pantura selain memiliki lubang-lubang besar yang menjamur hampir di setiap ruasnya, jalur itu minim fasilitas penerangan jalan umum (PJU). Praktis saja, keberadaan lubang yang menjadi ancaman itu kian nyata karena kabur tidak terlihat akibat penerangan yang minim. Berdasarkan pantuaan Radar Cirebon, jalur pantura yang membentang dari Kecamatan Mundu hingga Kecamatan Losari, terdapat sekitar 674 lubang di ruas jalan kiri dan kanan. Lubang itu cukup membahayakan pengendara karena memiliki diameter yang besar, dan kedalaman yang membuat jantung pengendara copot, saat harus terpaksa meleintasi lubang itu. Di antara 674 lubang itu, setidaknya sekitar 70 persen merupakan lubang besar, karena dilihat dari ukurannya yang lebar. Sementara sisanya merupakan lubang-lubang kecil. Kerusakan yang paling parah terutama di area jembatan-jembatan penghubung. Seperti halnya yang berada di jembatan Gebang-Losari. Kerusakan jalan di jembatan itu, sudah teramat parah. Lubang dimana-mana, tak pelak warga pun melakukan aksi menguruk jalan sendiri. Mereka menggunakan pasir dan brangkal sisa puning-puing bangunan untuk menutupi jalan. Tak lupa juga sambil meminta sumbangan seikhasnya. \"Parah banget tahun ini rusaknya, biasanya cepat diperbaiki, tapi sekarang masih belum,\" ujar Dayat, salah seorang warga. Menurutnya, banyak kendaraan yang terperosok dan terjatuh terutama roda dua. Kejadian paling banyak saat malam hari. Si pengendara yang tidak tahu jalan rusak. Asyik melaju kencang tanpa mengetahui yang akan dilintasinya itu jalan rusak. Tak pelak, si pengendara pun akhirnya terjatuh karena saat malam hari penerangannya sangat kurang. \"Kalau malam banyak yang terjatuh di sini, apalagi lubangnya gede-gede,\" sebutnya. Seperti diketahui, sejumlah kasus kecelakaan di jalur pantura seringkali terjadi akibat lubang yang berada di jalur pantura. Lubang-lubang tersebut semakin berbahaya jika di malam hari dan tertutup genangan air hujan. Tidak sedikit yang jatuh dan harus dievakuasi ke rumah sakit, namun tak sedikit pula yang bernasib buruk dan harus tewas akibat menabrak lubang. Kejadian terakhir terjadi di jalur pantura Arjawinangun, Minggu (22/1) sekitar pukul 06.00. Saat itu Riven Siahaan (22), warga BTN Caruban, Desa Gintung Lor, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, tewas diduga karena sepeda motor Honda Vario nopol E 5086 IY yang dikendarainya menabrak lubang di jalur pantura Desa Tegalgubug. Korban lainnya yang tewas akibat menabrak lubang di jalan adalah Tasori (27), warga Pemalang, Jateng. Dia mengalami kecelakaan tunggal setelah sepeda motor yang dikemudikannya menbarak lubang di Jalur pantura Kecamatan Susukan. Saat itu korban yang hendak berangkat ke Jakarta melalui jalur pantura. Namun apes, kurangnya penerangan jalan sehingga lubang yang berada di tengah jalan tidak terlihat. Korban yang melintas menggunakan sepeda motor Vario G 6936 JI, terjatuh setelah menabrak lubang, Selasa (17/1)sekitar pukul 22.30 WIB. Dua kasus terakhir seharusnya sudah harus menjadi signal bagi pemerintah agar lebih serius dalam mengurus dan memastikan jalur pantura aman dan nyaman saat dilintasi pengendara yang rata-rata tidak mengenal medan. Kondisi tersebut pun menjadikan jalur pantura menajdi momok menakutkan bagi pengguna jalan, terlebih jika malam hari dan kondisi hujan atau setelah hujan, lubang-lubang berdiameter 50 sentimeter dengan  kedalaman 10 sentimeter pun tak terlihat. Pengendara pun harus berhati-hati melaintas di jalur pantura. Cuma masalahnya hal tersebut tentunya jadi masalah bagi pengguna jalan yang berasal dari luar kota. Tak heran, sejumlah netizen pun kemudian ramai-ramai menjuluki Cirebon sebagai kota seribu lubang sebagai wujud kritik kepada pemerintah karena terkesan melakukan pembiaran dan tidak segera melakukan perbaikan. “Kita prihatin juga, banyak lubang terutama di jalur pantura. Tentunya harapan kita sebagai warga ya ingin agar pantura ini aman dan nyaman saat dilintasi. Dan ke depan tidak ada  lagi nyawa yang hilang sia-sia gara-gara lubang di jalan,” ujar Suparta, salah satu aktivis dari group Facebook Forkoci saat dihubungi Radar, kemarin. Berangkat dari keprihatinan tersebut, akhirnya pihaknya bersama rekan-rekan dari Forkoci wilayah barat kemudian melakukan aksi 1000 cinta untuk  pantura dengan menandai setiap lubang di wilayah Cirebon barat dengan cat pylox agar minimal pengendara yang melintas bisa mengetahui ada lubang dan menghindarinya. “Ya ini idenya dari Forkoci Korwil Barat, kita hanya ikut membantu,” imbuhnya. (jml/dri)

Tags :
Kategori :

Terkait