Dubes AS Tegaskan WNI Tidak Dilarang Masuk AS

Selasa 31-01-2017,16:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA- Keluarnya executive order (EO) tentang kebijakan imigrasi Amerika Serikat (AS) sempat menimbulkan keresahan di kalangan WNI. Terutama mereka yang sedang berada di Amerika Serikat. Mereka khawatir akan terdampak kebijakan tersebut mengingat Indonesia merupakan negara berpenduduk mayoritas Islam. Menanggapi hal tersebut, Duta Besar baru Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R Donovan Jr. menegaskan tidak ada larangan bagi WNI yang hendak bepergian ke Amerika Serikat. Donovan menjelaskan bahwa, sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, EO itu tidak ada kaitannya dengan Islam atau agama lainnya. “Ada sebanyak 40 negara dengan mayoritas penduduk muslim, termasuk Indonesia, yang tidak termasuk ke dalam EO tersebut. Jadi, ini sama sekali bukan mengenai agama,” tuturnya saat ditemui di Gedung Mina Bahari, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, kemarin (30/1). Donovan menambahkan bahwa sejatinya EO tersebut dikeluarkan untuk menjadi keamanan dan keselamatan perbatasan Amerika Serikat. Bukan untuk melarang umat Islam masuk ke Amerika Serikat. EO tersebut juga masih dalam tahap sementara karena hanya akan berlaku selama 90 hari. Setelah itu, akan ada evaluasi mengenai EO tersebut. Sementara itu, Presiden Jokowi tampak tidak terlalu merisaukan kebijakan Trump. “Kita (Indonesia) kan tidak terkena dampak dari kebijakan itu,” ujarnya di Boyolali kemarin (30/1). Dia memberi isyarat bahwa kebijakan tersebut tidak perlu dipertanyakan, sebagai bentuk penghormatan atas kedaulatan negara lain. Meskipun demikian, Jokowi tetap memberi catatan mengenai sikap Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, Indonesia konsisten menyuarakan persamaan derajat antarnegara. “Prinsip konstitusi kita jelas, bahwa yang namanya keadilan, kesetaraan itu harus terus diperjuangkan,” lanjut Jokowi. Dia meminta masyarakat Indonesia tidak resah atas kebijakan Trump. Dia mengingatkan, kebijakan itu tidak diberlakukan kepada Indonesia. artinya, WNI masih bisa berkunjung ke negeri Paman Sam sesuai ketentuan imigrasi. “Tidak terkena dampak kok resah. Wong hanya berapa, hanya tujuh (negara),” tambahnya. Sejauh ini, memang belum ada bukti riil dampak kebijakan Trump bagi Indonesia. Namun, kebijakan itu sudah menjadi pembicaraan hangat di sejumlah forum di Indonesia. Salah satunya, forum wisatawan backpacker. Sempat muncul kekhawatiran wisatawan asal Indonesia, meski masih boleh masuk, akan semakin sulit menembus imigrasi AS. Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong meminta para investor tidak bereaksi berlebihan pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS). Pihaknya meyakini, Presiden AS ke-45 itu membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri sebagai kepala negara. “Saya kira kita harus kasih dia waktu, ini baru satu minggu, pimpinan manapun juga yang masih baru perlu waktu untuk menyesuaikan diri dan butuh waktu lembaga-lembaga di sekelilingnya menyesuaikan dengan pimpinan baru. Jadi, saya usul kita enggak perlu over reaction, jangan berlebihan, kasih dia waktu untuk bisa menyesuaikan diri,\" ujarnya di Jakarta, kemarin. Namun, Thomas mengakui jika kebijakan proteksionisme yang diterapkan Trump, akan berdampak pada investasi AS di Indonesia. Dia mengungkapkan, para pengusaha AS juga cukup tertekan dengan kebijakan proteksionis yang diinginkan Trump. “Trump meminta perusahaan AS mengurangi investasinya di luar negeri dan mengalihkannya ke AS. Jadi konsekuensinya kita harus kerja keras untuk membuat Indonesia lebih atraktif untuk perusahaan AS di sini,” katanya. Thomas melanjutkan bahwa pemerintah harus siap jika perusahaan AS akhirnya menarik investasinya dari Indonesia. Salah satu yang bisa dilakukan Indonesia adalah menyasar negara-negara di Asia maupun Eropa, untuk menggantikan posisi AS. “Kita juga mesti rajin-rajin kembangkan alternatif kalau memang perusahaan AS mengurangi investasi di luar negeri. Ya mungkin kita juga mesti kembangkan investasi dari Jepang, Korea, Eropa, dan China,\" tegasnya. Meski begitu, Thomas mengaku tetap optimis dengan kondisi investasi di Indonesia. Di sisi lain, dia mengatakan bahwa Indonesia harus mampu menjaga fundamental ekonomi domestik dan cara lainnya, supaya perusahaan AS tetap betah ada di Indonesia. Sebab, kualitas investasi AS sangat tinggi, seperti di sektor teknologi dan consumer product dengan nilai merek, teknologi, dan jaringan internasional yang kuat. \"Jadi kita tetap perlu kerja keras untuk meyakinkan perusahaan AS tetap berinvestasi walaupun ada tekanan-tekanan dari administrasi presiden Trump yang meminta perusahaan AS berinvestasi di dalam negerinya. Kita sangat hargai investasi dari AS karena punya teknologi dan jaringan internasional tak terkalahkan,\" pungkas Thomas. (and/byu/ken)

Tags :
Kategori :

Terkait