Siang itu Jumat Kliwon, hari kedua puluh di bulan Agustus atau tiga hari setelah peringatan kemerdekaan republik ini. Mengucap sumpah Demi Allah dalam keadaan puasa di Bulan Ramadan, menjadi ikrar suci sebelum mengemban jabatan baru, amanah baru dan tanggung jawab baru. Inilah, para pengemban jabatan baru itu. PERAWAKANNYA tidaklah besar. Namun, lembaga yang dipimpinnya perlu nyali besar. Wajar rasanya kalau banyak yang meragukan dirinya menduduki kursi Direktur RSUD Gunung Jati. Rumah sakit daerah tipe B pendidikan ini memang punya segudang masalah yang harus diselesaikan. Yang teranyar adalah soal laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (LHP BPK) yang menyebut adanya sejumlah rekomendasi di RSUD Gunung Jati yang belum ditindaklanjuti senilai kurang lebih Rp7 miliar. Masalah bukan itu saja, masalah pelayanan yang sampai saat ini masih terus jadi sorotan dan pelayanan pasien dengan surat keterangan tidak mampu (SKTM), menunggu untuk diselesaikan. Mampukah pria berdarah Jawa Timur ini menyelesaikan seabreg persoalan tersebut? Berikut kutipan wawancaranya. “Saya nangis waktu ngucap Demi Allah saat Alquran ada di atas kepala saya. Saya harus amanah,” ujar Drg Heru Purwanto MARS, Direktur RSUD Gunung Jati, mengungkapkan kesannya saat menerima jabatan barunya. Seperti diketahui, Heru sebelumnya mengemban jabatan sebagai Wakil Direktur Penunjang Medis yang notabene adalah calon dari internal rumah sakit. Inilah yang menyebabkan munculnya tudingan miring yang meragukan kemampuannya. “Berikan saya kesempatan bekerja. Saya jawab dengan kinerja,” ucap dia, dalam sebuah perbincangan dengan wartawan koran ini di ruang kerjanya. Heru tidak menampik, keraguan itu pasti ada. Namun, sejak diangkat sebagai direktur dirinya langsung me-launch target baru di bidang pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan prima 2013. Heru berharap, pada 2013 mendatang RSUD Gunung Jati sudah menjadi rumah sakit yang pelayanannya baik. Bukan itu saja, target menyelesaikan sejumlah masalah pun menanti dirinya. Misalnya penyelesaian badan layanan umum daerah (BLUD), akreditasi rumah sakit yang tak kunjung selesai, remunerasi untuk karyawan dan harmonisasi komunikasi antara struktural dan fungsional. “Kaitannya dengan pelayanan, saya juga akan evaluasi tarif untuk kelas 1, 2 dan 3,” tuturnya. Heru mengakui, tiga hari duduk di kursi direktur memang belum banyak yang diperbuatnya. Namun, dalam tahapan awal ini, dirinya berupaya untuk lebih banyak mendengar, baik aspirasi bahkan kritik sekalipun untuk dijadikannya dasar menyusun berbagai kebijakan dalam memimpin rumah sakit. Cerita tidak jauh berbeda dituturkan Drs Ferdinan Wiyoto, yang dilantik menjadi Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan. Pria kelahiran Langkat Sumatera Selatan ini rupanya mendapat giliran lepas dari status staf ahli baru di pertengahan tahun ini. Padahal rekan-rekan satu diklatpim II lainnya sudah banyak langsung memimpin OPD. Tapi apapun itu, baginya di tempat baru semua tugas akan ditunaikan selama sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi), sekalipun prosesi serahterima memori jabatan belum dilakukan. “Selama itu tugas sesuai tupoksi, dan ada arahan dari pimpinan, walaupun belum serahterima, ya saya tetap kerjakan,” terangnya. Hal lain yang akan dilakukan di masa awal dia menjabat, sedapat mungkin menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang masih belum diselesaikan oleh pejabat sebelumnya. Sejalan dengan prosedur dan ketentuan yang sudah berlaku dari pejabat sebelumnya. Sambil menunggu masa efektif surat edaran walikota terkait tenggat waktu sepekan bagi pejabat mengurusi penyerahan memori jabatan. “Kalau saya sih inginnya ya langsung kerja. Nggak usah nunggu-nunggu lagi. Hanya saja, sampai dengan hari ini undangan yang dialamatkan kepada saya masih berstatus sebagai staf ahli. Jadi ya mau gimana kan,” paparnya di sela-sela kegiatan penyusunan rencana aksi penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak tahun 2010. Lagi pula, kata dia, kurang etis dirasa menempati kantor baru, sementara di tempat tersebut berkas-berkas milik pejabat yang lama masih ada. “Sekali lagi bukan soal kantor, yang penting mau kerja dan langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Itu yang lebih penting,” ungkap PNS yang akan memasuki masa pensiun tiga tahun lagi ini. (yuda sanjaya/suhendrik).
Emban Amanat Baru
Rabu 25-08-2010,07:00 WIB
Editor : Dedi Darmawan
Kategori :