Lansia Ikut Belajar Gratis, Bayarnya Cukup Setor Sampah

Rabu 01-02-2017,01:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Semangat belajar masyarakat Kabupaten Cirebon cukup tinggi. Tengok saja, para lansia di Blok Jumat Desa Suranenggala, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Bahkan, pemandangan tersebut sudah menjadi rutinitas warga setempat. Laporan: Samsul Huda, Suranenggala  PARA lansia itu berkumpul di rumah Warkina (38), guru honorer di SMPN 2 Kapetakan yang sehari-hari menjadi pembimbing mereka. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa masyarakat Kabupaten Cirebon masih ada keinginan belajar, meskipun sarana dan prasarana seadanya. Proses belajar mengajar pun masih lesehan. Sebab, fasilitas untuk tempat mendidik masyarakat di desanya itu belum disediakan. Di depan pintu masuk halaman rumah Warkina yang kira-kira hanya berukuran 8x4 meter itu, tampak jelas terdapat kalimat bertuliskan “Belajar Tak Kenal Usia”, sebagai penyemangat para lansia untuk tetap menuntut ilmu. Kepada Radar, Warkina menyampaikan, gagasan kegiatan keaksaraan fungsional itu adalah upaya untuk dapat mencerdaskan masyarakat sekitar yang sudah dilakukannya sejak 2010 lalu, dengan bermodal semangat untuk mengubah pola pikir masyarakat. “Motivasi saya seperti ini, karena ingin mengubah karakter masyarakat di wilayah kita ini. Sebab, selama ini daerah kita terkenal dengan ototnya saja, maka saya berusaha untuk mengubah itu. Tentu saja tidak menggunakan otot, tapi dengan otak,” ujanya, Senin (30/1). Dia mengaku, tak kenal lelah mentransfer ilmu kepada peserta didiknya setiap hari. Para lansia yang ikut belajar di rumahnya pun, kini sudah berjumlah 95 orang, dari mulai usia 35 sampai 55 tahun. Belajar dilakukan satu minggu dua kali, yakni pada Jumat dan Minggu sore. Durasi belajar yang diterapkan selama 2,5 jam setiap kali pertemuan. “Belajarnya juga yang mudah-mudah, mengenalkan huruf, menulis huruf-huruf, serta belajar tanda tangan. Karena tanda tangan juga penting,” katanya. Dia menjelaskan, dalam upaya mengubah karakter masyarakat di wilayahnya, dirinya dibantu dua orang perempuan sebagai tutor dan beberapa orang laki-laki yang setiap hari menemani keliling membawa mobil perpustakaan malam, yang disebut dengan nama “Layanan Bacaan Masyarakat”. Mobil yang penuh dengan buku-buku bacaan itu, digunakan untuk berkeliling ke desa-desa di Kecamatan Kapetakan setiap malam. Target untuk memancing semangat masyarakat membaca buku, yakni tempat-tempat ramai seperti pasar malam. Sebab, selama satu minggu penuh, pasar malam selalu ada di daerahnya. “Alhamdulillah, sekarang antusias masyarakat untuk gemar membaca dan belajar pun sudah tinggi,” tuturnya. Selain dua program kegiatan pendidikan untuk masyarakat yang dilakukan tanpa memungut biaya, dirinya juga telah menyediakan pendidikan usia dini (PAUD) bagi anak-anak di desanya. Yang lebih menarik, siswa tak dipungut bayaran dalam pendidikan itu. Hanya, mereka setiap minggu membayarnya dengan sampah rumah tangga atau yang disebut dengan gerakan peduli lingkungan. “Dan setiap bulan saya jual sampah-sampah itu ke teman saya yang hasilnya dikembalikan lagi untuk kebutuhan belajar anak-anak PAUD. Seperti untuk membeli tas, buku, dan alat-alat belajar lainnya,” kata Warkina. Selain itu, Warkina juga mempunyai pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), baik paket A, B, maupun C yang peserta didiknya kini sudah lebih dari 400 orang, mulai usia 18-22 tahun. Semua lembaga dan tempat kegiatan yang dilakukannya itu, dinamakan “Balai Wiyata”. Untuk peserta didik yang paling banyak, lanjut dia, yakni masyarakat yang mengikuti pendidikan paket C yang jumlahnya hingga mencapai lebih dari 200 orang. Upaya yang dilakukannya selama ini dalam mencerdaskan masyarakat hingga tujuh tahun itu, penuh dengan kesabaran dan keistiqomahan. ”Alhamdulillah, antusias masyarakat sudah sangat tinggi. Cara yang dilakukan sebenarnya sederhana. Saya jadi contoh dulu dengan menerapkan akhlak yang baik kepada masyarakat,” imbuhnya. Salah seorang peserta didik Keaksaraan Fungsional di Balai Wiyata, Hj Wasiah (52) menyatakan, dirinya merasa sangat bersyukur bisa ikut belajar di tempat itu. Sebab, ia yang hanya pernah merasakan sekolah kelas 5 SD, kini sudah bisa membaca dan menulis. “Alhamdulillah saya bisa belajar lagi. Dan sangat berterima kasih kepada pak guru dan ibu guru yang sudah telaten mendidik saya,” singkatnya. (*)  

Tags :
Kategori :

Terkait