Nasib Montella dan Ranieri, Menang atau Ditendang

Rabu 08-02-2017,07:38 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

BOLOGNA – Dua allenatore Italiano sedang gundah dan berada di persimpangan jalan karirnya. Yakni Vincenzo Montella yang menukangi AC Milan. Serta Claudio Ranieri yang membesut Leicester. Milan kembali mengalami masa kegelapan setelah sempat menang atas Juventus di ajang Supercoppa Italia Desember lalu. Kegemilangan Rossoneri, julukan Milan, ini terasa sangat spesial. Maklum, Milan sudah paceklik piala selama lima tahun. Sayangnya, kemenangan tersebut seperti membuat keblinger Montella. Dalam lima laga terakhir, Milan tak pernah menang. Yakni sekali imbang dan empat kali kalah di semua ajang. Sedangkan Leicester jauh lebih merosot drastis dibandingkan Milan. Setelah musim lalu Leicester menjadi juara Premier League dan kisahnya dikenang sebagai Cinderella Story, maka musim ini kiprah Leicester mirip cerita horor. Pun seperti Milan. Dalam lima laga terakhir, Si Rubah, julukan Leicester, tak pernah menang. Empat kalah dan sekali imbang. Dini hari nanti (9/2), kedua pelatih tersebut berjuang mengembalikan reputasinya. Milan akan melakoni laga tandang ke markas Bologna, Stadion Renato Dall\'Ara dalam lanjutan kompetisi Serie A. Sedangkan Ranieri melawan Derby Country pada replay babak keempat Piala FA di King Power Stadium Leicester. Nah, kerja sama Montella dengan Milan sepertinya bakal berakhir musim panas mendatang. Harian Corriere dello Sport kemarin (7/2) menuliskan, mantan nakhoda Inter Milan dan Manchester City Roberto Mancini siap menggantikan posisi Montella. Revolusi di tubuh Milan ini ditulis Corriere dello Sport sebagai konsekuensi beresnya Sino-Europe Sports mengokupasi modal dari tangan Silvio Berlusconi pada 3 Maret mendatang. Bukan hanya mengganti Montella, Sino-Europe Sports pun akan mengganti posisi triumvirat Milan untuk musim depan. Yakni presiden atau CEO, direktur olahraga, dan pelatih. Nama selain Montella adalah sosok Marco Fassone, yang bakal didapuk sebagai CEO Milan mendatang. Kemudian Massimo Mirabelli sebagai direktur olahraga. Dan yang cukup kontroversi, triumvirat baru Milan tersebut adalah mantan petinggi di Inter Milan, klub yang jadi rival utama Milan. Menanggapi masalah pergantian tersebut, Montella masih santai. Mantan penyerang AS Roma tersebut kepada Football Italia kemarin (7/2) berkata, target objektif Milan buat berkompetisi di Eropa musim depan masih terjaga. “Saya tak akan terbebani dengan kekalahan beruntun yang kami dapatkan. Sebab kami merasa masih bisa berjuang hingga titik target kami terpenuhi musim ini,” tutur Montella. Pria berusia 42 tahun tersebut sempat dicecar kritik habis-habisan karena saat kalah 0-1 oleh Sampdoria pada Minggu (5/2) lalu. Skema yang diinstruksikan kepada anak buahnya menghasilkan chaos di lapangan. Kehilangan Giacomo Bonaventura, Mattia De Sciglio, Luca Antonelli, dan Riccardo Montolivo karena cedera, membuat Montella berjudi dengan pergeseran posisi beberapa pemain. Misal Juraj Kucka dan Alessio Romagnoli dipaksa tampil sebagai full back kanan kiri. “Pergeseran ini saya tujukan untuk mengkreasi permainan tim yang lebih baik. Titik obyektif lawan Sampdoria bukanlah formasi atau siapa-siapa yang kemudian saya mainkan,” sebut Montella. Dan sepertinya, lawan Bologna ini, Montella sudah kapok dengan eksperimen yang berbau perjudian tersebut. Sementara itu, pelatih Leicester Claudio Ranieri seperti diberitakan Goal kemarin masih mendapat dukungan penuh dari anak asuhnya. Bek Danny Simpson yakin seandainya timnya akan keluar dari periode buruk. ESPN menulis, jika penurunan performa Leicester ini diawali dengan penjualan N\'Golo Kante ke Chelsea. Meski mendatangkan Nampalys Mendy di musim panas kemudian Wilfred Ndidi, celah di lini tengah Leicester kadung menganga. Kemudian Jamie Vardy sedikit frustrasi dengan pengawalan ketat bek-bek lawan Leicester. Daya eksplosif penyerang berusia 30 tahun itu sama sekali tak terlihat. Kehebatan streak Vardy mencetak gol dalam 11 laga seolah tak berbekas. Kebijakan transfer Leicester juga perlu ditinjau lagi. Terutama krisis di jantung pertahanan, Wes Morgan dan Robert Huth yang melambat, tak disadari Ranieri. Sehingga pembelian nama-nama penyerang seperti Islam Slimani dan Ahmed Musa seperti tak cukup membantu performa Leicester. (dra)

Tags :
Kategori :

Terkait